"Wolfie, kau diam di sini dan tolong jaga Putri, jangan sampai dia keluar dari gubuk ini," tutur Flora sambil memegang potongan foto tadi untuk mendapat petunjuk lain.
Ia memutuskan untuk mencari teman-temannya yang menghilang. Instingnya berkata apa yang sedang terjadi saat ini bukanlah hal yang baik, tetapi ia tetap akan mencari mereka bagaimana pun caranya dan di mana pun mereka berada, karena keterlibatan mereka ke tempat ini adalah akibat dari perbuatannya yang benar-benar ceroboh.
"Nona, jaga dirimu baik-baik! Jangan melakukan hal bodoh dan ceroboh," ejek Wolfie disertai dengan tawanya.
Jika bukan dalam saat genting, Flora bisa saja menggerutu dan sebal atas ledekannya, namun kali ini justru Flora nyengir lebar. "Aku akan membawa mereka kembali. Aku yakin mereka hanya jalan-jalan sekitar sini."
"Hati-hati!" peringat Wolfie sekali lagi.
Flora mengacungkan jempolnya lalu segera berjalan lambat menyusuri hutan di belakang gubuk tua. Jauh di lubuk hatinya, ia takut. Takut jikalau kejadian tempo lalu terjadi untuk kedua kalinya dan berimbas pada teman-temannya. Andai hal semacam itu terjadi, kemungkinan besar Flora akan membenci bahkan tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
Ia jauh-jauh membuang pikiran seperti itu, ia mulai fokus menyusuri jalan setapak yang hanya dipenuhi oleh pepohonan yang rindang nan tinggi. Suara yang ia dengar pun hanya riak sungai di bawah dan sesekali suara hewan-hewan yang lalu lalang seperti burung.
Suasana hutan yang berada di gunung ini berbeda dengan suasana di hutan lain yang pernah ia lewati. Hawa yang gelap nan suram membuat korelasi antara gunung ini dengan kelompok penjahat semakin padu.
"Apa itu?" lirihnya saat melihat benda yang tertabur tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Flora menghampiri benda itu lalu berjongkok untuk memastikannya.
Seperti kristal yang sengaja dipecahkan, batinnya.
Tunggu ... pecahan kristal?!
Ia mulai kehilangan kata-kata.
Jangan-jangan....
Saat ia berdiri dan mengedarkan pandangannya, ia melihat potongan kristal itu tertabur sepanjang jalan dan seolah mengarahkannya pada sesuatu.
Tunggu ... ini petunjuk atau jebakan?
"Iris, Ariel, tolong beritahu aku ini petunjuk atau jebakan?" tanya Flora dengan suara lirih.
Ia tidak bisa gegabah dan memutuskan sesuatu berbahaya sendirian. Selain menolong nyawa teman-temannya, ia pun harus sekuat tenaga menjaga nyawanya sendiri. Di samping itu, jika ia mati konyol, Putri Callista dan Wolfie akan menjadi target selanjutnya.
Hening.
Tidak ada yang menyahut.
"Ariel, Iris!" panggilnya sekali lagi, namun tetap saja tidak ada jawaban.
Ck, ada apa ini?
Tidak ada pilihan lain, ia tidak akan mundur dan akan mengikuti taburan kristal ini sampai akhir. Soal jebakan, Flora yakin bisa mengatasinya, ia menyandang klan Lazslo, dan ialah yang ditakdirkan itu.
Memiliki kekuatan indra yang sangat sensitif selalu menguntungkannya di dalam hal genting. Ia mampu merasakan dan melihat kedatangan musuh, mendeteksi suara gerakan sekecil apa pun dari musuh, bahkan menerka jebakan-jebakan musuh. Kelemahannya adalah jika ia tersulut emosi, semua kekuatan indra akan menghilang.
Sejauh ini tidak ada tanda-tanda aneh atau ranjau, tidak ada pula orang yang sedang diam-diam mengawasi. Semuanya normal, aman, dan terkendali.
"Eh? Taburan kristalnya telah habis," lirih Flora.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen Eyes ✔️
FantasyFollow sebelum membaca ya! ^^ Fantasy-Minor Romance Dia adalah orang diramalkan, tapi takdirnya begitu membingungkan. Apakah ia akan terjebak dalam iris matanya yang hitam dan membuat kehancuran? Atau menciptakan kedamaian dengan iris matanya yang b...