Setelah kejadian tragis hari itu, Flora tak ragu lagi untuk menerima tawaran Lord untuk tinggal di istana. Menjadi teman Putri, sekaligus tabib istana. Suatu kehormatan bagi Flora bisa tinggal bersama mereka dan ikut melindungi istana, apalagi Lord sendiri meminta Az melatih Flora untuk mengendalikan pengendalian darah milik Flora karena Az pun seorang pengendali.
Az sendirilah yang menceritakannya saat itu, saat Flora terjatuh di jembatan penghubung antara wilayah Clyde dan wilayah kerajaan.
Flash back on
"Flora, kau adalah pengendali darah," ucapnya tanpa diminta.
Napas Flora tercekat, bukan karena ia tertangkap basah, tetapi karena terkejut mendapat kenyataan yang sama sekali tak terbesit di benaknya, atau bahkan mimpinya.
"Aku hanya pengendali air dan es!" sanggahnya.
Flora menolak mentah-mentah ucapan Az, walaupun ia seorang pengendali air yang berarti bisa mengendalikan semua jenis benda cair, ia tidak bisa mengendalikan darah bahkan tidak pernah belajar tentang pengendalian mengerikan itu.
"Tapi kenyataannya kau mengendalikanku, Nona Flora," tegasnya dengan menekankan setiap kata-katanya.
Flora menghembuskan napas kasar. "Jangan mengada-ngada, ya! Aku memang pengendali air dan es, tapi bukan berarti aku pengendali darah, tahu!" ketus Flora tak terima.
Ia hendak melanjutkan kembali langkahnya yang tertunda dan mengabaikan Az. Namun sepertinya Az bukanlah orang yang akan mengalah begitu saja.
"Lalu, apa yang baru saja kau lakukan padaku, tadi?"
Sungguh, nada pertanyaannya sangat tidak menyenangkan telinga Flora, kalau ini bukanlah tempat umum dan tidak berlokasi di dekat kerajaan. Sudah pastilah ia akan menghabisi Az atau sedekar mengurungnya dalam bongkahan es.
"Aku juga tidak tahu kenapa kau bisa seperti itu!" ketusnya lagi.
Di samping keketusannya, pikirannya kembali memutar kejadian pagi tadi, ia menyadari tubuh Az tiba-tiba tak bisa bergerak. Ia berpikir hal itu disebabkan oleh elemen esnya yang sudah kian menguat, namun ternyata dugaannya salah.
Az melipat tangannya di dada. Ia tahu bahwa Flora sedang memutar ulang memori tadi pagi. Flora memang tipe orang yang tidak bisa mengabaikan begitu saja omongan orang lain.
"Jadi, kau suda meyadari sesuatu?"
Flora menghela napas panjang lalu berbalik menghadap Az yang sedang berdiri di tepi jembatan dengan songongnya.
"Katakan, memangnya apa yang telah aku perbuat padamu tadi?" putus Flora pada akhirnya, ia juga ingin menuntaskan sendiri pertanyaan yang hadir dalam benaknya.
Az tersenyum senang. "Kau membekukan darahku saat sedang mengepal tadi, maka dari itu aku memintamu untuk melepaskan kepalan tanganmu. Andai saat itu kau menggerakan tanganmu ke sembarang arah, aku akan mengikuti gerak tanganmu. Aku tak mengerti kenapa kau bisa mengendalikan dalam keadaan tidak tahu, itu sungguh... aneh."
Angin menerpa mereka, membuat keheningan di antatra mereka semakin terasa. Tidak ada yang mampu lagi menyembunyikan.
"Tapi bagaimana bisa kau mengetahui itu adalah pengendalian darah?"
Az mendelik dan tersenyum miring. "Karena aku juga pengendali darah."
Flora tertegun. "Be-benarkah?"
Az berjalan mendekati Flora, Flora mundur beberapa langkah karena Az keberadaan Az yang sangat dekat dengannya membuatnya risih.
"Ya, tentu saja. Aku rasa kasusku sama dengan kasusmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen Eyes ✔️
FantasyFollow sebelum membaca ya! ^^ Fantasy-Minor Romance Dia adalah orang diramalkan, tapi takdirnya begitu membingungkan. Apakah ia akan terjebak dalam iris matanya yang hitam dan membuat kehancuran? Atau menciptakan kedamaian dengan iris matanya yang b...