Part 31

1.4K 252 6
                                    

Rencana yang sudah terancang akan berlangsung pada malam hari, tepatnya malam menjelang acara pelantikan. Bisa dilihat suasana istana pada malam ini tampak agak ramai oleh para prajurit dan pelayan yang hilir mudik merias dan merapikan istana bagian luar. Tampak juga Lord beserta para Chiromante dan tetua yang sedang serius berbincang di halaman halaman istana. Suasana malam ini tidak ada bedanya dengan situasi pada siang hari.

Dan di belakang istana bagian Timur, semua anggota yang mempunyai ciri khas berjubah dan bertopeng sudah berkumpul untuk menjalankan misi rahasia mereka.

Beruntung mereka mengetahui area tak tersentuh itu, karena hanya istana bagian Timur lah yang kemungkinan besar tidak akan dijaga oleh siapa pun.  Hal itu dikarenakan oleh adanya penjara bawah tanah yang dihuni oleh penjahat kelas kakap pada masa sebelum Lord Ermir menjabat. Tidak ada dari mereka yang mengetahui bagaimana kabar para tahanan itu karea memang tidak ada yang pernah menginjakan kaki mereka di tempat mengerikan seperti itu bahkan para prajurit istana sekalipun.

Langit semakin menghitam dan bulan sudah menampakkan wujudnya dengan sempurna. Namun, suasana masih tetap ramai selama jam raksasa yang berada di menara istana belum berdentang untuk menunjukkan waktu tidur.

"Ini gila," celetuk Tere sebal di tengah-tengah penantian mereka.

"Dia memang selalu seperti itu, bukan?" sahut Erika.

Mou sedang sibuk memasang mata dan kupingnya dengan serius guna memastikan apa yang sedang mereka lakukan di dalam sana. Ia memiliki panca indra paling kuat di Anathema. Tidak bisa dipungkiri kalau ia memang yang kuat di dalam segi apapun.

"Istana semakin ramai, kenapa kau tidak memilih waktu pagi saat Lord tidak ada di istana?!" protes Tere lagi.

Am yang sudah jengah mendengar ocehan Tere lantas bersuara, "Turuti saja perintah Mou dan jangan banyak protes. Kalau bukan Mou, siapa lagi yang bisa memikirkan rencana ini secara matang?!"

"Langkah atau suara kita tak akan terdengar oleh siapa pun Tere, Master sudah mengedapkan suara kita. Tidak usah khawatir," seloroh Aron.

Mendengar ocehan Tere, memang benar misi ini bisa saja dilakukan pada siang hari. Namun, penyelesaian seperti itu terlalu sederhana. Ada hal besar yang ingin ia ungkap dengan tindakannya dan dapat ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Hal yang lebih besar dari apapun.

"Sebentar lagi. Mereka akan beristirahat pada pukul 12.00, tepatnya ketika jam raksasa istana berdentang, " ujar Nux.

Tere menghela napas, entah kenapa otak teman-temannya begitu mudah menerima apa yang diucapkan oleh Mou sesulit atau serumit apapun itu.

Mou menoleh pada Hayden yang tak bersuara sejak awal. "Kau yakin kau sanggup melakukan ini, Hayden?" tanya Mou meyakinkan. Pasalnya, ia baru terbangun dari tidur panjangnya tadi pagi dan Mou sengaja tidak memberitahu kebenaran di balik misi ini.

Walaupun begitu, Hayden tetap mengangguk dengan mantap.

Beberapa saat kemudian, jam raksasa berdentang. Suaranya menggema ke seluruh penjuru istana selama beberapa detik. Suara riuh di dalam istana seketika berkurang. Halaman istana yang mulanya penuh dengan para petinggi yang berbincang pun kini sudah kosong. Beberapa lampu yang semula terpancar dari ruangan di istana padam satu-persatu.

Mou yang semula tampak tegang kini sudah mulai melunak dan menghela napas beberapa kali. Kemudian ia menoleh ke arah rekan-rekannya dengan tampang serius.

"Hati-hati, kita akan bertemu lagi besok," ucap Mou sebelum mereka menjalankan misinya masing-masing.

Mereka mengangguk mantap dan akhirnya berpencar. Kini yang tersisa di sana hanyalah Mou dan Erika.

The Chosen Eyes ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang