Part 23

1.5K 313 8
                                    

"Odette, aku titipkan Wolfie padamu, aku tidak akan lama," ucap Flora setelah mendengar keperluan Az sampai-sampai harus mendatanginya.

Flora sudah mengganti pakaian santainya dengan pakaian misi, juga mengenakan jubah gelap yang hampir menutupi seluruh tubuhnya atas titah Az entah dengan alasan apa. Tak lupa ia membawa botol serbuk pemberian Master di dalam jubahnya.

Hati Flora dilanda sedikit keraguan dan kecemasan karena harus campur tangan di wilayah istana, ia takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di sana walaupun Az berkali-kali menyakinkan Flora bahwa tidak akan ada sesuatu yang buruk.

Az berkata kondisi Putri Callista sudah sangat parah, semua tenaga medis di Cyridostown sudah Lord kerahkan dan hasilnya nihil. Putri tidak mengalami perubahan sama sekali dan keadaannya justru semakin memburuk. Flora tidak tahu, apakah ia benar-benar bisa menyembuhkan Putri atau tidak. Jika para tenaga medis yang sudah ahli saja tidak bisa, bagaimana dengannya?

"Nona, hati-hati! Jangan melakukan tindakan bodoh," ledek Wolfie sambil terkekeh hambar.

Flora yang biasanya akan marah atau kesal tidak menanggapi ledekannya. Hati dan pikirannya sedang berpikir apa yang harus ia lakukan saat di istana nanti. Lelaki berbaju zirah sudah menunggu lama di depan rumah, Flora tidak bisa membuat ia menunggu lebih lama lagi.

"Sudah siap?" tanya Az, tangannya mengisyaratkan agar Flora menggenggam tangannya, sepertinya untuk teleportasi.

Flora mengangguk kecil lalu menggenggam tangannya, sejurus kemudian ia menoleh pada Odette dan Wolfie yang menungguinya di bingkai pintu.

"Aku akan segera kembali," lirihnya.

Wush!

*

Bagi Flora, ini seperti mimpi. Ia tidak pernah berpikir sedikit pun kalau ia akan diundang oleh keluarga istana sebagai tenaga medis. Sesampainya di halaman istana, para prajurit dan penasihat raja menyambut dirinya dengan Az dengan berjejer rapih dan mengangkat senjata sebagai tanda hormat. Saat sudah menginjak lobi istana, para pelayan pun melakukan hal yang sama.

Terlihat jauh di dalam sana, Lord Ermir bersama Ratu sedang duduk di singgasana, tanpa Putri Callista. Wajah mereka tampak lesu dan tidak bercahaya, ada gurat kesedihan dan kekhawatiran di mata mereka. Flora menatap Az sejenak, jantungnya tidak bisa berdetak normal sekarang akibat kegugupan. Namun lagi-lagi sorot mata Az selalu meyakinkan Flora bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Az menunduk saat ia tepat di depan singgasana Lord, Flora pun mengikuti gerak-gerik Az, ia mendadak linglung tak tahu harus melakukan apa.

"Lord, aku sudah membawa Flora atas titahmu," ucap Az dengan suara yang merendah.

Lord Ermir berdiri dan menoleh Flora dengan tatapan teduh. Ratu beranjak menghampiri Flora yang sedang menunduk, kemudian menuntun Flora bersamaan dengan Lord yang memimpin jalan. Az dan beberapa pelayan mengiringi mereka di belakang. Jantung Flora semakin berdegup kencang, ia takut salah dalam bertindak atau berucap.

Demi menetralkan jantungnya, matanya melirik ke sana ke mari, melihat-lihat apa saja yang tertempel di dinding. Tidak ada yang istimewa kecuali foto keluarga istana dan lukisan, lukisan yang pernah ia lihat sebelumnya. Flora menggelengkan kepalanya, kegiatan tak berguna itu membuat semakin banyak imajinasi yang mengusik pikirannya.

Dan, tiba-tiba langkah mereka semua berhenti di depan sebuah pintu yang Flora duga adalah pintu dari kamar Putri Callista. Lord Ermir berbalik dan langsung menatap manik Flora, Flora bergidik dibuatnya. Sorot matanya mulai serius dan saat itu pula darah di dalam diri Flora mendidih.

The Chosen Eyes ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang