Part 7

2K 355 52
                                    

Halo jangan lupa meluangkan waktu untuk menekan bintang harapan atau memberi pesan, kritik dan saran ya!

Happy Reading ❤️

°°°°°°°

Flora membuka matanya, menatap sekelilingnya yang tidak ada apa-apa.

"Nona Flora," panggil seseorang yang ternyata adalah Ariel, ia meliuk-liuk seperti biasanya.

"Ariel, d-dimana ini? Apakah aku sudah mati?" tanyanya, suaranya gemetar.

"Tentu belum Nona, ini adalah alam bawah sadarmu," jawabnya sembari menahan tawa, sudah dibilang sejak ia menginjak dunia ini otaknya agak geser.

"Lalu apa yang sedang aku lakukan di sini?" tanyanya yang masih kebingungan.

"Kau baru saja melawan seekor monster, Nona."

"Monster?" Flora tampak berpikir, "Monster serigala yang tadi menyerangku dan teman-teman?" Ariel mengangguk, "T-tapi bagaimana bisa?"

"Mata hitammu itu mengendalikanmu, Nona." Kali ini tatapan Ariel serius.

"Lalu, apa yang terjadi?" Flora berubah menjadi khawatir, ia hanya takut teman-temannya terluka lagi.

"Untungnya tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Nona. Hanya saja, lain kali kendalikanlah dirimu, karena kau bisa saja melukai teman-teman yang ada di sekitarmu. Kali ini kau hanya beruntung saja," jelasnya, entah kenapa tapi pernyataan itu jelas sangat menohok.

"Apakah, aku sejahat itu?"

"Tentu tidak Nona, kau akan bisa mengendalikannya dengan baik nanti."

"Kapan?"

"Saat waktunya tiba, sekarang... Bangunlah mereka menunggumu." Seperti biasa, Flora tidak pernah diizinkan untuk banyak bertanya kepada Ariel, seolah ia yang harus memecahkannya sendiri. Itu sungguh menyebalkan.

*****

"Hayden, Ace! Flora sudah bangun!" pekik Amaris yang sedang menunggui Flora di dalam tenda, tak lupa dengan seekor serigala di sampingnya yang terus menjilati tangan Flora.

Flora mengerjap-ngerjapkan matanya, ia bahkan tidak ingat dengan apa yang tadi terjadi padanya jika saja tidak diberitahu oleh Ariel. Yang ia ingat hanyalah rasa sakit yang ditimbulkan oleh bola-bola lumpur itu.

"Flo, apa kau baik-baik saja?" seloroh Ace yang baru saja berlari dari perapian dengan tidak sabaran. Flora hanya mengangguk meyakinkan. Hayden? Oh jangan harap dia akan bertanya tentang dirinya, dia memilih fokus memasak untuk makan sore mereka. Flora tertidur cukup lama sehingga menyebabkan misi mereka tertunda.

"Syukurlah." Mata Ace menatapnya sendu, "Flo, aku minta maaf," lanjutnya sambil menunduk dan menggenggam tangannya.

Flora masih tidak bersuara, tentu saja ia masih sakit hati dengan ucapan Ace, tapi apakah keadaan akan membaik jika ia tidak memaafkannya?

"A-aku minta maaf telah membentakmu dan mungkin, ah bukan mungkin bahkan aku telah menyakiti perasaanmu, begitu juga Hayden."

"Tidak masalah, ucapan kalian tidak salah," bantah Flora sambil tersenyum seadanya, bagian perutnya masih sangat terasa sakit jika banyak berbicara. Tapi justru jawaban itulah yang membuat Ace semakin tidak enak hati.

"Aku harap kau tidak membenciku, Flo." Kali ini Ace menggenggam kedua tangan Flora dengan erat, memandangnya dengan tatapan memohon, jika keadannya tidak seperti ini mungkin pipi Flora sudah memerah.

The Chosen Eyes ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang