Part 20

1.6K 302 11
                                    

*

"Sudah, pulang kalian sana!" usir Master ketus lalu beranjak dari tepi kasur menuju meja kerjanya tadi.

"Bolehkah aku teleportasi?" tanya Flora sembari menggeliat sekaligus merenggangkan otot-ototnya yang tegang.

"Tidak, jalan seperti biasa."

Flora berhenti menggeliat kemudian protes, "Itu lebih melelahkan, Master!"

"Kau ingin lukamu muncul lagi atau bagaimana?" sindir Master halus tanpa harus menoleh ke arah Flora.

Ia sedang sibuk menata buku-buku tadi yang tergeletak di meja. Tangannya berhenti pada botol kaca yang tersimpan di samping rak, entah kenapa dia ingin membawanya.

"T-tapi ...."

"Hayden, gendong dia!" titah Master seenaknya.

Flora terhenyak dan terus terang saja menolak. "TIDAK!"

Hayden memutar bola matanya. "Aku juga tidak ingin, Master," ucapnya dengan nada ketus.

"Kalian—"

"Baik, baik! Aku akan berjalan kaki. Aku masih mampu daripada harus digendong oleh manusia es itu," potong Flora.

Ia tidak ingin memperpanjang masalah dan hanya ingin segera pulang ke rumah untuk tidur atau membersihkan diri.

"Bukankah manusia es itu kau?"

"Kau meledekku?!" protes Flora mengingat ia pengendali es, candannya garing sekali.

"Lagipula kau berat, aku tidak ingin lagi menggendongmu," celetuk Hayden sambil melipat tangannya di dada.

Flora menggerutu, "Padahal berat badannya hanya 45 kg. Lalu kau bilang berat?! Ini ideal, tahu!"

Pertengkaran yang tak kunjung berhenti di antara mereka membuat Master menghela napas berat. Seumur hidupnya, baru kali ini ada orang yang benar-benar bisa menganggu harinya yang tenang.

Karena pertengkaran itu terus berlangsung dan membuat keributan, Master mendekati mereka dan berjongkok di depan Flora yang masih duduk di tepi kasur.

Flora melongo sedangkan Hayden mengangkat alisnya.

"Kalian berdua benar-benar merepotkan, cepat naik!" titahnya.

Flora mengerjap-ngerjapkan matanya dan baru menyadari bahwa Master menyuruhnya untuk naik. "E-eh, aku bisa berjalan, Master!" bantahnya.

"Lihat, lihat ini!" celotehnya sambil membuktikan bahwa dia baik-baik saja dengan berdiri dan berputar-putar di tempat.

"Aku yang menggendongmu atau Hayden yang menggendongmu?" tawar Master sambil mengeluh panjang.

Rrr.. Keduanya bukanlah pilihan yang bagus.

"Baiklah, aku dengan Master saja daripada dengan orang yang senang mencaci orang itu," jawabnya sambil melirik Hayden yang tak merubah mimik mukanya yang menyebalkan itu.

Flora kemudian menunggangi punggung Master dengan tenang, setidaknya ia tidak perlu khawatir soal berat atau tidaknya badannya karena Master pasti tidak akan mengoceh dan mengatainya.

The Chosen Eyes ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang