Kumpulnya Reagive dan teman-temannya di kantin, adalah hal paling dinanti siswi British IHS. Pertemanan mereka memang sudah sangat terkenal seantero sekolah. Siapa yang tidak ingin mencari tahu berita baru tentang mereka. Apalagi, diantara mereka, hanya Milan dan Jean yang berpacaran. Hal itu, tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk mendekati most wanted itu. Tapi, sepertinya mereka sangat tertutup untuk para penggemarnya. Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa Reagive sudah berpacaran dengan Shamila. Gadis yang selalu berada di samping laki-laki itu. Paras yang cantik dan pribadi yang humble, membuat Shamila menjadi primadona sekolah.
"Eh gila. Itu Si Juan sama dekel guys." Riweuh Azril. Semua yang duduk di sana mengedarkan pandangan ke arah yang ditunjuknya. Ternyata Juan tengah duduk di salah satu meja bersama Kiara. Mereka bercengkrama begitu hangat. Tawa mereka sangat renyah. Reagive menatap tak suka ke arah mereka. Tak sengaja mata Kiara pun menatap ke arahnya. Reagive justru buang muka dan pura-pura tak melihat apapun.
"Parah. Target barunya?" Milan ikut penasaran.
"Gue denger sih, mereka deket udah lama."
"Yang bener lo Sham?" Shami hanya mengangkat kedua alisnya.
"Kalo mereka deket udah lama, terus itu cewek masih sehat walafiat, brarti Si Juan emang jatuh cinteh beneran."
"Bener juga lo."
"Alaah, palingan bentar lagi tuh cewek ditinggalin, kalo dia udah dapetin apa yang dia mau. Kayak biasanya." Ceplos Jean. Tiba-tiba, Reagive beranjak dari duduknya kasar. Hal itu pun membuat semua temannya saling pandang.
"Reagive kenapa sih?" Tanya Shami.
"Lo kan tau, dia pernah ada masalah sama Juan." Jelas Milan.
"Masih?" Milan dan Azril hanya mengedikkan bahu. Untuk masalah itu, mereka merasa tidak punya hak untuk menjelaskan. Apalagi pada Shamila, yang sama sekali tidak tahu pasti tentang masalah itu. Shami hanya tau kalau Reagive dan Juan tidak saling akur saat mereka masuk SMA.
Reagive memasuki ruang OSIS. Ia menutup rapat ruangan itu. Ia melempar apapun yang bisa ia lempar. Amarah itu datang lagi. Amarah yang sudah lama tak ia keluarkan. Namun, hari ini rasanya lebih memuncak. Pikirannya melayang ke masa putih birunya. Masa yang seharusnya menjadi masa yang indah. Bukan masa yang kelam yang menyisakan luka menganga dalam hatinya. Reagive memukul dinding di depannya. Bahkan, akibatnya tersisa luka memar yang cukup parah. Reagive mengerang keras di ruangan itu.
"Berengsek!"
***
"Oh iya, Ra, gimana soal pertanyaan gue waktu itu? Jawaban lo apa?" Juan menatap manik mata Kiara dalam.
"Yang soal apa?"
"Soal yang gue nembak lo waktu itu."
"Ooo yang itu. Eummm guee....gue...eumm nggak bisa, Kak."
"Kenapa?" Juan menggenggam tangan Kiara erat. Kini tatapannya tak seteduh tadi. Ini penuh penekanan.
"Maaf, Kak. Tapi, gue nggak bisa. Ada hal yang lo nggak ngerti."
"Apa? Kamu ada orang lain?"
"Nggak gitu. Lo nggak ngerti."
"Lo tau kan, Ra, gue nggak bisa hidup tanpa lo. Gue mau berubah, gue butuh lo, Ra."
"Kita masih bisa temenan kok, Kak. Aku permisi." Namun, sebelum Kiara sempurna berdiri dari duduknya, tangan Juan sudah lebih dulu mencekal pergelangannya. Cukup erat.
"Ra, lo nggak bisa pergi dari gue. Gue sayang sama lo, Ra." Juan kian mencekal tangannya erat.
"Kak, lepasin, sakit."

KAMU SEDANG MEMBACA
PSITHURISM
Teen FictionGadis itu tak pernah menyangka bahwa kematian sang ibu akan membawa petaka lain dalam hidup damainya. Ia dipaksa menikah dengan kakak kelasnya sendiri. Pernikahan tanpa cinta itu benar-benar merubah segalanya. Ketika ego masih menjadi senjata dari...