Lima tahun menjalani hidup tanpa kehadiran masing-masing membuat hubungan Reagive dan Kiara sempat hambar beberapa saat. Reagive yang sibuk dengan urusan perusahaan yang sudah beralih ke tangannya, dan Kiara yang sibuk mengejar gelar spesialisnya sebagai dokter mata. Untungnya mereka cukup pandai mengatasi masalah rumah tangga mereka. Hingga kini, mereka hidup layaknya keluarga yang sejahtera. Apalagi, Hadirnya putra pertama mereka, membuat kehidupan rumah tangga mereka semakin berwarna. Tiga bulan lalu, malaikat kecil mereka melihat dunia untuk pertama kalinya. Zoe Xaverius Lange, nama bayi kecil mereka.
Namun, nyatanya, kehadiran Baby Zoe malah membuat Sang Papa semakin kekanakkan. Seringkali, Reagive harus merasa menjadi laki-laki yang harus membagi waktu istrinya bahkan lebih dari separuhnya. Kekanakan memang, ketika ia merasa cemburu dengan anak sendiri, anak mereka. Kadang, beberapa perdebatan kecil menghiasi pagi mereka. Bahkan, untuk hal-hal sepele.
Misalnya pagi ini, Reagive tidak mau menenangkan Baby Zoe yang terus menangis karena ditinggal Kiara memasak sarapan mereka.
"Kak, itu Baby Zoe nangis terus, kamu tenangin dong." Teriak Kiara dari dapur.
"Aku lagi cari berkas buat meeting pagi ini, Ra. Kamu dong, yang nenangin, kan kamu ibunya."
"Kamu pikir Zoe bakalan ada, kalo nggak gara-gara kamu, hah?"
"Siapa suruh mau." Kiara geram mendengar Reagive yang sangat kekanakkan. Akhirnya ia mengalah, Zoe lebih penting baginya dari apapun. Ia berlari kecil menuju box bayi milik Zoe. Ia menggendong lalu memberinya ASI.
"Ra?" Panggil Reagive.
"Hmmm." Balas Kiara cuek.
"Maaf yah, aku nggak ada maksud buat nggak nenangin Zoe."
"Iya iya udah, lupain."
"Abisnya aku cemburu, kamu udah nggak perhatian lagi sama aku, waktu kamu semuanya buat Zoe, aku minta tolong cariin sesuatu aja kamu langsung marah, bilang lagi ribet lah, Zoe baru tidur lah." Reagive menekuk mukanya dan membuat Kiara tertawa pelan. Ia membaringkan Zoe di tempat tidurnya setelah bocah itu tenang. Ia lantas berbalik menatap Reagive.
"Kak, kamu ngapain iri sama anak sendiri? Zoe itu anak kamu."
"I know. But, sekarang kita udah nggak bisa kayak dulu lagi, Ra. Aku kangen kamu."
"Kak, udah circle nya harus kayak gini, namanya juga orang tua. Jangan kayak anak kecil deh."
"Ra, kamu nggak ngerti." Rengeknya. Kiara kembali tertawa pelan. Ia seperti memiliki dua bayi yang harus ia tenangkan sepertinya.
"Udah lah, nanti kalo Zoe udah gede juga nggak bakal kayak gini lagi." Kiara berusaha menenangkan sambil menahan tawanya yang ingin sekali pecah.
"Nanti soal adiknya Zoe, jangan buru-buru yah. Aku mau sama kamu dulu."
"Apaan sih, Kak? Sana berangkat, udah siang. Masa CEO Lange Corp telat berangkat." Reagive masih tak bergeming dan masih menatap Kiara dengan wajah lucunya.
"Iya iyaaa apapun yang kamu minta deh, aku turutin." Jawab Kiara pada akhirnya. Reagive nyengir lebar dan beranjak dari duduknya.
"Gitu dong, aku berangkat yah." Kiara menggeleng melihat tingkah Reagive yang sangat kekanakan.
Tak lama setelah Reagive berangkat ke kantornya, Kiara mendapat panggilan dari kakak tirinya, Shamila.
"Halo Kak, kenapa?"
"Lo jadi kan, nanti dateng ke acara engagement gue?"
"Ya jadi lah, Kak. Masa iya nggak dateng di hari bahagia kakak gue tersayang."

KAMU SEDANG MEMBACA
PSITHURISM
Genç KurguGadis itu tak pernah menyangka bahwa kematian sang ibu akan membawa petaka lain dalam hidup damainya. Ia dipaksa menikah dengan kakak kelasnya sendiri. Pernikahan tanpa cinta itu benar-benar merubah segalanya. Ketika ego masih menjadi senjata dari...