Dua puluh Tiga

922 48 1
                                        

Jam istirahat, Reagive menghampiri Kiara ke kelasnya. Tanpa ragu, Reagive menanyakannya langsung pada teman kelas Kiara. Itu sangat membuat Kiara tak nyaman. Apalagi tatapan mereka yang memendangnya aneh. Itu sangat mengganggunya.

"Kamu ngapain sih, pake ke sini segala?"

"Makan siang."

"Ha?"

"Makan siang bareng." Jelas Reagive, lagi.

"Nggak mau. Liat tuh, mereka liatin aku kayak mau nelen." Kiara mengedarkan pandangannya pada para siswi yang menatpnya.

"Ya biarin aja. Kan aku cintanya sama kamu."

"Receh. Aku itu sebel. Kesannya aku yang rebut kamu dari mereka."

"Itu resiko kamu punya suami ganteng kayak aku." Reagive memelankan kata 'suami' di telinga Kiara. Kiara mendengus kesal. Resiko memiliki suami yang banyak digemari orang memang seperti ini. Banyak makan cuka (cemburu) nya. Kadang pun, ia harus tersisih oleh mereka.

"Kamu kapan jeleknya sih?" Ucap Kiara sewot.

"Kayaknya nggak akan, deh."

"Liat aja, abis ini gue siram air keras tuh muka, biar ancur sekalian. Biar mereka nggak liatin kamu lagi." Kiara pergi dari hadapan Reagive dengan kaki yang sengaja ia hentakkan.

"Mau kemana?"

"Niat nggak sih, ngajakin aku makan?" Kiara membalikkan tubuhnya sebentar lalu kembali berjalan mendahului Reagive. Membiarkan laki-laki itu berjalan di belakangnya.

"Dosa gue apa sih? Sampe punya istri gitu banget." Reagive mengelus dadanya.

Belum sempat Reagive menyusulnya, Kiara sudah berjalan ke arahnya. Reagive mengernyit.

"Kok balik lagi?"

"Bentar lagi pulang. Mending makan di rumah, lebih sehat dan hemat." Kiara masuk ke dalam kelasnya. Ia meninggalkan Reagive dengan kebingungannya. Reagive benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Kiara. Dia adalah perempuan paling freak yang pernah ia temui. Moodnya sangat sulit ditebak.

***

Beberapa kesialan memang ditakdirkan untuk Reagive hari ini. Milan dan Azril sengaja kembali bertandang ke apartmennya. Sudah berbagai usaha Reagive lakukan untuk mencegah tamu menyebalkan itu. Tapi, sayang beribu sayang mereka tidak semudah itu dibodohi. Mereka tetap memaksa untuk bertamu. Jadi, seperti inilah jadinya. Mereka melongo melihat Kiara di depannya. Adik kelasnya itu, terlihat santai dengan kaos rumahannya. Sedang apa Kiara di apartmen Reagive.

"Lo ngapain di sini? Lo adek kelas kita kan?"

"Harusnya gue yang tanya, kalian ngapain di sini?" Milan dan Azril menatap Reagive untuk meminta penjelasan. Reagive menghembuskan napasnya kasar. Mungkin, sudah saatnya ia memberitahu temannya tentang apa yang terjadi padanya beberapa bulan lalu. Reagive menceritakan semuanya pada Milan dan Azril.

"Gila juga lo, nikah nggak bilang-bilang."

"Ya mau gimana, usah terjadi juga." Reagive mengedikkan bahu acuh.

"Lo anggep kita apa?"

"Yang penting, sekarang kalian udah tau. Jangan kasih tau pihak sekolah, ya."

"Santuy Mas Bro. Ibaratnya kita itu udah berteman dari orok, gue nggak akan nusuk lo. Jadi, rahasia lo aman sama kita." Terang Milan.

"Iya bener tuh, Give." Timpal Azril.

"Kak, kalo mau makan, ada di pantry. Aku mau ke bawah dulu, beli pengharum ruangan." Ujar Kiara. Reagive mengangguk dan masih setia pada stik PSnya.

PSITHURISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang