Hari pertama mereka ke sekolah sebagai pasangan kekasih. Mereka masih menyembunyikan hubungan mereka yang sebenarnya. Tapi mereka akan mencoba menjalaninya secara biasa-biasa saja. Mereka tidak akan memberitahu publik tentang hubungan mereka. Meskipun, sebatas pacaran.
Reagive berjalan dengan santainya menuju kelas. Earphone yang melekat di telinganya, seakan tak berhenti menemaninya kapan saja.
"Hai, Give." Sapa Shami. Ia menggelayuti lengan Reagive posessive. Reagive segera melepaskan diri dari Shami. Entah, bagi Shami mungkin ini terasa aneh. Tidak biasanya Reagive seperti ini.
"Lo kenapa sih, Give?"
"Nggak."
"Nanti malem hangout yuk. Sekalian kasih surprise buat Jean."
"Jean ulang tahun?"
"Ish. Lo sama sahabat sendiri lupa." Reagive menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"O iya gue baru inget. Tapi, nanti malem gue..."
"Gue nggak nerima penolakan."
"Sham...."
"Lo jangan gitu dong. Mana Reagive yang selalu ada buat sahabatnya?" Reagive menghela napas berat.
"Oke."
"Yeahh. Itu baru Reagive gue." Reagive menikkan sebelah alisnya. Menyadari perubahan sikap Reagive, Shamila segera berdehem pelan.
"Maksudnya, sahabat gue. Sahabat kita."
"Ada-ada aja lo." Mereka berjalan berdampingan menuju kelas. Shamila, gadis cantik itu menang banyak di mata siswi British IHS. Sudah banyak digemari siswa, kaya raya, bisa dekat dengan Reagive, pula. Bagi mereka, Shami adalah kiblat kecantikan mereka di sekolah. Memiliki body goals yang sangat didambakan banyak wanita. Tapi, semua itu tak membuatnya bisa semudah itu mendapat pasangan. Hatinya masih tertutup rapat-rapat. Bagi, Shami, kehadiran Reagive sudah cukup membuat hidupnya berwarna. Ia bahkan rela menolak banyak laki-laki hanya demi bisa dekat dengan Reagive. Tapi, sangat disayangkan, Reagive sama sekali tak memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia pun memiliki perasaan yang sama dengannya. Itu bukan masalah. Yang penting, Reagive pun tidak terlihat dekat dengan siapapun. Persetan, jika ada yang cemburu di balik kedekatan mereka. Itu bukan urusannya.
***
Mulut Kiara sudah gatal ingin menanyakan berbagai macam hal pada Ica. Bagaimana bisa, Ica bisa menyembunyikan hal ini darinya? Mereka bersahabat sudah lama kan? Ya, walaupun baru di permulaan kelas sebelas. Kiara sudah berjalan mondar-mandir di depan kelasnya. Kenapa Ica belum datang juga? Pun dengan Mei. Kemana mereka? Kehadiran Ica dan Mei yang sudah tampak dari jarak beberapa meter, membuat senyum Kiara mengembang. Finally.
"Kalian datengnya lama banget, sih."
"Bukannya lo, yang sekarang berangkat pagian? Kita mah biasa jam segini kali."
"Bodo amat." Kiara menarik kedua temannya untuk menjauh dari kelas. Mereka duduk di bangku depan kirodor.
"Segitu kangennya lo sama kita?"
"Lo utang penjelasan sama gue." Kiara menatap Ica lamat.
"Penjelasan apa?"
"Lo kenal sama Kak Reagive?"
"Ha?"
"Jelasin dong, Ca." Kiara sedikit memaksa.
"Kalo gue deket sama Kak Reagive, urusan lo apa? Lo ada sesuatu sama Kak Reagive?"
"Ooo gue tau, Ca. Kecurigaan kita selama ini bener kayaknya." Mei ikut menimpali. Kiara beralih menatap Mei.
"Maksud lo?"
![](https://img.wattpad.com/cover/224266555-288-k404548.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PSITHURISM
Teen FictionGadis itu tak pernah menyangka bahwa kematian sang ibu akan membawa petaka lain dalam hidup damainya. Ia dipaksa menikah dengan kakak kelasnya sendiri. Pernikahan tanpa cinta itu benar-benar merubah segalanya. Ketika ego masih menjadi senjata dari...