Dua Puluh Empat

838 45 1
                                        

Kiara duduk termangu di taman kota. Ia masih tak bisa menghentikan tangisannya. Hatinya masih sangat sakit. Ini bukan sepenuhnya salah Reagive. Ia tidak bisa menyalahkannya perihal Reagive yang telah menikahinya. Terlalu pahit bagi Kiara. Satu yang masih mengganggu pikirannya, siapa Kathya? Siapa gadis itu, yang bisa membuat Juan dan Reagive sampai seperti sekarang. Seistimewa apa gadis itu, hingga membuat dua orang yang pernah mengisi hatinya itu, bertengkar hebat.

Di tengah isakan tangisnya, sebuah tangan mengulurkan sebuah sapu tangan.

"Lo nggak pantes nangis." Kiara menengadahkan wajahnya. Matanya langsuk menangkap wajah Juan. Kenapa laki-laki ini yang selalu datang di kala sedihnya? Bukan Reagive.

"Air mata lo jangan sampe dijatuhin buat orang yang salah."

"Gue nggak tau, Kak. Hati gue rasanya sakit banget. Ternyata cuma gue yang berharap lebih." Juan duduk di samping Kira dan mengusap air matanya. Sejujurnya, hatinya pun ikut sakit melihat orang yang paling dicintainya menangis. Kiara benar-benar membuatnya mati kutu. Ia tidak bisa berpikir jernih saat bersama Kiara. Pikirannya tentang dendam masa lalunya seakan sirna saat melihat Kiara. Dunianya benar-benar sudah berubah. Juan menyandarkan kepala Kiara di bahunya. Berharap itu bisa memberikan ketenangan bagi Kiara.

"Kak, gue boleh tanya nggak?"

"Apa?"

"Lo ada hubungan apa sama Kak Reagive." Air muka Juan berubah saat mendengar nama Reagive diucapkan begitu lembut oleh Kiara. Reagive selalu mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan.

"Dulu, gue sama Reagive sahabatan. Sebelum dia, rebut Kathya dari gue. Berengseknya lagi, setelah dia dapetin Kathya, dia campakin Kathya gitu aja."

"Kathya itu siapa?"

"Kita dulu sahabat deket berempat. Gue, Reagive, Kathya, sama Ica. Tapi itu dulu, sebelum apa yang terjadi sama Kathya buat kita semua jadi berubah. Kathya bunuh diri setelah dia depresi. Orang tuanya pisah, dan Reagive ninggalin dia gitu aja."

"Ica?"

"Iya, Ica, temen lo. Kita sahabatan dari SMP." Wah, banyak sekali yang ia tidak tau.

"Lo pacaran sama Reagive?" Kiara hanya tersenyum menanggapi. Ia tidak bisa menceritakan semuanya pada Juan. Apalagi, hubungannya dengan Reagive pun entah berada dimana sekarang.

"Gue harap, lo pertimbangin lagi soal Reagive. Karena, gue nggak mau, yang terjadi sama Kathya, terjadi juga sama lo. Gue nggak mau, semua orang yang gue sayang, terluka gara-gara Reagive."

"Udah malem, Kak. Gue pulang, yah." Rasanya sudah cukup ia mendengar keberengsekan Reagive hari ini. Cukup membuatnya kian meragu tentang hubungannya. Kiara takut, Reagive akan melakukan hal yang sama padanya. Reagive akan mencampakkannya. Ia berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Juan. Terlihat Juan menampilkan seringaian jahatnya.

"Satu langkah menuju kehancuran, Tn. Muda Lange." Juan menampilkan smirk smilenya.

***

Semalaman Reagive mencari keberadaan Kiara. Tapi tak kunjung ia temukan. Syukurlah, ayah mertuanya memberiahukan bahwa Kiara berada di rumah lamanya. Ia sedikit bisa bernapas lega. Meski, gadis itu, masih tak mau bicara dengannya. Ia bingung sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi pada Kiara? Dimana letak kesalahannya? Apa yang telah dia lakukan hingga membuat gadis itu seperti ini?

Di sekolah pun, Kiara masih menghindari Reagive. Ia enggan bertegur sapa dengannya. Bukan ini yang ia inginkan. Ia hanya tak mau perasaannya untuk Reagive akan semakin besar dan tak terkendali. Itu akan menyulitkannya jika suatu saat Reagive akan meninggalkannya.

PSITHURISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang