Lima

1.1K 66 0
                                    

Entah kenapa, hampir semua orang yang ada di kelas Kiara sibuk membicarakan turnamen futsal. Bahkan kedua temannya pun tak luput dari hal ini. Mereka membicarakan hal yang tidak Kiara mengerti sama sekali. Ia hanya mendengarkan tanpa ingin ikut bergabung dalam pembicaraan. Setelah lama menyimak, Kiara mulai paham arah pembicaraan mereka. Ternyata mereka membicarakan anggota tim futsal sekolah, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Reagive dan teman-temannya. Mereka terlihat begitu menggebu saat membicarakan mereka. Kiara memutar bola matanya jengah. Apa sepopuler itu?

"Eh, Ra, nanti liat turnamen futsal yuk." Ajak Mei.

"Nggak lah, males. Gue enggak suka yang begituan."

"Ih, ayo dong, Ra. Nggak asik lo sekarang." Kiara berpikir sejenak. Mungkin ia bisa menerima ajakan Mei dan Ica. Lagian ia juga akan ditinggal sendiri lagi di apartment. Reagive kan juga ikut turnamen futsal. Setelah lama berpikir, akhirnya Kiara mengangguk.

"Ok, gue ikut." Jawab Kiara pada akhirnya.

***

Sepulang sekolah, Kiara, ica dan Mei sudah siap untuk pergi ke turnamen antar sekolah, setelah sebelumnya mereka pulang untuk berganti pakaian. Stadion terasa sangat sesak. Banyak sekali yang ingin mensuport sekolah masing-masing. Tak hanya itu, acara ini juga dijadikan sebagai spot foto para selebram alay untuk kebutuhan insta story mereka. Ada juga yang menjadikannya sebagai pengusir bosan, seperti yang Kiara lakukan. Ia sama sekali tidak tertarik dengan pertandingan futsal. Apalagi, sejauh ini, para penggemar Reagive sudah berteriak tidak jelas. Dan itu sangat menganggu telinga Kiara.

'Ya ampun, Kak Reagive ganteng banget, sih.'

'Pengin gue elapin tuh keringet.'

'Itu rambutnya bisa nggak, nggak usah disibak-sibakin.'

'Jaga iman hamba Ya Allah.'

Mungkin seperti itulah teriakan norak dari para penggemar Reagive. Kiara sangat tidak menyukainya. Itu terdengar sangat menggelikan. Kiara jadi berpikir, apa istimewanya seorang Reagive? Kalau saja mereka tua bagiamana Reagive sebenarnya, ia yakin tidak akan ada gadis yang mau dengannya. Mereka akan menyesal pernah mengidolakannya.

"Kak Reagive suami gue tuh." Teriak Mei pada Ica dan Kiara. Kiara mendengus mendengar ucapan Mei.

'Istrinya di sini, nih.' Batinnya berujar

"Gue doain, biar lo bisa dapetin Kak Reagive, Mei." Ucap Ica tanpa dosa.

'Nyumpahin gue jadi jendes lo, Ca. Nggak ada akhlak lo.'

Kiara benar-benar bosan. Ia tidak bersemangat sama sekali. Tidak bisakah mereka meneriaki orang lain saja. Kenapa harus suaminya. Lagi pula, Reagive tidak main sendirian kan? Banyak yang lebih tampan dari Reagive. Tunggu, apa dia cemburu? Tentu saja tidak. Mana mungkin ia cemburu.

Pertandingan babak pertama berakhir. Sekolah mereka unggul sementara. Saat jeda pertandingan, seorang gadis menyodorkan sebotol air mineral untuk Reagive. Shamila.

"Nih, minum."

"Thank Sham."

"Lo keringetannya banyak banget sih, Give." Shamila mengelap wajah Reagive dengan sapu tangan miliknya. Reagive tak diberi kesempatan untuk sekedar menolak. Gadis itu bertingkah seolah Reagive adalah miliknya.

PSITHURISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang