Tiga Puluh Lima

800 40 5
                                    

Sesuai janji yang telah ia buat, sore ini, Reagive mengunjungi Shami di kediaman ayah mertuanya. Kondisinya buruk. Shami yang periang, kini menjadi gadis yang menutup diri. Ketika melihat, kehadiran Reagive, mata Shami langsung berubah hangat. Tanpa permisi, ia langsung menghambur dalam pelukan Reagive. Reagive cukup terkejut dengan perlakuan Shamila. Namun, ia tak urung untuk membalas pelukan gadis itu.

"Gue pikir lo lupa sama gue, Give."

"Mana mungkin gue bisa lupa sama lo. Mau gimanapun, lo kan temen gue."

"Kiara nggak ikut sama lo?" Reagive hanya tersenyum kecut.

"Dia lagi di Bogor. Di tempat Omanya."

"Gue denger, Kiara pergi dari rumah."

"Iya."

"Gara-gara gue? Gue denger, Mama minta lo buat nikahin gue?" Tanya Shami yang langsung membuat Reagive tak mampu bersuara lagi.

"Keputusan lo gimana?" Tatapan Shami benar-benar membuat Reagive mati kutu. Ia tidak mungkin mengatakan tidak. Hal itu pasti akan menyakiti hati Shami. Tapi, ia juga tidak bisa membohongi hatinya sendiri. Yang ia inginkan hanya Kiara. Jika ia mengatakan iya pun akan membuat Shami semakin terluka. Menjalin hubungan pura-pura sepihak akan sangat menyakitkan Shami nantinya.

"Sham, lo tau kan, gue sama Kiara......"

"Gue tau, nggak papa kalo lo nggak mau terima gue." Potongnya cepat. Ia tidak mau mendengar kata-kata Reagive selanjutnya. Itu pasti akan membuat hatinya terasa nyeri.

"Gue nggak ada maksud, buat nyakitin hati lo, Sham. Tapi, lo bakal lebih tersiksa saat lo sama gue, tapi hati dan pikiran gue nggak pernah bisa sama lo. Makanya, lebih baik, gue ngomong sekarang. Karena yang gue cinta cuma Kiara, adik lo. Dan gue nggak pernah punya niat buat menggeser posisi dia dari hati gue." Byarrrr. Layaknya badai yang bergemuruh, air mata Shami luruh seketika. Sakit sekali menghadapi kenyataan bahwa Reagive sangat mencintai adik tirinya. Ia sadar, dirinya tak akan pernah bisa menyingkirkan Kiara dari Reagive. Sesak sekali. Rasanya tidak ada oksigen yang mampu ia hirup di ruangan ini.

"Sham, gue harap, lo mau ngerti. Lo juga belum tentu bahagia kalo lo nikah sama gue." Reagive mengusap air mata Shami pelan. Shami menahan tangan Reagive di pipinya. Ia ingin merasakan sentuhan hangat Reagive sebentar saja. Sebelum Reagive akan meninggalkannya untuk selamanya.

"Tetap seperti ini, sebentar." Reagive hanya diam. Ia tak menolak. Shami hanya butuh dimengerti orang-orang di sekitarnya.

"Gue nggak bisa maksa lo buat sama gue. Gue cukup ngerti gimana rasanya jadi Kiara. Sakit, ketika kehilangan orang yang paling kita sayang. Gue nggak mau adik gue, ngerasain apa yang gue rasain. Karena rasanya akan sangat menyakitkan."

"Makasih, Sham. Lo udah mau ngertiin kita. Dan lo rela berkorban buat kebahgaiaan gue sama Kiara."

"Lo sahabat gue, Give. Lo tenang aja, karena gue bakal baik-baik aja demi baby joy gue." Shami mengelus perutnya yang masih terlihat rata. Ia tersenyum getir melihat perutnya.

"Lo pasti bisa lewatin ini semua tanpa gue. Lo perempuan kuat. Dan bayi lo juga akan sekuat mamanya. Gue juga yakin, suatu saat lo bakal nemuin orang yang bisa mencintai lo sebesar lo mencintai dia. "

"Lo bisa keluar, Give. Gue mau istirahat." Usirnya halus. Reagive mengangguki permintaan Shami. Ia segera keluar dari kamar milik gadis itu.

Selepas kepergian Reagive, Shami menangis sekuat-kuatnya. Ia belum rela sepenuhnya melepaskan Reagive. Hatinya terluka terlalu dalam karena cinta yang terlalu dalam pula. Ia benar-benar akan kehilangan Reagive untuk selamanya. Ternyata melepaskan semenyakitkan ini.

***

Husb😜

Apa kabar My Joy?

Satu notif dari Reagive, mampu membuyarkan lamunan Kiara. Bibirnya berkedut saat melihat isi pesan Reagive. Ia sangat merindukan laki-laki itu.

Bisa ketemu, Cantik. Aku udah di depan rumah Oma.

Kiara mengintip dari jendela kamar yang ia tempati. Benar saja, Reagive sudah berada di bawah dengan raut muka yang seakan tanpa masalah. Apa Reagive akan memberitahu kabar pernikahannya dengan Shami? Secepat inikah?

Tak mau terlalu lama bergelut dengan argumennya, Kiara memilih untuk segera menemui Reagive. Saat menatap wajah Reagive, tidak ada beban yang dipancarkan laki-laki itu. Apa perpisahan mereka sangat membuat Reagive bahagia?

"Kenapa?"

"Kamu nggak kangen sama aku?" Kiara mengernyit. Kalau bisa ia mengtakan 'sangat' ia akan mengucapkannya seribu kali. Tapi tidak mungkin. Ia akan menyingkirkan semua perasaannya untuk Reagive mulia detik ini.

"Kamu mau ngasih kabar pernikahan kamu sama Kak Shami?"

"Iya." Kiara langsung mengalihkan pandangannya dari mata Reagive. Matanya sudah berkaca-kaca.

"Congrats kalo gitu. Kapan?" Melihat perubahan air muka Kiara yang tak stabil, membuat Reagive ingin tertawa sekeras mungkin.

"Kamu nggak tanya kabar pernikahannya gimana?"

"Nggak perlu." Jawab Kiara jutek. Namun Reagive tau, kalau Kiara sedang menahan sesak di dadanya.

"Kamu mau jadi kakak ipar aku, aku nggak mau Kak Shami salah paham."

"Kenapa kamu nggak coba dengerin penjelasan aku, hah?"

"Karena aku nggak bisa dengerin kamu lagi."

"Kamu harus dengerin aku selamanya."

"Itu hanya berlaku kalo kita masih punya hubungan. Sekarang kita udah berakhir, Kak."

"Kamu istri aku selamanya. Jadi, nggak ada alesan buat kamu bantah omongan aku." Ucapan Reagive membuat Kiara melotot ke arahnya.

"Maksudnya....."

"Ya kamu bakal jadi istri aku selamanya. Aku nggak akan ninggalin kamu sampai kapanpun, My Wife."

"Aku masih nggak ngerti. Kak Shami gimana?"

"Aku udah jelasin semuanya sama Shami. Dia ngertiin kita. Toh yang terjadi sama dia, itu bukan kesalahan kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu gara-gara hal yang tidak pernah kamu lakukan. Yang aku inginkan hanya kamu, kalo kamu tau." Kiara terdiam. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Reagive. Benarkah, Shamila mau mengalah? Semudah itu?

"Mulai sekarang janji sama aku, kalo kita bakal selesaikan masalah kita bareng. Kamu bisa liat kan, we can solve our problem." Lanjut Reagive.

"Aku janji. Kamu juga harus janji, kalo kamu nggak akan buat aku kehilangan kamu lagi. Nggak enak."

Reagive merentangkan kedua tangannya, memberi isyrat pada Kiara  untuk masuk dalam dekapannya. Kiara memeluknya erat. Air matanya mengucur deras. Ia tidak menyangka jika dirinya hampir kehilangan laki-laki ini. Manusia paling menyebalkan yang sudah membuatnya jatuh cinta hanya dengan menatap mata hazelnya. Tatapannya yang teduh selalu membuatnya merasa terlindungi.

"I love you more than any word can say, Kiara Arletta." Reagive membisikkan kata itu, di dekat telinga Kiara. Membuat wajah Kiara kian merona. Laki-laki yang tak pernah melakukan hal romantis ini, sekarang kian puitis saja. Kata-katanya yang sederhana selalu membuat jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya.

"I love you more, My Joy."

______________________________________

Udah mau end aja yah psithurism. Endingnya masih bisa aku ubah nih, so, mau happy apa sad ending?

Votementnya yukkk

Lup

R

PSITHURISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang