Kehilangan bukan lagi hal baru bagi seorang Kiara Arletta. Sepertinya nasib baik tak pernah berpihak padanya. Kala sepi menjadi teman sejatinya. Ia sendiri sekarang. Tak ada tempat baginya untuk sekedar bersandar. Kosong. Tanpa arah itulah yang ia rasakan. Ketika semua orang seakan meninggalkannya. Hanya satu janji yang ia tunggu sampai saat ini. Baginya, menunggu bukanlah hal yang menyenangkan. Tapi, meninggalkan bukan lah solusi terbaik. Ia bukan gadis berusia 17 tahun lagi. Ia bukan gadis kecil yang selalu mementingkan ego. Ia bertahan, dengan sejuta perasaan aneh yang berkecamuk. Hatinya terasa bergemuruh bersama jutaan rintik hujan yang jatuh menyapa bumi. Secangkir latte panas yang ia genggam pun tak mampu menetralisir keadaannya. Namun satu hal yang masih ia percaya, dia akan menepati janjinya. Meskipun ia harus menghabiakan ribuan hari lagi untuk menunggu hari itu tiba.
Kisahnya bertahun-tahun lalu, seakan memiliki tempat tersendiri dalam hipotalamusnya. Puzzle-puzzle memori masih tersusun rapi dalam benaknya. Bayangan nostalgia yang mengingatkannya pada masa putih abu-abu dulu.
"Dulu, aku hanyalah senja yang siap tenggelam untuk menyambut kegelapan. Tanpa berpikir akan ada cahaya yang berpendar lagi setelahnya. Hingga kau datang sebagai pagi." Gadis itu menatap sendu jendela kamarnya.
Ia kembali teringat akan kisah bersamanya dan hujan. Banyak sekali yang ingin ia putar kembali. Namun inilah takdir tuhan atas dirinya.______________________________________
Assalamualaikum..
Alhamdulillah cerita pertama saya yang berhasil di publish. Semoga suka. Sisakan jejak dengan vote dan comment🙂🙂🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
PSITHURISM
Teen FictionGadis itu tak pernah menyangka bahwa kematian sang ibu akan membawa petaka lain dalam hidup damainya. Ia dipaksa menikah dengan kakak kelasnya sendiri. Pernikahan tanpa cinta itu benar-benar merubah segalanya. Ketika ego masih menjadi senjata dari...