Dua Puluh Lima

858 47 0
                                        

'Kathya memang sangat mencintai Reagive. Tapi, bukan Reagive penyebab Kathya meninggal. Reagive nggak pernah cinta sama Kathya. Dia pacarin Kathya karena dia sakit. Dia kena meningitis. Reagive nggak mau liat Kathya menderita di sisa hidupnya. Sampai suatu hari, Kathya memilih untuk meninggalkan kita semua. Juan nggak terima Kathya pergi. Dia terus nyalahin Reagive, atas meninggalnya Kathya. Reagive nggak salah, Ra, dia nggak pernah ninggalin Kathya kayak yang Juan bilang. Justru dia, relain perasaanya buat bisa mencintai Kathya semampu yang dia bisa. Kathya pergi karena dia nggak mampu lagi menahan rasa sakit yang terus menggerogoti dia. Plis, Ra, gue tau Reagive, dia nggak akan melakukan hal seburuk itu.'

Ucapan Ica masih terngiang di kepalanya. Mana yang harus ia percaya? Serumit inikah dunia? Terlalu rancu untuk manusia picik sepertinya. Harusnya ia mau mendengarkan Reagive. Ia tidak bisa menyalahkan Reagive, karena memang ia tidak salah. Ia pun tidak bisa menyalahkan Juan, jika ia berada di posisi Juan, ia pun akan mengira hal yang sama. Jadi, ini hanya soal kesalahpahaman yang berkelanjutan.

Kiara menghampiri Reagive yang tengah menatap sendu area taman sekolah. Ia canggung setelah lama tak bertegur sapa. Jujur, ia merindukan kebersamaannya dengan Reagive.

"Aku mau minta maaf, Kak." Ucap Kiara. Reagive menoleh, srnyumnya mengembang saat melihat Kiara tersenyum padanya.

"Aku salah nilai kamu. Aku udah salah paham sama kamu. Kalo aku coba buat dengerin kamu waktu itu, kita nggak bakal kayak gini." Kiara menundukkan kepalanya dalam. Ia mulai terisak pelan. Reagive memegang bahu Kiara, mengangkat dagunya.

"Aku juga minta maaf sama kamu, aku nggak terbuka sama kamu tentang masa lalu aku." Reagive mengusap air mata Kiara. Ia membenci Kiara yang seperti ini. Kiara yang cerewet ternyata lebih ia cintai dari pada Kiara yang pendiam.

"Aku pengin peluk kamu, tapi, ini masih di sekolah." Bisik Reagive pada Kiara. Kiara mencubit lengan Reagive hingga laki-laki itu meringis kesakitan. Bisa-bisanya dia mengatakan hal seperti itu di sini. Memalukan.

Di lain tempat, Juan menatap mereka sendu.

"Gue harap, lo nggak gangguin mereka. Mereka saling cinta, Kak." Juan menoleh ke sumber suara.

"Ica?"

"Dan gue berharap, kesalahpahaman antara lo sama Kak Reagive bisa selesai sampai di sini. Kita bisa kayak dulu lagi, walaupun tanpa Kathya."

"Berat buat gue, Ca. Kathya itu hidup gue. Gue terpuruk sampe gue ketemu Kiara. Dia yang ngembaliin cahaya di hidup gue."

"Tapi, lo nggak bisa, pilih takdir hidup lo semau lo sendiri. Kiara udah bahagia sama Reagive."

"Gue bakal coba, tapi nggak janji. Tapi, kalo Reagive sampe nyakitin Kiara, gue nggak akan segan-segan buat ambil dia dari Reagive." Juan menatap nanar ke arah mereka. Ia masih belum bisa menerima sepenuhnya. Ica menghela napasnya. Peningkatan yang bagus, meski belum sepenuhnya kembali seperti semula. Setidaknya, ada harapan untuk bisa memulai sesuatu yang baru.

PSITHURISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang