Epilog

1.2K 44 1
                                    

Psithurism

Bagi Kiara, kematian bundanya adalah hal paling menakutkan yang pernah ia alami. Ia takut tak bisa melanjutkan hidupnya tanpa Sang Bunda. Seorang anak yang masih dalam masa pertumbuhan harus kehilangan kasih sayang seorang ibu. Tak lama berselang, kasih sayang ayahnya pun harus direnggut takdir. Ayahnya menjadi workaholic dan mulai tidak peduli dengan apapun yang ia lakukan. Semestanya hancur saat itu. Ia tidak memiliki siapapun untuk sekedar membagi kisah sedihnya.

Sampai takdir memepertemukannya dengan Reagive, melalui ikatan suci pernikahan. Pria menyebalkan yang menjadi kakak kelasnya di sekolah. Hubungan yang tanpa dilandasi rasa cinta sedikitpun, hari demi hari berubah menjadi ketergantungan satu sama lain.

Bagi Kiara, Reagive adalah sosok yang tuhan kirimkan untuk menggantikan bundanya. Sosok yang selalu sedia menampung segala keluh kesahnya. Sosok yang bersedia memberikan bahunya kapanpun ia butuh.

Layaknya psithurism, Reagive adalah sosok yang mampu menenangkannya dalam situasi segenting apapun. Seperti suara daun-daun yang membentuk alunan melodi indah yang mampu membius indera.

Dari Reagive ia sadar, bahwa kematian seseorang yang sangat kita sayangi, belum tentu menjadi akhir dari hidup. Bisa jadi, tuhan memiliki cara lain dengan menghadirkan sosok baru yang mampu menghapus segala luka yang tertoreh.

Kiara tersenyum melihat foto-fotonya bersama Reagive kala dulu. Masa putih abu-abunya yang memberikan banyak kenangan berarti dalam setiap metamorfosa kehidupannya.

Tak terasa sudah lebih dari empat tahun, ia hidup tanpa sosok Reagive. Terakhir kali ia bertegur sapa, saat laki-laki itu hendak melanjutkan pendidikannya ke Oxford. Ini sudah lebih dari batas waktu yang Reagive janjikan. Kalender yang ia siapkan pun sudah habis. Namun, laki-laki itu tak kunjung kembali. Apakah ini akhirnya? Ia tidak akan pernah kembali lagi? Sampai sekarang, ia sudah menjadi seorang fashion designer ternama. Mereka memang sengaja tak menjalin komunikasi. Mereka hanya tidak ingin terganggu pendidikannya. Jadilah mereka seperti sekarang. Mengharap sesuatu yang entah akan terwujud atau tidak.

Kiara menutup albumnya dan keluar dari ruangannya. Jam makan siang sudah tiba, tapi teman-temannya tak kunjung mengajaknya pergi ke luar juga.

"Aunty." Teriak anak laki-laki berusia empat tahunan.

"Hai, Cloe."

"Aunty, kita makan di luar yuk. Cloe udah laper banget. Soalnya Mommy kan nggak bisa masak."

"Masih kecil udah suka ngadu domba, yah." Sang ibu mencubit pipi bocah laki-laki itu gemas.

"Emang bener kan Kak Shami nggak bisa masak." Kali ini Kiara ikut membela bocah kecil di depannya.

"Jangan racunin anak gue dong, Ra."

"Iya deh iya. Jadi makan nggak nih?"

"Ya jadi ayok."

Mereka pergi ke sebuah cafe dekat butik milik Kiara. Sudah jadi kebiasaan wajib mereka untuk menyempatkan makan siang di luar seperti ini.

Kiara memandang gemas, wajah cloe yang tengah menyuap makanan sendiri.

"Rasanya punya anak gimana, Kak?"

"Susah dijelasin. Lo mesti punya anak dulu baru bisa lo rasain sendiri."

"Dih apaan sih?"

"Lo cepetan minta anak sama suami lo pas dia  balik nanti."

"Gila. Gue aja lost contac sama dia empat tahun."

"Nggak nyangka ya, udah empat tahun aja lo menjanda." Canda Shamila.

"Sialan lo. Menjanda bahasa lo. Kita LDR, yah."

"Tapi kalian nggak saling ngasih kabar, kan? Kalo dia nikah lagi gimana? Punya wanita lain, misalnya."

"Jangan racunin cewek polos gue, Sham." Mereka berdua menoleh ke sumber suara. Mata Kiara membelalak sempurna. Ia tidak bisa mempercayai ini. Reagive kembali? Tanpa basa-basi, Kiara langsung memeluk Reagive erat.

"Aku kira kamu udah mati."

"Sesek, Ra."

"Kamu kok jahat sih, katanya kamu bakal balik pas S1 kamu selesai?"

"Maafin aku, aku telat karen aku harus selesain magister aku."

"Magister? S2?" Reagive mengangguk. Ia sudah lulus S2 sekarang. Berkat program akselerasi yang ia tempuh.

"Kok curang sih, aku aja baru lulus S1."

"I miss you, Ra."

"I miss you more. Bayangin aja kalender aku sampe habis dan kamu nggak balik-balik. Berapa ribu hari aja kamu ninggalin aku, hah?"

"Masih cerewet ternyata."

"Dan kamu masih nyebelin."

"Mulai sekarang, aku nggak akan ninggalin kamu lagi. Empat tahun hidup tanpa kamu buat aku sadar, betapa pentingnya kamu di hidup aku, Ra."

"Dont go again, I cant life without you. I need you."

"Never. Stop to wait me. As you see, I am here for you and our future."

Penantian lamanya berakhir sekarang. Mulai detik ini, ia tidak akan jauh-jauh dari Reagive.

"Aku beruntung punya kamu Reagive Xaverius Lange."

"Kiara Arletta, meeting you was fate. Becoming your friends was choice. But, falling love with you was completely out of my control." Reagive menarik napasnya sejenak lalu kembali berbisik.

"I love you today, I love you tomorrow and I love you forever. I love you more than every action i take. I love you for all that you are, for all that you have been and for all that you are going to be." Kiara semakin mengeratkan pelukannya. Ia bahagia sekali saat hal yang paling ia inginkan akhirnya kembali padanya.

'Terima kasih Tuhan, telah mengirimkan sosok laki-laki seperti dia. Dia yang selalu punya sejuta kejutan untuk membuatku kagum. He  is the best a gift wich god given me.'

______________________________________

Alhamdulillahirobbil alamin, akhirnya cerita pertama saya bisa tamat juga. Makasih buat yang udah ngukutin dari awal sampe akhir. Makasih buat yang udah setia votement. Maapin authornya suka bikin kesel. Maapin kalo ceritanya nggak sesuai sama apa yang kalian harapkan. Inilah author dengan segala kekurangan author. Intinya makasih lup lup. Ditungguin info selanjutnya yakkk.

Lup

R

PSITHURISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang