Reagive sama sekali tak ambil pusing dengan sikap Kiara yang menghindarinya. Ya, sejak semalam, Kiara tak pernah memunculkan batang hidungnya. Reagive terus membaca buku yang dipinjamnya dari perpustakaan. Waktu ujian sudah semakin dekat. Jam tambahanpun sudah mulai gencar dilakukan. Bagi Reagive, sekolahnya tidak boleh untuk sekedar mencari pengalaman. Reagive bukanlah kutu buku, tapi masa depannya memang sepenting itu. Ia tidak pernah main-main dengan segala tindakannya. Berbeda dengan Kiara, gadis itu, tak terlalu mempedulikan sekolahnya. Baginya, sekolah hanyalah ajang untuk mendapatkan predikat akademika. Bukan mencari pengalaman yang sesungguhnya.
Kiara baru keluar dari kamarnya. Namun, mata Reagive sudah terlebih dahulu menelisiknya.
"Kenapa?" Tanya Kiara
"Lo yang kenapa?"
"Kok gue?"
"Ngapain lo ngehindar?" Reagive melangkah mendekati Kiara. Kiara gelagapan sendiri. Akan menjawab apa dia? Mana mungkin ia akan berkata yang sejujurnya. Euwwhh memalukan.
"Gue oke." Jawabnya singkat. Reagive menatap Kiara pasrah. Gadis itu ternyata masih belum mau terbuka padanya. Reagive melanjutkan acara belajarnya. Lebih baik dia memikirkan ujiannya dari pada Kiara.
"Kak, lo pernah nggak, punya pacar." Reagive mengernyit.
"Ngapain nanya gitu?"
"Ya pengin tau aja gitu. Kalo nggak mau ngasih tau juga nggak papa."
"Mmmm just monkey's love, i mean."
"Seriously?" Reagive mengedikkan bahunya acuh. Benarkah? Bagaimana dengan teman sekelas Reagive yang bernama Shamila itu. Apa hubungan mereka? Teman? Atau apa? Entahlah. Akhir-akhir ini, Kiara ingin sekali mengetahui tentang seluk beluk masa lalu Reagive. Untuk apa dia melakukan itu pun Kiara tak tau pasti. Yang jelas, ia hanya ingin menuruti kata hatinya saja.
***
Kelas Kiara adalah kelas mipa paling absurd seangkatannya. Kelas ini sungguh tak mencerminkan bahwa penghuninya adalah anak mipa. Kejahilan mereka selalu menjadi perbincangan para guru. Mereka selalu saja berulah. Semua hukuman mungkin sudah mereka cicipi satu per satu. Sama halnya dengan Kiara, gadis itu bukanlah gadis yang betah diam. Meski jam pelajaran pun, ia tak pernah mendengarkan penjelasan guru. Jam ini free class. Jadi, Kiara menggunakan waktunya untuk berghibah ria bersama Ica dan Mei.
"Nanti, pulang sekolah kita ke mall yuk. Kita nongki-nongki cantik." Ajak Mei.
"Gue sih oke-oke aja." Mereka berdua melirik ke arah Kiara.
"Gue? Mmm nggak tau." Kiara melirik ponselnya yang bergetar. Nampak ada sebuah notif dari Reagive.
Husb😜
Nanti lo pulang sendiri nggak papa kan? Gue mau kumpul dulu sama anak-anak.
Kiara kembali menatap kedua temannya. "Oke, gue ikut."
"Nah gitu dong, Ra."
"Tapi jangan kesorean, yah."
"Jam 6 deh."
"Jam 4."
"Duhilah, baru nyampe langsung pulang, Bu."
"Gue bisanya jam segitu, kalo nggak mau ya udah." Cibirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/224266555-288-k404548.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PSITHURISM
Novela JuvenilGadis itu tak pernah menyangka bahwa kematian sang ibu akan membawa petaka lain dalam hidup damainya. Ia dipaksa menikah dengan kakak kelasnya sendiri. Pernikahan tanpa cinta itu benar-benar merubah segalanya. Ketika ego masih menjadi senjata dari...