Pelajaran olahraga adalah pelajaran paling Kiara benci selama sebelas tahun ia bersekolah. Ia sama sekali tidak pernah lulus praktek dengan nilai memuaskan. Paling-paling mendapat nilai pas KKM. dan itu pun ia sudah mensyukurinya. Hari ini, Kiara mendapat pelajaran menyebalkan itu. Cuaca yang cukup terik membuat rasa malasnya semakin menguar saja. Terlebih perutnya sedang tidak bersahabat. Entah kenapa perutnya terasa tidak nyaman sejak tadi pagi. Kiara terus memegangi perutnya. Sial sekali.
"Lo kenapa, Ra?" Tanya Ica yang melihat wajah pucat pasi miliknya.
"Iya, Ra, lo sakit?" Lanjut Mei.
"Enggak tau. Perut gue sakit banget."
"Ke UKS aja deh. Atau lo mau pulang aja?"
"Kayaknya gue pulang aja. Gue udah nggak kuat."
"Gue anter, yah." Tawar Ica.
"Nggak usah. Biar gue pulang sendiri aja." Tolaknya. Tidak mungkin jika ia diantar Ica. Ia kan tinggal di apartment sekarang.
"Beneran lo nggak papa? Biar kita anterin deh." Kali ini Mei yang berbicara.
"Eee nggak usah. Nanti gue dijemput supir aja." Ia terpaksa berbohong untuk mengurangi kekhawatiran Ica dan Mei. Ia belum siap mengatakan yang sebenarnya pada mereka. Ini bukan waktu yang tepat. Lagi pula kondisinya sedang seperti ini.
***
Jam istirahat, Reagive dan teman-temannya sudah berada di kantin. Seperti biasa, mereka akan memesan makanan langganan mereka. Azril sudah riweuh sedari tadi. Ia sibuk mengobrak abrik isi dari bakso beranak yang dipesannya. Sedangkan Milan, ia tengah menyuapi Jean, kekasihnya yang menolak untuk makan. Kini tersisa Shami dan Reagive yang masih saling diam.
"Eh nggak nyangka, yah, kita udah kelas dua belas. Bentar lagi ujian, Bro." Ucap Azril dengan mulut penuh bakso.
"Ihh jorok lo, ditelen dulu napa." Protes Shamila.
"Hee sorry, Beb."
"Halah, semua cewek lo panggil 'beb'. Makanya jangan kelamaan jomblo." Ledek Milan.
"Cewek lo enggak tuh." Sewot Azril tak mau kalah.
"Langkahin mayat gue dulu, kalo lo berani." Milan mendramatisir.
"Lebay lo."
"Udah-udah. Kalian lagi apa-apaan sih? Ehh gue sama Shami mau ke belakang dulu." Pamit Jean.
"Ditemenin enggak, Yang?" Tawar Milan dengan seringaian jahilnya. Milan justru mendapan pelototan tajam dari Jean. Dan mereka langsung pergi begitu saja. Reagive dan Azril tertawa jahat melihat nasib Milan. Mana ada seorang ketua OSIS seperti itu. Bersikap bijak dan penuh wibawa di depan anggota dan para siswa. Namun, ciut di hadapan kekasihnya.
"Give, tuh cewek kayaknya ngebet banget sama lo." Azril menyenggol lengan Reagive.
"Shami maksud lo?" Tanya Milan.
"Ya iya lah. Masa si Jean."
"Iya, Give. Secara kan kalian udah sahabatan dari kelas sepuluh. Lo nggak ada minat?" Reagive menggeleng.
"Sama sekali?"
"Gue sama Shami itu enggak ada apa-apa. Kita cuma sahabatan biasa kok." Jawab Reagive santai.
"Gue sih, enggak percaya sahabatannya cewek sama cowok. Salah satunya pasti ada yang baper."
"Kalo dia baper ke gue ya terserah. Kan gue enggak." Baik Milan maupun Azril hanya bisa geleng kepala. Reagive terlalu keras kepala untuk menerima masukan orang.
![](https://img.wattpad.com/cover/224266555-288-k404548.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PSITHURISM
Novela JuvenilGadis itu tak pernah menyangka bahwa kematian sang ibu akan membawa petaka lain dalam hidup damainya. Ia dipaksa menikah dengan kakak kelasnya sendiri. Pernikahan tanpa cinta itu benar-benar merubah segalanya. Ketika ego masih menjadi senjata dari...