Hari ini adalah jadwal latihan ekskul basket.
Dan hari ini, jadwal seseorang pula untuk berdiri mengamati kegiatan ekskul tersebut di balik jendela besar yang mengarah pada lapangan basket outdoor.
Meskipun ada tim lelaki dan perempuan yang sedang berlatih, tentu sosok tersebut memperhatikan tim lelaki. Dan dari banyaknya anggota laki-laki, fokusnya diambil oleh satu orang yang sedang berebut bola dibawah sana.
Seorang pemuda yang ternyata masih sama seperti kemarin, masih dengan tawa khasnya yang terdengar dari kantor guru sekalipun.
Bibir tipis itu ikut tertarik ke atas ketika melihat pemuda yang ia amati tertawa lepas, bahkan ketika dirinya tidak tau kelucuan apa yang sedang terjadi dibawah sana.
Sepertinya pemuda itu memang tidak memiliki waktu untuk bersedih —ah semoga jangan.
"Yang mana, Le? Anak basket rata-rata temen gue loh."
Sosok pengamat yang bernama Alea tersebut tersentak mendengar suara yang tiba-tiba menginterupsi acara pengamatannya. Dan saat Alea berbalik, manusia tengil sedunia ada disana.
"Mark! Ngagetin" Sungutnya. Sedangkan Mark malah tertawa keras menyadari bahwa sahabatnya itu tertangkap basah olehnya.
Mark mengambil langkah dan melihat ke lapangan basket, "Merhatiin siapa sih? Mau gue sampein nggak? Anak basket tuh temen temen gue, Lea."
"Lo ngomong apaan deh."
"Udaaah gak usah bohong. Mending jujur aja merhatiin siapa? Nggak bakal gue bocorin kok!" Ucap Mark sambil membentuk tanda peace dengan jarinya.
Gadis itu memutar bola matanya. Tentu itu adalah omong kosong, maka dari itu diabaikannya kalimat Mark barusan, "Bukan siapa-siapa. Ada apa Mark?" Tanyanya.
"Ada apa ... apanya?"
"C'mon, lo nggak mungkin nyamperin gue tanpa ada urusan kan?"
Mark mendengus, "Lo ngomong gitu kaya gua dateng pas butuh aja anjir"
"Kan emang?"
"Alea," Mark memelas.
Alea terkekeh, "Iya iyaaa, serius ada apa?"
Pemuda itu memberikan proposal yang sedari tadi ia pegang, "Ini revisian proposal majalah lo, ada sedikit koreksi dari gue sama anak OSIS. Tadinya sekretaris yang mau ngasihin cuma gue inget kita jarang banget ketemu, jadi gua yang ngasih sekalian ngobrol."
Alea membuka proposal yang diberikan Mark, benar ada beberapa kesalahan dan typo yang turut dikoreksi.
Seperti biasa, Mark sangat teliti tentang hal-hal seperti ini, dia benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik sebagai ketua OSIS.
"Aah, okey, nanti gua ubah. Thanks ya Mark"
"Sama-sama." Mark lalu menatap sahabatnya dari kecil itu lurus-lurus, "Organisasi lo ada masalah nggak?"
"Sejauh ini nggak ada, minggu depan udah mulai hunting berita buat rubrik majalah. Mading juga udah jalan kaya biasa."
Mark mengangguk-angguk mengerti, "Emang gak salah Jurnalistik punya ketua kaya lo."
Alea berdecak, "Alay banget," katanya. Mark justru tertawa
Obrolan dua sahaba itu masih terus berlanjut. Membicarakan organisasi masing-masing, tentang hubungan Mina dan Mark yang masih tidak jelas, hingga kabar orang tua keduanya.
Ya, kebetulan orang tua keduanya memang sahabat baik.
"Le, serius, lo merhatiin anak basket? Siapa?"
"Kepo deh."
Mark merengut pasrah yang justru membuat Alea tertawa lepas. Gadis itu kembali melihat ke bawah, rupanya anak-anak basket sudah mulai pergi dari lapangan.
Alea lalu memberi Mark botol air mineral yang sedari tadi ia pegang.
"Hah? Ini apaan?" Tanya Mark bingung.
"Air mineral." Jawab Alea lalu menyilangkan tangannya di depan dada.
"Ya maksudnya ngapain ngasih ke gue? Gue kan gak haus."
"Lo mau tau kan siapa yang gue perhatiin?"
Mark mengangguk.
"Sebentar lagi botol minum itu bakal diminta sama orang yang gue perhatiin."
"Yang bener aja?!" Mark berseru tak yakin. Berbeda dengan Alea yang justru mengangguk kuat.
Sebenarnya Alea juga tak yakin. Untung-untungan. Semoga tebakannya tidak meleset.
"Bener, Mark."
"Gimana lo bisa tau?!"
Belum sempat Alea menjawab, dari arah tangga terdengar suara derap langkah seseorang yang kemudian di anak tangga teratas memunculkan sosok pemain basket yang sejak tadi Alea perhatikan.
"Woi, Mark!"
"Oi" sahut Mark.
"Lo ngapain—" Suara itu terputus kala ia melihat botol yang dibawa Mark "Sumpah lo adalah penyelamat hidup gue Mark. Gue minum ya? Haus banget soalnya, mana minum gue abis."
Pemuda itu segera meraih botol air mineral yang dibawa Mark dan tanpa menunggu persetujuan siapapun, sosok itu langsung meminum setengah dari botol air minum. Sedangkan Mark masih diam memperhatikan sosok didepannya.
"Jung Wooyoung?" Akhirnya Mark bersuara dengan nada tanya yang sarat.
"Apaan?" Pemuda bernama Wooyoung itu menyahut.
Mark lalu mengalihkan pandangnya ke sampingnya, pada Alea, seakan perlu memastikan apa yang dilihatnya tidak keliru.
Dan ya, gadis itu mengangguk, Mark tidak salah.
Lelaki yang Alea perhatikan adalah dia, Jung Wooyoung.
— My Way —
KAMU SEDANG MEMBACA
My Way: Jung Wooyoung [UNDER CONSTRUCTION]
Fanfiction"Kalo lo cuma tau Wooyoung yang brisik sama ketawa doang, lo belum kenal dia"