Hembusan nafas lelah terdengar keras di telinga Alea saat gadis itu duduk di kursi Cafeteria. Lelaki di depannya ini terlihat sangat lelah. Dejun namanya, Wakilnya di Jurnalistik."Nih, minum dulu biar tenang, muka lo kusut banget." Ucap Alea sembari memberi air mineral. Dejun meraih botol tersebut lalu tanpa basa basi meminumnya.
"Kenapa, Jun?"
Dejun kembali menghela nafas lelah, "Tadi pagi Sihun ngechat gue, katanya tipes. Terus temennya Sagi, si Vanka juga tadi bilang ke gue kalo Sagi anemianya kambuh," jelasnya.
Alea terdiam, paham situasi.
Air muka gadis itu tanpa sadar mengeruh begitu saja.
Setelah Ujian Tengah Semester, beberapa anggotanya memang banyak yang jatuh sakit. Banyak dari mereka adalah junior yang kelelahan atas desakan deadline majalah yang dibarengi dengan UTS.
Alea mengerti itu. Wajar, mereka masih proses adaptasi dengan hectic nya deadline.
Tapi Sihun dan Sagi beda cerita. Mereka sama seperti Alea dan Dejun, keduanya adalah senior. Yang tak kalah pentingnya, Sihun dan Sagi adalah otak dibalik design majalah.
Bisa dibilang, Alea, Dejun, Sihun dan Sagi adalah pilar Jurnalistik saat ini. Jika mereka berdua ambruk, maka Alea dan Dejun pasti kewalahan.
"Mereka pasti harus bed rest," ucap lalu diangguki oleh Dejun.
"Progress design majalah udah berapa persen emang, Jun?" Tanya Alea.
"Baru 60 persen, Le, nunggu liputan lomba Pekan Olahraga Provinsi."
Helaan nafas Alea terdengar berat, ini bukan berita yang baik.
"Lo ada solusi?" Tanya Alea pelan. Dejun itu problem solver. Dia wakil terbaik yang pernah kumiliki. SedangAlea mengurus eksternal organsiasi, urusan internal organisasi yang dipegangnya diurus rapi dan memuaskan.
Tapi diluar dugaan, Dejun menggeleng, "Belom," katanya. "Gue bingung, liputan buat Lomba Pekan Olahraga Provinsi belom gue bagi juga. Anak-anaknya sisa dikit, tapi ada tujuh cabang lomba, mana deketan lagi tanggalnya."
"Dih, kok lo banyak pikiran nggak bagi-bagi sih?" Protes Alea.
Dejun justru terkekeh, "Kan udah tugas gue, Lea."
"Ya gak bisa gitu, Junaedi. Sini gue bantuin bagi anaknya."
Alea dan Dejun mulai mencoret-coret kertas. Membagi anggotanya menjadi beberapa tim untuk meliput tujuh cabang lomba Pekan Olahraga Provinsi nanti.
"Jun gue ... ada solusi buat Sihun sama Sagi," kata Alea.
"Apa?"
"Gue aja yang back-up mereka,"
Dejun terperangah, "Lo gila ya?! Terus fotografer gimana?"
"Nggak ada pilihan lain, gue bisa nerusin designnya sementara Sihun Sagi istirahat, anak-anaknya Sihun sama Sagi belom bisa sendiri, lo tau itu kan? Fotografer bisa gue kasih ke Seungmin, dia udah bisa dilepas," jelas Alea.
"Iya, Le, lo bener. Tapi liat pembagian buat liputan Pekan Olahraga, lo ngambil tiga cabang sekaligus," Dejun menghela nafas berat, "Terlalu beresiko, kalo lo sakit gue gimana?"
"Beliin gue vitamin makanya, biar nggak gampang sakit," gurau Alea.
"Gue cariin Vitamin P aja?"
"Vitamin P apaan?"
"Pacar," jawab Dejun lalu tertawa keras.
"Sialan!"
"Tapi serius lo jangan sakit dulu, udah mau menuju puncak chaos ini tuh," kata Dejun yang tersirat nada khawatir disana.
Dan mendengarnya membuat Alea terkekeh, "Iya-iyaaa."
"Udah, Jun, Sekarang fokusin ke Internal aja. Jagain anak-anak biar ngga stress sama capek berlebih. Urusan eksternal kendorin dulu. Lo juga kalo lagi ada masalah cerita kenapa," tukas Alea.
"Siap, Bunda."
Alea yang tak sengaja melihat sekeliling, mengernyit bingung, "Btw Cafeteria tumben agak sepi."
"Kan udah banyak yang mulai ngambil dispen buat lomba Pekan Olahraga Provinsi. Olimpiade juga deket lagi kan?"
Alea mengangguk-angguk dan mengiyakan.
Dejun berdiri, "Ayo ke Mr. Thomas, gue disuruh laporan kalo udah dibagi anaknya," ajaknya menemui pembina Jurnalis itu di kantor guru.
Alea lalu beranjak mengikuti Dejun. Letak kantor guru dan kantin berjarak jauh, melewati koridor kelas sepuluh, ruang organisasi dan bahkan lapangan basket.
Benar kata Dejun, banyak yang mengambil dispen termasuk anak-anak basket yang sedang berlarian di tengah lapangan basket berebut bola. Mata gadis itu tanpa kesulitan, menemukan Wooyoung disana, sedang serius berebut bola.
Bibir tipisnya tertarik ke atas, Jung Wooyoung terlihat keren, seperti biasa."Kata lo mending Kak Juyeon apa Kak Lino aja, Le, buat pesan alumni?"
Alea mengalihkan pandangan ke Dejun, fokus kembali, "Susah, lo tau sendiri kalo dari vote menang Kak Lino secara dia badboy tengil se-angkatannya. Kalo Kak Juyeon dia-"
Dejun tiba-tiba menoleh ke arah lapangan basket dan membelakakkan mata, "ALEA, AWAS!!" serunya.
Mata Alea membulat dan tubuhnya menegak seketika melihat bola basket yang sedang terlempar keras ke arahnya. Semuanya berjalan cepat, Dejun memutar tubuh Alea berganti posisi dengannya sehingga bola tersebut tepat mengenai belakang kepala Dejun menciptakan bunyi benturan keras.
Beberapa siswa di dekat lapangan basket menjerit tertahan kejadian tersebut.
Dejun mengaduh dan terduduk begitu saja.
"JUN, DEJUN!!" Panggil Alea panik. Dejun masih meringis kesakitan dan memegang belakang kepalanya.
Alea berjongkok di depannya, "Ke UKS aja yuk," ajaknya.
Tak lama Alea mendengar beberapa langkah kaki mendekat di belakang setelah itu.
"Eh, sorry nggak sengaja."
"Lagian bukannya menghindar malah berdiri disitu."
"Biar kaya badboy anying hahaha."
"Emang sakit banget ya?"
Alea memejamkan mata mengatur emosi kala mendengar ujaran-ujaran tersebut, manusia ini tak sadar situasi!
Alea menggeram tertahan lalu berbalik dan justru mendapati Wooyoung dan Hyunsuklah pelakunya.
Ternyata mereka berdua.
Gadis itu kemudian berdiri dan menatap nyalang keduanya, "SINI GUE LEMPARIN KEPALA LO PAKE BOLA BASKET!"
"Eh, eh, santai-santai" ucap Hyunsuk.
"BISA NGGAK SIH KALO BERCANDA TUH TAU TEMPAT?! LO LIAT TEMEN GUE KESAKITAN BUKANNYA BANTUIN MALAH LO KETAWAIN. OTAK LO BERDUA DIMANA HAH?!" Alea berteriak marah, bahkan sudah tidak peduli dengan tatapan heran siswa lain di sekitarnya.
"Le ... udah," lirih Dejun, gadis itu mendengus sebal lalu berjongkok kembali fokus pada Dejun.
"Jun, woi, lo gak apa-apa?" Tanya seseorang yang tiba-tiba datang mendekat pada Dejun.
Alea lupa namanya, tapi seinganya dia adalah Kapten Basket.
"Pusing dikit," keluh Dejun.
Si Kapten Basket berdecak, "Ck, dikit apanya? Gaya banget deh lo."
"Ayo ke UKS aja Jun, ke Mr. Thomas nanti aja," ajak Alea lagi.
Ketua Basket itu sigap mengalungkan tangan Dejun di pundaknya, "Ayo, gue bantuin."
Ketiganya kemudian bergegas ke UKS meninggalkan Hyunsuk dan Wooyoung yang sepertinya masih terdiam di tempatnya.
Atau tidak?
Atau ... entahlah. Dejun butuh diobati sekarang.
—My Way—

KAMU SEDANG MEMBACA
My Way: Jung Wooyoung [UNDER CONSTRUCTION]
Fanfic"Kalo lo cuma tau Wooyoung yang brisik sama ketawa doang, lo belum kenal dia"