05. Dua Kali

3.6K 787 298
                                    

"Bye-bye Alea gue duluan!" Alea melambai pada Doyeon yang sudah berlari menuju gerbang menemui pacarnya, Lucas.

Yeri sudah pamit terlebih dahulu setelah mengobati Yohan, Mina masih asik mengobrol dengan Mark di UKS, sedangkan empat laki-laki dengan wajah lebam itu sedang menuju motor mereka masing-masing di parkiran sekolah.

Tinggal Alea sendiri yang berjalan menuju gerbang dengan setumpuk pikiran. Besok ada jadwal wawancara untuk majalah, tugas sekolah yang makin banyak, lelah baik fisik dan pikiran belum lagi perkataan Wooyoung tadi.

Wooyoung tidak salah, mereka cantik dan Alea sadar, ia hanyalah kerikil di dalam sepatu yang tidak akan pernah dilirik oleh Wooyoung. 

Kalaupun iya, hanya sebagai teman.

Haha teman.

Alea tersenyum pahit, harusnya ia sadar akan hal itu.

Tiiinnn

Alea terlonjak kaget, reflek menoleh ke belakang saat klakson motor berbunyi nyaring. Dapat dilihatnya empat badut sekolah dengan luka lebam sedang mengendarai motor besarnya masing-masing -kecuali Hyunsuk yang duduk di boncengan motor Changbin.

Alea berkacak pinggang, "Gak usah ngagetin bisa ngga?!" Sungut Alea, yang membuat keempatnya tertawa lalu mematikan mesin motornya.

"Pulang sama siapa, Le?" Tanya Yohan.

"Taxi."

"Bareng gua aja ayo, dari pada naik gojek. Rumah lo belom pindah kan?" Tawar Wooyoung.

Heboh. Seketika heboh.

"Waaah apanih, udah tau rumahnya aja lo." Ujar Changbin.

"Gerakan bawah tanah banget, Kak?" Hyunsuk menimpali.

"Nggak bilang-bilang kalo lo deketin Alea anjir," Kali ini Yohan.

"Brisik banget sumpah." Jawab Wooyoung, kemudian kembali melihat Alea, "Ayo Ketua Jurnalis, mau nggak lo?"

"Nggak ah ngerepotin nanti malah."

BUKAN. BUKAN ITU MASALAHNYA.

Tapi detak jantung gadis itu. Ini jelas beda dengan hari minggu lalu, jarak sekolah dan rumahnya jauh dan ia harus menahan detak jantungnya selama itu? Tidak. Terima kasih.

"Yaelah basi dah Le, udah buruan bareng Wooyoung aja," Ujar Yohan.

Alea menimbang sejenak. Hari mulai gelap, sekolah juga sudah sepi. Menunggu taxi panggilan akan menyita waktu. Jadi akhirnya Alea mengangguk, "Iya-iyaa," putusnya.

Tak butuh waktu lama untuk motor Wooyoung bergabung dengan kendaraan lain di jalanan dengan kecepatan sedang. Dan seperti dugaan, jantung Alea tidak bisa diajak kompromi.

Padahal baru saja gadis itu murung memikirkan pujian Wooyoung terhadap Tzuyu tapi sekarang sudah ambyar kembali.

Entah Wooyoung yang ahli membalikkan emosi Alea atau hati gadis itu yang terlalu lemah.

Sepanjang jalan Wooyoung tidak berhenti mengajak bicara, ada saja topik yang dia bicarakan. Dia banyak bercerita, mulai dari kejadian anak STM, temannya Yeonjun yang tidak mendengarnya, masa SMP-nya, hingga Pak Setyo yang mengomel karena Wooyoung justru mengumpulkan buku ekonomi saat pelajaran sosiologi.

Wooyoung tiba-tiba memelankan laju motornya, "Kita nggak langsung pulang nggak apa-apa  ya," katanya.

Alea mengerutkan dahi, "Hm? Kemana dulu emang?"

"Ke Gramedia dulu, mau beli buku, temenin ya? Sekalian pilihin juga hehe kan lo Ketua Jurnalis jadi pasti paham. Mau nggak?"

Gadis itu tersenyum melihat cengiran bodoh Wooyoung, ia lalu mengangguk, "Iya-iya."

My Way: Jung Wooyoung [UNDER CONSTRUCTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang