Wooyoung bersungut dan berjalan malas menuju perpustakaan. Tangannya menggulung buku tulisnya, merasa sebal harus kena hukum Pak Setyo untuk mengerjakan 50 soal sosiologi karena lupa membawa buku cetaknya.
Kabar baiknya, soal-soal tersebut adalah pilihan ganda. Kabar buruknya, dia tidak terlalu suka Sosiologi.
Apalagi harus mengerjakan di perpustakaan.
Sepi
Ngebosenin
Adem, bikin ngantuk
Mau kabur juga pasti tidak akan bisa karena Bu Suci -Penjaga Perpus- kan sohibnya Pak Setyo. Pasti ngadu, pasti lapor. Apalagi Wooyoung masuk list siswa yang perlu dipantau. Lagian perpus pasti sepi sekarang jadi makin gampang Bu Suci mantaunya. Mau tidur juga pasti langsung diceramahin.
Wooyoung berbelok masuk ke perpustakaan sambil memikirkan caranya kabur karena pasti tidak akan betah, ganti ke UKS kek, kantin kek atau kem-
Eh?
Langkah Wooyoung terhenti saat matanya menemukan Alea sedang sibuk dengan laptopnya di sudut perpustakaan. Mata gadis itu fokus melihat layar laptop, dahinya berekerut samar dengan bibir yang sedikit mengerucut menggumamkan kata yang tak jelas seperti sedang membaca layarnya. Rambutnya yang sebahu lebih sedikit itu ia cepol asal, membiarkan anak rambutnya menjuntai bebas di sisi wajahnya, membiarkan garis wajahnya yang lembut itu terekspos bebas, dan membiarkan pula lelaki itu terpana di pintu perpustakaan.
'Kok lo bisa cantik, lucu, manis disaat yang sama sih?'
"Hei kamu ngapain bengong disitu" Tanya Bu Suci dari balik mejanya.
"Eh, oh anu, gapapa bu hehehe"
Wooyoung tak mempedulikan tatapan aneh Bu Suci, ia lalu mengambil buku cetak sosiologi dan berjalan pelan menuju meja Alea. Jantungnya berdegup cepat. Rasa bersalah kembali menyelimuti dirinya, kesalahan fatal yang ia buat tempo hari benar-benar tidak bisa dimaafkan begitu saja.
Jika pada akhirnya nanti gadis ini tidak bisa memaafkannya, ia paham. Jika pada akhirnya gadis ini menghindarinya, ia mengerti.
Wooyoung berdeham pelan, "Gue boleh duduk disini?" Tanyanya saat sudah sampai di depan meja Alea.
Alea mengangkat kepala dan memberikan tatapan kaget yang kentara, "Eh? Ya...boleh...silahkan. Ini kan tempat umum" Katanya, lalu kembali menunduk salah tingkah melihat laptopnya.
Lelaki itu tersenyum tipis lalu duduk di depan Alea sehingga keduanya duduk berhadapan, "Makasih" Katanya.
"Lo nggak kelas?" Tanya Wooyoung.
Alea melirik sedikit, "Bu Hanna kosong" Katanya lalu kembali fokus ke layar laptop.
"Terus lagi ngerjain apa?"
"Ngoreksi berita buatan anak Jurnalis yang baru, buat seleksi" Jawabnya tanpa mengangkat wajah menatap sepasang mata di depannya.
'Anjir gue dicuekin beneran?' Wooyoung membatin.
Lelaki itu merapatkan bibir, ia mengangguk mengerti walaupun dalam hatinya berteriak,
'KOK LO NGGAK NANYA KENAPA GUE DISINI? TANYA DONG!!'
Tapi kemudian Wooyoung paham, dia yang membuat Alea seperti ini. Wajar ia marah dan tak menghiraukannya.
Wooyoung diam-diam menghela nafas dan mulai fokus mengerjakan soal-soal di depannya. Tapi tidak bertahan lama. Karena matanya selalu melirik gadis di depannya yang sangat fokus melihat layar laptop.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Way: Jung Wooyoung [UNDER CONSTRUCTION]
Fanfiction"Kalo lo cuma tau Wooyoung yang brisik sama ketawa doang, lo belum kenal dia"