10. Bola Basket (2)

3K 731 19
                                    

"Dibuat istirahat aja, jangan masuk kelas dulu," kata penjaga UKS, Mbak Ayu, pada Dejun yang terbaring di ranjang UKS.

Alea yang sedari tadi menemani Dejun, menatap pemuda itu sedih, "Sakit banget ya Jun?" Tanyanya.

Dejun menggeleng, "Pusing doang kok."

"Maaf ya gara-gara gue lo jadi gini," cicit Alea.

Dejun tersenyum mendengarnya, "Udah gak kenapa-kenapa, jangan ngerasa bersalah gitu."

"Saya bisa minta tolong beliin teh hangat buat Dejun?" Tanya Mbak Ayu.

"Oh, biar saya aja mba" Kata Alea.

"Mau gue anter?" Tawar si Kapten Basket.

Gadis itu menggeleng, "Gak usah, gue sendiri gak apa-apa."

"Oke, kamu ikut saya, saya bikinin surat dispen dulu buat Dejun nanti kamu anter ke kelasnya." Kata Mbak Ayu pada si Kapten Basket lalu berjalan meninggalkan UKS, diikuti Alea dan Kapten tersebut.

"Makasih ya udah bantuin Dejun," Kata Alea pada pemuda jangkung di sebelahnya saat keduanya berjalan keluar UKS.

Pemuda itu terkekeh, "Yaelah santai, kan dia temen gue juga."

Alea balas tersenyum ramah, "Yaudah gue ke kantin dulu ya."

Keduanya berpisah di pintu UKS. Satu mengambil kanan dan satu kiri. 

Dalam panjang langkahnya menuju kantin, gadis itu tak berhenti memikirkan sikap Wooyoung dan Hyunsuk tadi. Jujur mereka keterlaluan, Dejun kesakitan dan menertawainya bukan hal yang baik.

Atau justru ia yang berlebihan karena membentak mereka?

Alea menghembusakan nafas lelah, "Dasar Upin-Ipin! Nambahin pikiran aja," gumamnya.

"Bang Satrio, mau teh hangatnya satu," pesan Alea saat sampai di depan putlet Bang Satrio.

"Siaaap neng." Balas Bang Satrio, pria itu lalu mengambil gelas lalu menatap pelanggannya itu, "Perasaan tadi duduk berdua sama Dejun neng."

Alea terkekeh, Bang Satrio benar-benar luar biasa dalam hal ingatan, dia hafal semua nama siswa sekolah hingga alumni sekalipun. Semua kejadian di kantin dia paham. Juara satu dalam bergosip. Tak heran jika siswa disini sering minta bocoran informasi padanya dari yang tak penting hingga informasi kelas atas.

"Iya, lagi di-"

"Kepo dah lu bang," suara lain menyahut dan entah sejak kapan pemiliknya tiba-tiba sudah berdiri di samping Alea.

"Yeuuu! Si Wooyoung dateng-dateng nyamber omongan orang," kata Bang Satrio.

Bang Satrio kembali menatap Alea dengan mata berbinar, "Jadi kemana neng si Aa?"

"Di-" belum sempat Alea menjawab, Wooyoung kembali bersuara, "Bang, milo dua."

Tanpa menunggu jawaban Bang Satrio, Wooyoung  menarik lengan Ales menuju kursi yang ada di kantin. "Apasih?!" Keluh Alea.

"Duduk dulu sini sambil nunggu minumannya jadi," katanya.

Alea mendengus keras. Kesal tiba-tiba ditarik seperti itu, belum lagi tentang kekesalannya soal Dejun tadi. Namun, akhirnya tetap mengalah dan duduk di seberang Wooyoung. "Lo nggak latihan basket?" Tanya Alea.

"Lagi break."

Alea mengangguk mengerti. Namun hanya sampai disitu. Setelahnya tak ada suara. Baik Alea maupun Wooyoung sama-sama diam.

"Ini kenapa diem-dieman? Lagi marahan ya?" Goda Bang Satrio sambil meletakkan teh hangat dan dua kotak milo.

Wooyoung berdecak, "Apa sih ini lambe turah."

Bang Satrio mencibir, lalu kembali ke outletnya.

"Maaf ya," kata Wooyoung lalu menyodorkan satu kotak milo pada Alea, "Nih diminum dulu, biar tenang"

"Hm?" Alea bergumam tak paham.

"Maaf tadi gue sama Hyunsuk keterlaluan," jelasnya.

"Minta maaf sama Dejun aja, lo nggak ada salah sama gue." 

"Iya tadi udah di UKS"

"Ooh ... maaf juga tadi bentak lo sama Hyunsuk," kata Alea yang diikuti anggukan Wooyoung.

"Khawatir banget ya kayanya? Lo suka Dejun?"

Kalau boleh jujur, Alea sedikit tersentak atas pertanyaan Wooyoung, namun detik selanjutnya gadis itu tersenyum getir. Ia tidak pernah menyangka pertanyaan ini muncul, bahkan terlintas di pikirannya saja tidak. Lucunya, pemuda ini yang menayakannya.

Jadi dia belum sadar? Jadi dia tidak tau?

Bolehkah Alea minta tolong untuk memberitahu pemuda di hadapannya ini bahwa orang yang aku suka adalah dia, bukan orang lain?

Senyum getir gadis itu semakin menjadi, sepertinya ada yang harus ia luruskan

Ia tatap pemuda dihadapannya lekat-lekat, "Wooyoung, Dejun itu wakil gue di Jurnalistik. Sedangkan anak-anak gue lagi banyak yang sakit gara-gara tekanan deadline termasuk Sihun sama Sagi." 

Alea menjeda untuk mengisi paru-parunya.

"Deadline makin deket, majalah masih jauh dari kata selesai. Kalo Dejun sakit, gue harus nopang Jurnalistik sama siapa?" Tanpa sadar intonasi Alea memelan, ia coba mengatakannya perlahan dan mencoba membuat pemuda ini mengerti.

Gadis itu mengehela nafas lalu melanjutkan, "Gue peduli Dejun sebagai temen dan partner seperjuangan sama kaya gue peduli Doyeon, Yeri, Mina. Same case kaya lo peduli sama Mark, Hyunsuk, Yohan, Changbin."

"Nggak semuanya harus disangkut-pautin sama rasa suka, Young. Perasaan gue nggak sebercanda itu" Tukas Alea.


—My Way—

My Way: Jung Wooyoung [UNDER CONSTRUCTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang