CHAPTER 13

57 29 0
                                    

Entah mengapa hatinya sangat
sakit akibat kejadian tadi, dirinya
berlari dengan sekuat tenaga untuk
menghampiri Nadiva.

"Div!, Kita pulang aja yuk udahkan?"

"Yaa udah si tapi, katanya lu mau
makan dulu" ucap Nadiva dengan
bingung karnanya

"Ga jadinya deh, so-soalnya tadi ayah
gua telfon katanya jangan pulang lama lama"

Nadiva diam sejenak. Melihat tingkah
laku Rachel tiba tiba seperti ini.

"Gua serius div"

"Okee ayukk deh pulang ntar ayah lu
ngomel ngomel lagi"

Diperjalanan arah pulang mereka
sedang berada di taksi sekarang.

"Hel, ni liat gua beli tiga novel sekaligus tadinya si mau beli dua cuman yang ini kayanya seru makanya gua beli hhee.. liat bagus kan?" Ucapnya seraya menunjukkan ketiga novel yang dipegang nya.

"Wahh bagus banget pasti seru deh
ceritanya, yang ini buat gua yaa"
Rachel pun merampas begitu saja satu novel milik Nadiva

"Ihh apaan si ga yaa"
ia pun menarik paksa novel itu dari tangan Rachel lalu berkata

"tadi katanya mau makan aja, eh malah ga jadi sekarang lu mau
rampas novel ini?ohh tidak bisaaa"
ucapnya.

"Ish pelit amat si, yauda gini aja abis
selesai lu baca tu novel gua pinjem yaa pliss"

"lyee dah apa si yang ga buat temen baik gua inii"

"Okeokee sipp dehh"

Kemudian merekapun saling tertawa..

Melihat sikap Nadiva yang tidak
mencurigai kejadian yang ia meminta
untuk buru buru pulang rachel pun
tersenyum lega.

"Kayanya diva ga curiga gara gara gua
minta pulang cepet. Maafin gua ya div, gua selalu aja ngeboongin lu" batin Rachel.

Sampailah Rachel di rumah tapi saat
membuka pintu suasana rumah terlihat sepi, Dimana ayah dan mamanya?.

Saat masuk ke ruang makan Rachel
melihat secarik kertas yang berisikan
bahwa mama dan ayahnya tiba tiba
ada urusan mendadak.

Wajah Rachel pun menjadi lesu..
tapi dirinya sudah biasa menghadapi orangtuanya ini yang tiba tiba pergi begitu saja.
Dirinya hanya bisa memaklumi nya saja.

🌚🌚

Malam harinya Rachel merebahkan
diri di kamar nya.
Ia memandang ke arah langit langit
kamar dan tiba tiba ia kembali
mengingat kejadian Revan dengan
Silvia tadi.

"Bodohnya gua yang mengharapkan
seseorang yang udah jadi milik oranglain" ia menertawakan diri nya
sendiri.

"Harusnya dari awal rasa ini ga harus
ada. Sekarang gua harus berusaha
untuk menghilangkan nya dan itu
butuh proses"

Rasanya ingin menangis saja.

Tak lama Rachel termenung
handphone Rachel berbunyi.

"Kak Revan?" Ucapnya lalu Rachel pun mengangkat saja telfon itu karna dirinya tidak enak karna sedari tadi tidak mengangkat telfon Revan.

"Hallo?ini dengan Rachel?"

"Ha-hallo kak iya ini saya ada apa ya
kak?"

"Engga apa apa kok gua cuma mau
ngingetin kalo besok ketemuan di
taman aja ya jam 06.30"

"Iyaa kak besok saya kesana"

Mereka diam sejenak satu sama lain.

Suasana menjadi absurd dan akhirnya, Rachel memberanikan diri untuk membuka suara.

"Emm.. Apa ada lagi yang mau di
omongin lagi kak?"

''Nga ngaa ada yauda kalo gitu sampai
ketemu besok! Malamm"

"Oke kak, malam juga"

Di sebrang sana Revan sedang
menahan tawanya.

"Nga ngerti lagi gua kenapa si ada
orang selucu dia, fix si dia orang
pertama yang bisa bikin gua bahagia
kaya gini setelah bertaun lama gua ga
ngerasain" Ucap Revan dengan senyum merekahnya.

Hayoo bahagia nya Revan karna suka
atau emang karna ada kebahagiaan
lainnya ya? Bingung harus dengan si
Revan ini.

Gadis Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang