"Terkadang kita hanya memfokuskan diri pada satu orang tanpa perduli dengan orang lain disekitar dan apa yang akan terjadi nantinya"
***
Jreng.. jreng..
"Sayang ku tak bisa di buat mu kecewa.. kau buat ku.. mati rasa meski ku bernyawa... sayang ku tak bisa.. kau bu-"
Plak!..
Nicho melempar bantal pada Reo.
"Sakit setan!"
"Heh suara lu tuh hambar gak ada merdu-merdu nya sama sekali"
"Yeh sahabat lu yang tampan ini lagi nyanyi bukannya di puji kek apa kek, oh gua tau nih pasti telinga lu rada-rada kan. Orang suara gua bagus nan merdu gini juga"
"Nye nye nye.. ngomong ama tembok" cibir Nicho
Reo mencebik. "Udah lah ganggu aja lu lagi fokus nyanyi juga"
Jreng..
"Eh tunggu"
"Apesi hah mau ngatain lagi kalo gua suara gua ini jelek, hambar"
Nicho menjitak dahi Reo. "Bukan itu geblek"
"Ish kasar banget si kelakuan. Emangnya mau ngomong apaan sih?" cerca Reo sembari mengusap kasar dahi nya.
"Ini Revan katanya mau kesini tapi sampe sekarang belum sampe juga kemana ya tuh anak"
"Paling kejebak macet"
"Tapi kayaknya gak mungkin deh re"
"Ditunggu aja dulu, ntar juga nongol orangnya"
Nicho terus saja memandang resah handphone miliknya, seketika perasaan tak enak menghantui pikiran nya.
Tak lama kemudian handphone nya berdering.
"Hallo siapa ya?"
"Apa benar ini salah satu teman atau kerabat dari Revan Pradipta?karna nomor anda terakhir di hubungi olehnya. Kami menemukan handphone milik korban dan untung saja masih menyala"
Apa katanya korban?.
"I-iyaa saya sahabat nya ada apa ya?"
"Kami dari pihak rumah sakit sejahtera ingin memberitahu bahwa pasien Revan Pradipta baru saja mengalami kecelakaan"
***
"Ri perasaan gua mendadak gak enak, G-gua t-takut terjadi s-sesuatu" ucapnya dengan suara terbata-bata
Ari segera menangkup wajah Rachel dengan kedua tangannya. "Jangan mikir begitu hel, lu tenang ya semua pasti baik-baik aja"
Drtt.. drrtt...
"Hallo div?"
"Hallo hel lu buruan ke rumah sakit sekarang juga"
Seketika Rachel menjadi panik. "K-kenapa ada apa?"
"Kak Revan kecelakaan"
***
Rachel terus saja berlari tergesa-gesa di lorong rumah sakit, sedangkan Ari hanya bisa membuntuti nya.
Sesampainya di depan pintu ruangan tempat Revan saat ini dirawat. Disana sudah ada kedua orangtua Revan, para sahabatnya, dan Claudia.
Tangis Rachel seketika pecah saat melihat wajah Revan dari balik jendela ruang rawat, yang kini telah dipenuhi oleh banyak luka dan perban yang melekat pada dahinya. Karena tak kuat menahan beban tubuh, sampai-sampai ia terduduk lemas di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Senja [On Going]
Teen FictionHanya pada senja ku menuangkan seluruh isi hatiku, perasaan bimbang perlahan menyelimuti pikiran ku. Senja telah mengajarkan ku bahwa yang hilang akan berganti dengan kebahagiaan baru. Namun jika diriku yang kehilangan, apakah mungkin akan sama?.. ...