"Kak Revan, Ari kalian ngapain disini?" tanya Rachel yang baru saja datang
"Kakak cuma pingin mastiin aja kalo kamu baik-baik aja sampai rumah"
Rachel tersenyum, lalu menyentuh pelan pundak Revan.
"Kak Revan tenang aja, nggak perlu khawatir buktinya sekarang aku baik-baik aja kan"
Seketika Revan terpana saat melihat senyuman Rachel padanya.
Karena merasa tidak nyaman lantas Ari langsung membuka suara.
"Hel mending sekarang lu pulang, udah mau gelap nih"
"Iyaa ini juga gua mau pulang"
Setelah Rachel meninggalkan tempat, Ari maju selangkah dihadapan Revan.
"Liat aja nanti, siapa yang pantes dicintain sama Rachel gua atau lu. Tapi kalau orang itu adalah gua, siap-siap terima resikonya" ucap Ari
***
Rachel sedang termenung saat ini.
Sebenarnya Rachel tidak langsung pulang tadi ia memutuskan untuk bersembunyi di balik tembok karena merasa aneh pada Revan dan Ari, hingga akhirnya sengaja mendengar percakapan mereka.Beruntung sekali Nadiva yang kini sedang berada di rumahnya, jadi ia bisa membicarakan hal tersebut padanya.
"Hel besok kan mau ambil raport, gua deg-degan banget nih sama nilai gua" gelisah Nadiva
"Sama div gua juga. Tapi gimanapun hasilnya mau jelek atau bagus, itu sebagian besar dari usaha kita sendiri"
"Iya juga sih, mudah-mudahan nilai kita berdua bagus ya"
"Amiinn. Div gua pingin ngomong soal kak Revan sama Ari"
Seketika Nadiva antusias mendengarnya, "Kenapa?ada apa?"
"Tadi gua sengaja dengerin obrolan mereka, dan mereka ribut itu gara-gara gua"
"Tuhkan hel mereka itu udah saling jatuh cinta sama lu"
"Tapi gua nggak mau nantinya nyakitin perasaan salah satu dari merea"
Nadiva menggengam kedua tangan Rachel.
"Gini ya hel menurut gua lu harus ikutin kata hati, Kalau hati lu lebih berpihak ke satu titik lu harus pertahanin itu. Karena rasa yang tulus dari hati nggak akan pernah salah hel" tutur Nadiva
Rachel menghembus nafas berat, "Tapi gua masih bingung div"
"Jangan terlalu dipaksain buat memilih. Nanti malah semakin bimbang dan semakin susah buat nentuin mana yang sesuai sama hati"
Rachel tertegun mendengarnya, memang selama ini ia terlalu memikirkan itu hingga menjadi resah dan gelisah sendiri.
Dengan adanya Nadiva dihidup Rachel, Rachel jadi tahu banyak tentang hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh nya, beban dibenak sekarang sudah turut mereda.
Rachel sangat amat bersyukur dapat mengenal Nadiva.
***
Revan memandang langit-langit kamar dengan gelisah. Semua perkataan Ari kini memenuhi isi pikirannya.
Sebenarnya ia juga masih sangat-sangat tidak menyangka bisa jatuh cinta pada Rachel, padahal dari awal ia yang minta sendiri agar Rachel menjadi adiknya saja. Tapi mengapa semua akan seperti ini?.
Ingin melupakan dengan berbagai cara pun rasanya tidak bisa, sudah terlanjur memiliki perasaan.
"Apa gua bicara yang sejujurnya aja ya ke Rachel, tapi kalau dia nolak gimana ya"
Tiba-tiba saja Revan teringat saat dirinya menyatakan perasaan pada Claudia yang berjalan dengan lancar dan berhasil, meski harus menunggu sangat lama. Tetapi kalau dengan Rachel apakah akan sama?.
"Kalau nantinya emang nggak sesuai sama apa yang gua harapin"
Revan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembus nya dengan kasar.
"Gua akan terima itu"
***
"Kira-kira gua ngapain ya di acara nanti?"
"Ngapain kek" celetuk Azka tanpa mengalihkan pandangan dari handphone nya
"Bantuin gua mikir dong, gua tuh pingin jadi orang yang berkesan di sana apalagi bikin Rachel terpesona"
Azka terkekeh, "Tinggal pake baju yang paling bagus udah bikin orang-orang salfok kan"
"Yang serius jangan bercanda"
"Iya-iya bentar gua pikir dulu"
Azka mengetuk-ngetuk dagu sembari mengedarkan pandangan, lantas tatapan mata nya terhenti pada benda yang bertengger di atas meja. Sebuah ide muncul di benaknya.
"Ahaa, gua tau caranya"
***
"Ma maaf ya dari dulu nggak pernah bisa dapet rangking satu ataupun dua. Padahal aku udah giat banget belajar nya" ucap Rachel tak enak hati
Sintya mengusap lembut helai rambut sang anak.
"Kamu dapet rangking lima mama udah seneng banget. Jangan pernah menyerah ya, mama akan hargai semua usaha kamu dalam belajar"
Senyum Rachel merekah, "Makasih ya ma"
"Sama-sama sayang"
Tok.. tok..
Sintya pun bergegas menuju pintu, lalu membukanya lebar.
"Eh ada nak Revan"
"Rachel nya ada tan?"
"Ada bentar ya saya panggilin dulu"
Tak lama kemudian Rachel pun datang, menghampiri Revan.
"Ada apa kak?"
"Kakak mau ajak kamu ke taman bisa?"
Rachel terdiam sejenak, lalu menggangukkan kepalanya.
***
Revan bergumam sendiri, dirinya sangat grogi sekali. Ini situasi yang sangat berbeda bagi Revan dibandingkan saat menyatakan cinta pada Claudia.
Rachel menautkan kedua alisnya, "Kak"
"Eh iya"
"Ada apa kak?, Kak Revan ada masalah ya?"
"Dek, kakak tau kamu pasti gak akan percaya sama yang pingin kakak mau katakan ini"
Kemudian Revan menggenggam erat kedua tangan Rachel, lalu menatap manik mata nya dalam-dalam.
"Tapi ini tulus dari hati kakak"
Rachel menautkan kedua alisnya, tak paham dengan apa yang diucapkan oleh Revan.
"Kalau sebenarnya.."
.
.
.
.
.
Eitss... Sebenarnya apani wkwk
Author mau tanya nih kalian lebih setuju Rachel sama siapa
Revan atau Ari??
Komen ya:)Dan apakah Revan berhasil menyatakan menyatakan perasaannya?
Next part..
Salam manis dari author @naiaanvta ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Senja [On Going]
Ficção AdolescenteHanya pada senja ku menuangkan seluruh isi hatiku, perasaan bimbang perlahan menyelimuti pikiran ku. Senja telah mengajarkan ku bahwa yang hilang akan berganti dengan kebahagiaan baru. Namun jika diriku yang kehilangan, apakah mungkin akan sama?.. ...