CHAPTER 30

38 8 0
                                    

Hari ini adalah pelajaran olahraga.

Kini Rachel sedang berdiri di samping nadiva.

Padahal ia sudah berkali kali memperingati nya untuk tidak usah Berolahraga dulu dikarenakan wajah nya yang masih terlihat pucat. Ia khawatir jika terjadi sesuatu pada Rachel.

Namun Rachel membantah keras, pasalnya hari ini akan diadakan pengambilan nilai.

Jika ia tak mengikuti nya sekarang pasti akan ditunda, dan Rachel tak mau itu terjadi.

Rachel menghembus nafas panjang.
Selalu saja begini.

Jujur ia lebih memilih untuk disuruh menulis banyak daripada harus mempelajari tentang bola bolaan dan lain sebagainya.

Ia tak membenci pelajaran ini ia hanya tidak menyukai nya.

"Ayo anak-anak sekarang bapak akan mempraktikkan terlebih dahulu cara mendribble dan memasukkan bola basket ini ke dalam ring dengan benar" ucap Pak Sandy

Lalu Pak Sandy pun memperagakkan cara nya dengan perlahan dan beberapa kali agar semua murid mengerti.

"Nah sekarang kalian sudah tau kan bagaimana cara nya tadi?"

"Sudah pakk!" Sorak semua murid.

"Baik kalau begitu, sekarang giliran kalian yang mempraktikkan nya"

Setelah itu mereka pun di panggil satu persatu untuk mempraktekkan nya.

Nadiva menyenggol lengan Rachel.

"Lu bisa?"

Rachel menoleh dengan perlahan lalu menggeleng. "Nggak"

"Duhh sama hel gua juga"

Rachel terkekeh mendengar nya lalu mendaratkan jempolnya di pipi Nadiva.

Namun disisi lain, Ari sedaritadi hanya memerhatikan Rachel dari jauh dan seperti nya perempuan itu tidak menyadari nya.

"Ari Efrandito!" Ucap Pak Sandy

Ari yang merasa dirinya di panggil langsung berdiri dan menuju ke arah Pak Sandy.

"Ayo sekarang giliran kamu"

"Baik pak"

Ia segera mengambil basket itu.
Namun, sebelum itu ia menoleh ke arah Rachel yang jaraknya tak terlalu jauh dari hadapannya saat ini.
Lalu ia pun tersenyum kecil.

Rachel hanya diam terpaku mematung membalas tatapan Ari, dan entah mengapa ia merasa untuk pertama kalinya dirinya mendadak grogi saat di tatap oleh Ari seperti itu.

Nadiva yang di samping Rachel memandang mereka bergantian
Lantas ia tersenyum miring lalu mengangguk paham.

Kemudian Ari mendribble basket itu dengan sangat baik lalu memasukkan nya kedalam ring dengan sempurna.
Semua murid murid termasuk Pak Sandi merasa terpukau melihat nya.

"Wahh kayaknya bakal jadi saingannya kak Revan nih"

"Ternyata Ari jago juga ya main basket"

"Yaampunn Arii idaman banget sih kamuu"

"Mau dong di ajar main basket bareng kamu hhee"

Begitu lah para perempuan satu kelas nya yang berteriak memuji Ari.

"Woahh hel gebetan lu kok jago juga njirr gila sih" ucap Nadiva seraya berdecak kagum.

"Apaan sih ish lu mah"

Setelah mendengar itu semua Ari bernafas lega.

Pak Sandi tersenyum sumringah setelah melihat nya.

Gadis Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang