CHAPTER 42

30 7 0
                                    

"Assalamualaikum"

Sontak Revan dan Rachel menoleh ke arah sumber suara lalu segera menjauhkan diri masing-masing.

"Waalaikumsalam" balas mereka bersamaan.

"Mama" pandangan Rachel beralih pada bunga yang di pegang oleh Sintya.

Seulas senyum terukir di bibir dari wanita paruh baya itu.

"Itu.. bunga darimana ma?"

"Gak tau hel. Tadi mama baru sampe udah geletak di depan teras gitu aja"

Revan nampak berpikir sembari menatap lekat bunga itu.

"Tapi mama rasa ini bunga buat kamu deh hel. Kalo mama mah gak mungkin, kamu tau sendiri kan mama gak suka bunga"

Rachel bergeming.

Benar juga. Di rumah ini memang hanya dialah yang sangat menyukai bunga.

"Mm.. mama juga gak nemuin surat dari pengirim nya di sini. Yaudah gini aja mama taruh aja ya di kamar kamu. Siapa tau temen kamu yang ngasih ini"

Setelah Sintya beranjak pergi. Revan memperhatikan Rachel yang mendadak diam seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Dek?"

Refleks Rachel menoleh.

"Kamu.. kepikiran ya. Siapa yang naruh bunga disitu"

"Iya nih. Aku bingung kak abisnya baru kali ini ada orang ngasih bunga kesini udah gitu gak ada nama pengirim nya."

Revan diam sejenak. Lalu beralih menatap arloji miliknya.

"Udah mau larut dek, kalo gitu kak Revan pulang ya"

"Loh kak gak jadi makan bareng?ini belum abis setengah loh"

Revan senyum sekilas
"Kamu abisin aja dek. Kakak pamit ya"

Rachel menggaruk tekuknya yang tak terasa gatal. Ia merasakan keanehan pada diri Revan.

***

Rachel menutup pintu kamar nya rapat-rapat melangkah menuju nakas lalu meraih bunga itu.

Manik mata Rachel seketika terbinar melihat nya. "Bagus banget"

"Oiya kira-kira siapa ya yang ngasih. Selama ini yang tau gua suka bunga kan cuman Diva"

Rachel mendecak kesal. Dirinya sama sekali tak mengetahui siapa yang telah membawakan bunga ini. Ia merampas handphone lalu jari jemari nya mulai mengetik.

Anda

Div besok gua mau ngomong sama lu. Penting.
10.11pm


***

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau be-.

Lantas ia melempar asal handphone itu di tempat tidurnya.

"Ish kenapa sih. Akhir-akhir ini Revan tuh jadi susah banget di hubungin."

Claudia merampas kasar bantal milik nya lalu segera ia lemparkan pada dinding kamar.

"Ini semua pasti gara-gara si cewek cupu itu!. Semenjak Revan kenal sama tuh cewek, sikap nya jadi acuh banget sama gua. Dia pikir cewek itu siapa coba. Lu liat aja ya gua bakal bales lu!"

***

Kini Rachel sedang menunggu Nadiva di depan kelas. Rachel sengaja berangkat lebih awal agar dirinya bisa membicarakan tentang hal semalam empat mata dengan Nadiva.

Gadis Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang