CHAPTER 37

29 6 0
                                    

Claudia berdecak kesal.
"Tau ah!, gua gak kenal sama sekali cowok gak jelas itu"

"Gak mungkin lu gak inget, di coba lagi clau!" Paksa Liska

Sekali lagi Claudia menoleh kearah cowok itu. Lantas tiba-tiba memori dalam pikirannya perlahan mulai bermunculan.

Flashback on.

"Claudia!" Panggil teman sekelasnya

"Kenapa nis?"

"Ini ada titipan surat buat lu"

Claudia pun segera mengambil surat itu lalu dahinya berkerut.

"Dari siapa?"

Nissa hanya menggeleng kepala.
"Sorry Clau, si pengirim nya gak ngebolehin gua buat ngasih tau lu soal itu"

"Loh emangnya kenapa?" Tanya nya dengan polos

Lagi-lagi Nissa menggeleng.
"Mending lu buka aja, kalo gitu gua mau balik ke perpus dulu"

Lalu Claudia kembali mengamati surat itu dengan penuh tanya. Karena rasa penasaran nya semakin tinggi segera lah ia mulai membuka surat itu.

Dengan perlahan dirinya membaca.

"Ada apa ya dia minta ketemuan di sana?"

Tanpa pikir panjang Claudia pun segera berjalan cepat keluar dari kelas.

Dengan langkah cepat Claudia menaiki beberapa anak tangga menuju roftoop.

Tak lama Claudia pun sampai. Ia mengedarkan mata nya di sekeliling, setelah itu pandangan nya kini terhenti pada seseorang yang tengah berdiri membelakangi dirinya.

"Akhirnya lu dateng juga Clau"

Kemudian seseorang itu menoleh kan tubuh nya agar berhadapan dengan Claudia, namun tiba-tiba Claudia dibuat aneh sekaligus bingung.

Mengapa wajah cowok itu tiba-tiba menjadi buram di pandangannya?.

Flashback off.

"Ri, kita di panggil ke ruang guru nih barusan Pak Sandy nge wa gua"

"Disuruh ngapain?"

"Gatau, yodah kesono aja dah yok"

"Oke"

Merekapun segera beranjak dari duduknya.

"Aw!" Keluh Claudia sembari menahan rasa nyeri di kepalanya.

"E-ehh Clau lu gak apa-apa kan?, Gua minta Maaf deh ini semua pasti gara gara kejadian wak-" ucap Liska dengan rasa bersalah

"Pliss Lis, jangan bahas itu lagi" mohon Dian
"mending kita bawa Clau ke UKS sekarang" lanjutnya

Liska menggangguk patuh, lalu ia segera meraih lengan Claudia menaruh di pundak nya dan langsung membopong tubuh perempuan itu.

***

"Lu kenapa sih hel tiba-tiba minta pergi dari sana?" Tanya Nadiva

"Gua tiba-tiba gak mood aja"

"Ini pasti gara-gara rombongan ada nenek sihir itu kan, emang nya kenapa lu takut sama mereka?"

"Ngak bukan gitu. Kalo misalnya kak Claudia liat gua disana yang ada nanti malah jadi ribut, secara kan dia itu benci banget sama gua. Gua gak mau aja nantinya dia jadi salah paham terus gara-gara gua" jelas Rachel

Nadiva manggut-manggut.
"Oke gua ngerti, intinya ini gak ada sangkut-pautnya sedikit pun kan sama perasaan lu?"

"Gua kan udah serius sama diri gua sendiri mau ngelupain semua perasaan gua ke kak Revan. Gua gak mungkin labil div"

Nadiva menepuk pelan pundak Rachel.
"Bagus deh kalo gitu, gua seneng dengernya" ucap nya sembari tersenyum.

***

Pak Sandy menatap serius ketiga murid yang dihadapan nya saat ini.

"Revan, Nicho, Reo bapak sudah menyeleksi para calon peserta basket yang kalian tunjukkan beberapa hari yang lalu. Dan Bila juga sudah memutuskan siapa dua orang itu yang akan menggantikan posisi Fredy dan Dion"

Ckrek..

Pandangan mereka pun seketika beralih menatap kedua orang yang kini baru saja memasuki ruangan.

"Permisi pak, ada apa ya panggil kita berdua?" Tanya Ari

"Bagus lah kalian datang tepat waktu. Oke Ari, Azka setelah bapak lihat kemampuan kalian berdua dalam bermain basket sangat lah bagus, kalian berbakat. Maka dari itu bapak akan nobatkan kalian sebagai tim inti basket sekolah ini"

Lantas bola mata Ari dan Azka berbinar.

"Wah terimakasih banyak pak karna udah beri kesempatan kita berdua buat masuk ke tim basket" ucap Azka

"Iya sama-sama, gimana kalian bertiga setuju kan kalo mereka bergabung bersama kalian?"

Lalu pandangan Reo dan Nicho beralih menatap Revan seperti menanyakan apakah dirinya setuju atau tidak. Sedangkan Revan nampak berpikir sejenak.

"I-iya pak saya setuju" ucap Revan kemudian dilanjut dengan anggukan oleh kedua temannya.

"Good job, Mulai besok kalian semua harus berlatih extra sehabis jam sekolah usai selama 4 hari berturut-turut, karna pertandingan sebentar lagi akan diselenggarakan. Bapak harap kalian bisa kompak dan berusaha dengan hasil yang maksimal tanpa adanya kecurangan, mengerti!"

"Mengerti pak!" Sahut mereka bersamaan.

***

"Kepala lu masih sakit Clau?" Tanya Dian

"Sedikit, yang pasti ini semua tuh gara-gara lu tau gak Lis! Lu yang buat gua kayak gini!"

"Y-yaa sorry, g-gua tadi refleks bener bener kaget"

Dengan ekspresi wajah kesal, seketika Claudia mempercepat langkahnya. Lalu saat dirinya ingin berbelok arah tiba-tiba.

Brakk

Orang itu berdecak kesal.
"Kalo jalan yang liat liat dong!" Bentak Ari.

"Yaudah sih gua kan gak seng-"

Perkataan Claudia terhenti begitu saja saat menatap cowok dihadapan nya saat ini.

Kini mereka berdua saling melempar tatapan dalam diam tanpa ada yang membuka suara.

"Kok gua ngerasa gak asing ya sama nih cewek" batin Ari.

TBC:)

Jangan lupa tinggalkan jejak gaiss🖤

Gadis Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang