CHAPTER 67

34 3 1
                                    

"APA?! Jadi hanya itu masalahnya?"

Pak Doni memijat keningnya, mereka benar-benar membuatnya emosi setengah mati.

"M-maaf pak tapi s-sumpah saya gak sengaja buat dia celaka"

Pak Doni menggebrak meja.

"Ah sudah!"

Ketiganya terlonjak kaget, tak berani menatap sang kepala sekolah.

"Saya gak mau lagi denger alasan apapun, kalian udah buat nama sekolah ini tercemar!. Mulai hari ini saya akan keluarkan kalian!"

"Loh tapi kan saya gak ikut-ikutan dorong pak, please jangan keluarin saya ya" pinta Dian wajah memelas.

"Saya juga pak, lagipula yang ngelakuin kan Claudia jadi dia aja yang yang tanggung jawab sama semuanya" timpal Liska menatap sinis pada Claudia.

Claudia mengepalkan tangannya, ia sangat kesal dengan pada Dian dan Liska.

"Keputusan saya sudah bulat. Kalian bertiga harus keluar dari sekolah ini!"

Setelah itu Pak Doni keluar dari ruang guru, tanpa memperdulikan ketiga perempuan itu yang memanggilnya sambil merengek-rengek.

Saat Claudia, Dian, Liska keluar sepanjang koridor seluruh siswa-siswi melemparinya dengan kertas dan sampah. Tak lupa juga mereka kompak menyoraki dan memberikan cibiran pedas.

"DASAR GAK ADA AKHLAK!"

"KELAKUAN NYA MELEBIHI IBLIS! BISA-BISANYA BIKIN ANAK ORANG HAMPIR MATI!"

Claudia, Dian, maupun Liska saling menundukkan kepala menahan malu, sembari menutup telinga yang mulai terasa sakit lantaran teriakan tersebut terlalu memekik. Ditambah lagi beberapa polisi sudah menanti di depan gerbang.

"GAK USAH BELAGAK SEDIH DEH JIJIK GUA LIATNYA!"

"KALIAN BERTIGA GAK PANTES DISINI PANTESNYA DI NERAKA!"

"DIPENJARAIN AJA SEUMUR HIDUP BIAR KAPOK!"

Revan, Nicho, dan Reo berlarian menuju koridor lantaran mendengar suara gaduh dari luar kelas. Langkah mereka terhenti saat melihat Claudia beserta dua temannya.

Nicho bersedekap tangan. "Oh jadi mereka, hah gak penting banget"

"Huu rasain, lagian jadi orang jahad bat kayak uler" sarkas Reo.

Revan tersenyum sinis memandangi Claudia, sorot kebencian pun turut muncul di kedua matanya.

"Udahlah balik aja, enek gua liat muka mereka"

*****

Revan merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti seragam dan melepas sepatunya terlebih dahulu.

Pikirannya masih sangat kalut, bahkan mata pelajaran hari ini tak ada sedikitpun yang masuk kedalam otak nya. Tak lama kemudian dering handphone berbunyi menandakan pesan masuk.

Revan menghela napas, membaca pesan dari Reo. Dengan terpaksa ia berjalan mengambil handuk lalu memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sepuluh menit berlalu.
Revan menuruni tangga dengan pakaian casualnya dan kunci mobil di genggaman. Ia mendudukkan diri di dekat meja makan lalu mencomot sepotong roti dan mengoleskan selai diatasnya.

Sonya muncul dari arah ruang tamu seorang diri, berjalan mendatangi Revan lalu mengambil duduk di sampingnya.

"Papah kemana ma?"

"Masih meeting di kantor sebentar lagi juga pulang, kamu sendiri mau kemana? Ada ekskul?"

"Gak ma, Reo ngajakin main basket"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang