CHAPTER 41

35 6 0
                                    

"Aaa!"

Sontak salah satu orang yang berada di samping terlonjak kaget.

"Clau lu kenapa?!"

Dengan nafas memburu dan keringat dingin yang mengucur Claudia berusaha mengeluarkan suara nya.
"L-liska d-dimana?"

"Itu dia lagi di duduk di sofa" unjuk nya

"Lis!"

Lantas liska menoleh pada sumber suara lalu segera melepaskan earphone yang tengah melekat di telinga nya.

"Kenapa?"

Dengan langkah tergesa Claudia menghampiri Liska.

"L-lis.." air mata nya mulai menetes

"Ada apa Clau kok lu nangis?"

"T-ternyata yang lu b-bilang itu bener"

"Hah bilang apa gua gak ngerti"

Dian mulai melangkah mendekati mereka berdua.

"Tentang cowok itu"

Liska bergeming. berusaha mencerna perkataan dari Claudia.

"Tadi g-gua mimpi tentang kejadian masa lalu gua dan terakhir gua sama dia itu ta-tabrakan"

Claudia menunduk dalam-dalam berusaha menahan rasa nyeri di kepala.

Liska menoleh ke arah Dian sebentar lalu beralih kembali menatap Claudia dengan ekspresi tercengang.

"A-apa lu udah inget sama semua nya?"

"Orang itu mirip banget sama cowok itu Lis. S-selama ini gua udah nyari keberadaan nya gak pernah ketemu dan gua terlalu cepet mengambil kesimpulan kalo dia itu udah mati. Ternyata itu semua gak bener"

Claudia mulai menggeram ketika bagian kepalanya berdenyut.

"U-udah ya. Jangan terlalu lu paksain Clau nanti malah tambah sakit"

Namun Claudia tidak sama sekali menghiraukan perkataan dari Dian ia terus saja memandang ke arah langit-langit kamar sembari tersenyum getir.

"Akhirnya setelah bertaun lama nya, sekarang gua bisa bernafas lega ternyata kamu masih hidup. Gua berjanji, gak akan pernah tinggalin lu lagi ri."

***

Alunan musik mengalun merdu melalui pendengaran perempuan manis itu yang sedang mengerjakan tugas miliknya.

Sudah menjadi salah satu hobi utama yang tak mungkin terlewatkan bagi nya yaitu mendengarkan musik.

Tok tok tok..

"Rachel?"

Setelah mendengar suara dari mama nya lantas Rachel segera mematikan musik lalu melangkah kecil menuju pintu.

"Iya ma"

"Ada temen kamu tuh di luar"

"Siapa ma?"

Sintya senyum sekilas
"Tadi mama tanya katanya sih kakak kelas kamu"

Rachel bergeming di tempat. Kakak kelas?. Atau mungkin..

"Udah buruan sana kamu temuin. Kasian dia udah nunggu"

"Oh iya ma. Kalo gitu aku samperin dulu"

Baru saja Rachel membukakan pintu lantas ia sedikit terkejut dengan kedatangan seorang laki-laki berkulit putih berbalut hoddie berwarna merah dan jeans berwarna hitam. Yang tak lain adalah Revan.

Gadis Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang