CHAPTER 33

32 8 0
                                    

Flashback on.

Pada sore hari seorang perempuan dan laki-laki yang berumur 14tahun sedang duduk santai di bawah pohon rindang.

Revan, dirinya sedaritadi hanya memperhatikan wajah Alin yang sedang membuat sketsa pemandangan di sekitar nya.

Alin yang sadar bahwa dirinya sedang di perhatikan lantas menoleh.

"Kakak kenapa sih, kok ngeliatin aku kayak gitu. Awas loh nanti naksir sama aku" seraya tersenyum meledek

Revan mencolek hidung mungil Alin.

"Dih jangan geer kamuu, kakak itu kagum tau sama kamu dek. Udah cantik, jago gambar, udah gitu paling bisa bikin kakak bahagia terus"

Alin tertawa renyah.
"Aku juga bahagia kok bisa kenal kak Revan, dan sekarang aku punya dua orang kakak yang sama sama pengertian ke aku. Yaa walaupun kak Vanya lumayan sibuk tapi dia tetep kakak tersayang aku, begitu pun juga kak Revan"

Lalu mereka tersenyum lepas satu sama lain.

Alin memang mempunyai kakak kandung perempuan. Namun terkadang dirinya terlalu sibuk oleh urusan pekerjaan, berbeda dengan Revan perhatian yang di berikan oleh laki-laki ini melebihi daripada kakak nya sendiri, Namun Alin sangat sayang pada keduanya.

Bagi Revan, Alin adalah sosok perempuan berarti bagi nya dan ia pun juga merasa bersyukur. Bahkan dirinya Sampai berkhayal, kalau mereka seperti kakak beradik sesungguhnya, pasti bahagia akan terus mengalir pada dirinya tidak seperti sekarang.

"Oiya dek, kak Revan pergi sebentar ya nanti kakak kesini lagi"

"Mau kemana?"

Namun Revan tak mengubris pertanyaan nya, Karna tak mengerti apa yang akan Revan lakukan, Alin pun segera melanjutkan kegiatan menggambar nya.

Tak lama Revan pun datang lalu ia berjalan menuju Alin dengan perlahan-lahan.

Setelah itu Alin merasa ada sesuatu di atas kepalanya, lalu ia segera menoleh.

"Taraa!..."

Lalu Alin mengambil alih benda itu dari kepalanya.

"Gimana suka gak?, Kak Revan yang buat loh khusus buat kamu"

Alin menatap benda itu, ranting pohon yang di bentuk melingkar lalu di hiasi oleh bunga bunga yang rapih dan terlihat sangat indah.

Ia tersenyum hangat, lalu kembali menatap Revan. Laki-laki ini selalu saja memperlakukan nya layak nya seorang adik kandung nya sendiri, sampai-sampai membuat nya terkagum-kagum pada sosok Revan.

"Suka banget kak, bagus"

"Kalo suka di pake dong"

Alin mengganguk patuh, lalu menaruh kembali benda pemberian Revan di atas kepalanya.

Lantas senyum Revan mengembang.
"Cantik banget sih kamu dek"

Alin menoleh lalu kembali mengalihkan pandangan ke arah lain, kedua pipi nya memerah ia tersipu malu.
Revan yang melihat nya lantas tertawa geli.

"Jangan berlebihan deh kak, biasa aja kali. Makasih ya kak"

"Iya sama-sama dek"

Tak terasa hari semakin larut malam. Revan pun baru saja sampai di rumah nya setelah mengantar Alin pulang. Saat ia hendak berjalan ke kamar tiba-tiba langkah nya terhenti.

"Dari mana saja kamu?"

Suara berat itu berasal dari seorang laki-laki paruh baya berperawakan tubuh tegap lengkap dengan jas yang melekat pada tubuhnya.

Revan tak mengubris pertanyaan dari Randy.

"Kalau ditanya itu di jawab, bukan nya malah diam!"

"Papah gak perlu tau aku ini darimana, lagipula papah juga gak akan perduli sama aku kan?pake nanya nanya segala" ucap nya seraya memandang remeh Randy.

"Berani kamu ya berkata seperti itu pada papah mu sendiri. Dasar anak tak tahu diri!"

"Yaampun ada apa sih kalian ini!?" sambar Sonya yang baru saja keluar dari kamar dengan penampilan yang sangat rapih.

"Revan, kamu jaga rumah ya. Mama sudah nyiapin makanan ada di meja makan, Papah sama mama mau pergi dulu ada urusan mendadak di kantor. Ayo pah, nanti keburu telat"

Revan hanya diam terpaku memandang miris kepergian kedua orangtuanya itu. Selalu saja seperti ini, mereka datang sebentar lalu pergi begitu saja. keberadaan nya memang sudah tak dihargai oleh mereka berdua.

Revan menutup pintu kamar dengan kencang. Ia mengacak rambut nya dengan kasar.

"Papah sama mama jahat! Kenapa sih gak pernah peduli lagi sama gua. Mereka lebih mentingin urusan pekerjaan mereka sendiri daripada gua, Arghh!!"

Revan mengobrak-abrik semua barang-barang yang berada di kamar nya.

Pikiran nya sangat kacau.

Lalu pandangan nya beralih menatap sendu foto yang berada di dinding. Disana terlihat jelas aura bahagia terpancar dari ketiga orang tersebut.

Air mata Revan tak bisa di bendung lagi, ia biarkan jatuh begitu saja membasahi pipi.

"Revan rindu papah sama mama yang dulu" ucap nya dengan bibir bergetar.

Jika saja ia mempunyai seorang adik atau kakak, pasti dirinya tak menerima beban ini sendirian.

Namun apa daya ia terlahir sebagai seorang anak tunggal, padahal ia ingin sekali mempunyai saudara kandung. Sayang, takdir berkata lain.

Setidaknya kini ia menemukan sosok perempuan cantik yang telah membuat nya merasa mempunyai seorang adik sesungguhnya.

Revan selalu berharap, hari esok orangtuanya bisa kembali seperti semula kembali berkumpul bersama dengannya. Namun sepertinya itu tak kan mungkin terjadi.

Ia hanya bisa pasrah dengan keadaan yang sekarang menimpa nya seorang diri.

Semenjak beberapa tahun lalu orangtuanya ini sangat sibuk pada pekerjaan nya saja, hingga tam menghiraukan dirinya sama sekali.

Revan sangat rapuh.

Disini di rumah yang hanya terlihat indah di luarnya namun menyimpan banyak cerita pahit di dalam nya.

Lantas Revan bangkit dari duduk nya seusai menangis. Ia segera bergegas untuk pergi ke rumah salah satu sahabat nya Nicho. Seperti nya Revan akan menginap lagi disana.

Flashback off.

Saat Rachel baru sampai dan sedang berjalan menuju gerbang rumah nya, lantas ia di kejutkan dengan ada nya mobil sport merah yang terparkir didepan halaman rumah nya.

Lalu ia beralih menatap dari jauh seseorang yang sedang tertidur di kursi panjang dekat pintu.

Perlahan ia menghampiri nya, seraya memerhatikan intens wajah orang itu.

Namun seketika bola mata Rachel terbelalak.

"K-kak Revan!?"

TBC:)

Jangan lupa tinggalkan jejak gaiss.

Gadis Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang