CHAPTER 24

48 19 1
                                    

Saat Rachel hendak mengambil sepeda nya ia mendengar suara motor yang baru datang ke pekarangan rumah nya.

Ari di bingung dengan Rachel, pasalnya dirinya melihat perempuan itu menaiki sepedanya bukan kah sudah ia suruh semalam untuk bareng dirinya.

"Kok malah naik sepeda sih, kan gua udah bilang semalem bareng gua"

Rachel melirik Ari sebentar lalu berkata.

"OGAH."

Ia pun segera melajukan sepeda nya tanpa memperdulikan Ari.

Ari tersenyum miring
"Suatu saat lu pasti akan tau hel, tentang perasaan gua ini. Dan karna lu udah masuk ke hati gua, gua gak akan biarin lu keluar dengan gampangnya"

💘💘

Rachel baru saja sampai di kelas dengan wajah di tekuk.
Ia melihat Nadiva yang sedang memainkan handphone nya, entah kapan dirinya datangnya.

"Div, mana gua pinjem buku pr lu, ntar keburu pak Rasyid dateng"

"Bentar gua ambil"

Setelah menerima buku nya ia pun segera menyalinnya.

Saat Rachel sedang fokus menyalin kemudian Nadiva bertanya kepada nya.

"Hel, gua kok masih bingung ya kak Revan sama Ari bisa barengan gitu nanyain alamat rumah lu, ke gua lagi nanyanya"

"Cuma kebetulan doang kali, lagian kan mereka tau nya temen deket gua itu ya lu"

"Em.. iya juga sih, tapi aneh aja gitu menurut gua"

Tak lama Rachel pun selesai menyalin pr nya. Dilihatnya tempat duduk Ari yang masih terlihat kosong, ia pun memutuskan segera menceritakan kejadian semalam pada Nadiva.

"Apa!?, Dua cogan itu ke rumah lu semalem?!"

Akibat ucapan Nadiva yang terlalu kencang, seisi kelas pun menatap aneh dirinya.

"Ssttt... Suara lu tuh di kecilin napa!" Bisik Rachel

Nadiva menyengir
"Maaf hel kelepasan gua"

"Gua juga gatau tiba-tiba aja tuh cowok aneh ke rumah gua, dia itu penganggu div buat gua"

"Gak boleh gitu hel, ntar kualat loh" ucap Nadiva terkekeh

"Udah gitu nih ya, tadi tuh orang ke rumah gua, dia minta buat berangkat bareng"

"Terus terus gimana, lu terima ajakan nya?"

"Ya gak lah"

Nadiva menghela nafas panjang jengah nya. Temannya ini memang tak peka sama sekali.

***

Bel istirahat pun baru berbunyi, semua murid SMA pelita bangsa berbondong-bondong menuju kantin untuk mengisi perut mereka.

Namun tidak dengan Rachel, dirinya kini hanya menyenderkan kepalanya di meja. Kepala nya terasa pusing saat pelajaran kedua tadi di mulai.

Sedangkan Nadiva, dirinya sudah berjalan ke kantin untuk membelikan Rachel makanan padahal ia sudah menolaknya namun Nadiva kekeuh tetap tidak mau nerima penolakan nya.

Di kelasnya sepi, hanya beberapa orang yang masih tersisa.
Sungguh baru pertama kali nya ia merasa bosan di kelas.

Lalu terbesit di pikiran Rachel untuk menghampiri Nadiva di kantin.

Sebelum itu dirinya mengirimkan pesan kepada Nadiva terlebih dahulu.

Namun saat pesan itu sampai pada Nadiva, ia hanya menghiraukan nya saja karna dirinya sedang fokus memesan makanan dan situasi kantin juga ramai.

Dan kini Rachel sedang berada di koridor, namun tiba-tiba kepala nya sangat pusing.

Ia terus memegangi kepalanya nya, lalu dirinya kehilangan keseimbangan jalan pun menjadi sempoyongan.

Brukk..

Rachel tergeletak begitu saja di lantai.
Semua murid-murid disana segera menghampiri nya.

Namun ada seseorang yang baru saja datang lalu bertanya kepada murid lain sebenarnya apa yang terjadi.

Setelah mengetahui hal itu, dirinya pun segera menerobosi kerumunan lalu menggotong tubuh perempuan itu menuju ke UKS.

- - -

Sesampainya di sana, Ari segera mengeletakan Rachel di ranjang UKS.

Perempuan itu pun lalu di periksa oleh petugas UKS yang berjaga disana.

Segala kekhawatiran Ari muncul dibenaknya.

Tak lama setelah itu Rachel pun tersadar karna ia mencium aroma minyak kayu putih yang di sodorkan ke hidungnya oleh petugas itu.

Ari yang melihat nya kini bisa bernafas lega.

Lalu petugas itu meminta izin pada nya untuk beranjak pergi dari situ.

"Akhirnya lu sadar juga"

Tersadar bahwa Ari berada di hadapannya saat ini lantas berkata.

"Lu ngapain disini"

Tatapan Rachel hanya lurus saja enggan melihat laki-laki tersebut.

"Gua itu tadi abis nolongin lu pingsan di koridor, lagian udah tau sakit masih aja kelayapan bandel lu."

Rachel pun beranjak dari ranjang lalu berdiri di depan Ari sekarang.

"Makasih, udah nolongin gua. Tapi lain kali gak usah repot-repot nolongin lagi. Gua gak butuh bantuan lu" ucap Rachel dengan wajah datar.

Saat hendak melangkah keluar, lalu tangan nya pun di cekal oleh Ari.

"Jangan pergi dulu dong lu tuh masih sakit, muka lu juga pucet. Jadi mending lu duduk dulu disini biar gua beli makanan buat lu, terus abis itu ngizinin lu k-"

"Bukan urusan lu, Lepasin gak!" Bentak Rachel dengan nada yang semakin tidak bersahabat.

Setelah mendengar gertakan Rachel, Ari pun langsung melonggarkan genggaman nya.

Setelah itu Rachel langsung melanjutkan langkahnya, namun tiba-tiba suara Ari menghentikan dirinya.

"Sebenci itukah sikap lu ke gua hel, salah gua apa hel!?. Jelasin ke gua sekarang juga!" Tegas Ari dengan suara yang meninggi.

Rachel tersentak mendengar perkataan Ari yang seperti itu.

Dan tanpa sadar air mata mencelos begitu saja membasahi pipinya, namun segera ia tepis dengan tangan nya.

Ia pun segera membalikkan tubuh.

"Gua ingetin sekali lagi, lu itu cuma orang asing bagi gua tau gak"

"Cuma itukah alesannya?. Lu selalu aja nganggep gua ini asing buat lu, padahal lu bisa buat perlahan kenal sama gua. Dan lu gak akan nganggep gua ini orang asing hel!"

"Kenapa sih, lu itu perhatian banget sama gua?" ucap Rachel dengan mulut yang bergetar dan wajah yang terus menunduk.

"Ya karna gua itu perduli sama lu hel!"

Rachel hanya terdiam seakan sedang mencerna ucapan Ari barusan.
Namun setelah itu ia segera berlari keluar dari sana tanpa sepatah kata pun.

Tinggal lah Ari seorang diri disini, ia merasa bersalah karna sudah membentak Rachel tadi.

Ia sengaja melakukan itu semata-mata untuk membuat Rachel sadar akan perasaannya pada perempuan itu.

Dan sekarang dirinya hanya bisa tersenyum getir, dan berharap Rachel segera menyadari akan hal itu.

Gadis Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang