CHAPTER 66 - HEART.

21 3 1
                                    

"Ayo dong lawan, biasanya lu marah-marah kalo gua serang"

Sedaritadi Reo terus mengoceh tanpa henti sedangkan Revan hanya diam tak berniat menjawab, tatapannya terlihat kosong pada layar TV.

"Van?"

Revan menaruh stik PS yang dipegangnya lalu melangkah pergi keluar kamar. Nicho yang sedaritadi memandang handphone kini teralih pada Revan.

"Kenapa?" tanya Nicho tak mengerti.

"Gak tau, daritadi melamun terus. Samperin aja yuk"

"Udah gak usah, mungkin dia lagi banyak pikiran"

Reo mengurungkan niatnya, menuruti ucapan Nicho.

*****

Revan menaiki tangga dengan tergesa menuju rooftop rumahnya. Setelah sampai, ia mendudukkan diri di sofa berukuran besar yang terletak disana.

Revan mengedarkan pandangan di sekitaran, sesekali semilir angin malam menerpa wajah nya.

Sekilas, ingatan saat pertama kali bertemu dengan Rachel kembali bermunculan.

Seandainya Rachel berada disampingnya, pasti malam ini adalah malam yang paling indah bagi Revan.

Revan menengadah ke atas, menatap langit gelap bertabur bintang. Kedua sudut bibirnya terangkat sempurna, membayangi wajah Rachel yang tengah tertawa riang.

Sedetik kemudian senyumnya memudar, tiba-tiba ia teringat pada sosok Alin. Tentang tragedi Alin kecelakaan sampai merenggut nyawanya.

Perasaan Revan berubah was-was. Dengan cepat ia menggelengkan kepala, mengatur napasnya yang sempat memburu.

"Gak, gak mungkin. Itu pasti cuma sugesti gua aja"

Revan memutuskan untuk berusaha tidak memikirkan hal tersebut, namun pada akhirnya sama sekali tidak membuahkan hasil.

Ia mendecak kesal, lalu beranjak dari tempatnya berjalan meninggalkan rooftop hendak merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata sejenak. Berharap hari esok ia tidak memikirkan lagi pikiran negatif itu.

Setelah sampai di depan pintu kamar, langkah Revan terhenti lantaran mendengar percakapan serius dari kedua temannya didalam.

"Iya tiba-tiba cerita aja gitu sama gua, pas gua nganterin pulang kemarin malam"

"Terus, sejak kapan Rachel suka sama Revan?"

Revan tercengang, ada apa ini?!.

"Katanya sih dari awal mereka ketemu udah ada rasa sama Revan"

Degup jantung Revan mendadak tak teratur.

"Dan lebih parahnya la-"

Brakk!

Keduanya terlonjak kaget, melihat Revan membuka pintu dengan kencang.

"Apa maksud kalian?. Jelasin ke gua sekarang juga!"

*****

Sudah satu minggu berlalu, Rachel masih tak kunjung bangun dari tidur panjangnya.

Hardi menghela napas berat, menatap cemas wajah Sintya yang terlihat pucat pasi.

"Mama makan dulu ya, dari pagi mama belum makan apa-apa loh"

"Tapi mama masih mau disini sama Rachel"

"Makan ya sedikit aja, ayah gak mau mama sampe sakit. Rachel pasti juga akan sedih ma"

Gadis Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang