CHAPTER 40 (Memori kelam)

38 7 1
                                    

Dua hari sudah berlalu dan hari ini adalah hari terakhir untuk tim basket SMA pelita bangsa berlatih untuk menghadapi pertandingan esok hari.

Meski sekujur tubuh kini dipenuhi oleh keringat, namun hal itu tak menghentikan aktivitas mereka demi mengharumkan nama sekolah.

"Yaampun Rachel itu jelas-jelas dia suka sama lu"

"Div, itu gak mungkin. Cuma kebetulan aja tiba-tiba dateng"

Rachel menghembus nafas panjang.
Seharusnya tadi ia tidak usah menceritakan tentang kejadian semalam, lihat saja Nadiva sedaritadi tak mau sependapat dengan nya.

Tiba-tiba saja Nadiva menghentikan langkahnya.

"Loh kok malah berhenti disini div pintu gerbang kan masih di depan sana"

"Mm.. my bebeb"

Dahi Rachel berkerut
"Hah, bebeb?"

Lalu ia mengikuti arah pandang Nadiva.

"Hel kita kesana yuk" ajak Nadiva sembari mengandeng tangan Rachel

"Ngak deh males, mending lu aja ya gua mau pulang"

"Yah.. please hel ikut ya. Masa gua sendirian"

"Disana tuh ada bebeb lu jadi gak sendirian kan"

"Bentar doang hel ayoo" paksa Nadiva memelas

"Iya deh bentaran doang loh"

"Okee"

Sesampainya di dekat lapangan Nadiva sangat antusias sekali berbeda dengan ia Rachel yang hanya menatap datar sekeliling. Seharusnya sekarang ia sudah berjalan menuju tempat favorit nya bertemu sang senja namun apa daya itu semua harus tertunda "lagi".

"Nicho semangat!" Teriak Nadiva

Lalu pandangan Rachel kini tertuju pada Revan, sosok laki-laki tampan nan baik hati yang selama ini ia kagumi diam-diam dari awal bertemu dan berharap perasaan nya akan terbalas oleh nya namun ternyata kandas begitu saja.

Manik mata Rachel kini beralih memandang salah satu cowok yang menyebalkan menurut nya namun selalu saja bersikap baik bahkan akhir akhir ini suka menolong nya. Padahal ia sudah berkali-kali mengacuhkan laki-laki itu.

Tiba-tiba rasa bimbang terhadap kedua laki-laki itu seketika muncul di benak Rachel.

Rachel tersentak ketika lengannya di senggol oleh Nadiva.

"Heh kok malah bengong sih.. ohh gua tau pasti lu lagi bingung nih mau pilih kak Revan atau Ari ya kan ngaku luu" selidik Nadiva

"Nggak div jangan sok tau deh"

Nadiva terkekeh, jujur sebenarnya ia tahu kalau Rachel saat ini sedang berbohong.

"Ri sini oper!" Suruh Revan sembari mengambil ancang-ancang

Namun Ari tak menghiraukan perintah dari Revan, dirinya kini baru saja menyadari bahwa Rachel tengah menatapnya dari kejauhan.

Karna merasa di acuhkan. lantas Revan segera mengikuti arah pandang Ari.

Seketika lamunan nya buyar, lantas Rachel terpaku ditempat sebab dua laki-laki itu telah menangkap basah dirinya yang sedang diam-diam memerhatikan mereka.

Manik mata Rachel memandang kedua nya secara bergantian, kali ini ia benar-benar dibuat salah tingkah.

"Div pulang sekarang aja ya" pinta Rachel buru-buru

Nadiva menoleh.
"Bentar ya hel" lalu ia kembali memandang ke arah lapangan "Nicho!" panggil nya.

Nicho yang sedang mengobrol ringan dengan Reo kini menoleh ke arah sumber suara.

Nadiva melambaikan tangan.
"Aku pulang duluan ya bye!"

Nicho tersenyum sumringah lalu membalas lambaian dari sang pacar.

Rachel memutar bola mata jengah masih sempat-sempatnya berpamitan pada sang pacar padahal dirinya sedang terburu-buru.

Setelah itu Revan dan Ari menatap kepergian Rachel kemudian mereka saling mengembangkan senyum secara bersamaan.

***

"Aku gak mau kita kayak gini. Aku masih sayang sama kamu" ujar nya dengan penuh arti

Lalu dengan perlahan perempuan itupun melepaskan pelukan dari laki-laki itu lalu menatap intens wajah nya.

"Maaf. A-aku juga sayang sama kamu tapi aku gak bisa ngelanjutin hubungan kita. Yang jelas terimakasih atas semua perhatian dan kasih sayang yang kamu kasih ke aku. Aku bahagia banget bisa jadi milik kamu"

Laki-laki muda tampan itu menutup mata perlahan-lahan seraya menundukkan wajah.

"Sebelum aku pergi jauh. aku mau bilang sesuatu sama kamu" sembari meraih wajah laki-laki itu lalu mengelus pelan.

Laki-laki itu membalas tatapan perempuan yang ia sayangi dengan penuh kesedihan.

"Kamu jaga diri baik-baik ya disini. do worry about me" kedua sudut bibirnya perlahan mengangkat

Sekali laki-laki itu memeluk tubuh perempuan ini dengan erat. Erat sekali. Berat sekali jika harus berpisah jauh dengannya. Namun ia juga tidak boleh terlalu egois memaksakan keadaan.

"I love you" bisik nya tepat pada telinga perempuan itu

Mereka ini memang masih baru beranjak SMP. Namun entah mengapa perasaan mereka satu sama lain sudah seperti melebihi dari kata suka.

"Aku anter kamu pulang ya. Untuk terakhir kalinya."

Selama perjalanan tak ada yang berniat untuk membuka suara.

Laki-laki itu kini hanya melamun saja memikirkan perasaannya yang terlalu sedih dan sungguh tak rela untuk melepas kepergian orang yang sangat ia sayangi.

"Maafin aku. Jujur ini sama sekali bukan kemauan aku, Ini semua karna kemauan papa" batin nya seraya menyeka air mata

Namun tiba-tiba.

Brakk..

Motor yang mereka tumpangi baru saja menghantam sebuah truk besar. Seketika mereka berdua terpental jauh hingga kepala serta tubuh mereka berbenturan pada aspal.

Darah segar mengalir begitu saja membasahi seluruh wajah mereka.

"Argh.."

Sembari menahan rasa sakit di sekujur tubuh perlahan ia menengok ke arah samping memperlihatkan sosok laki-laki yang sudah tak sadarkan diri dengan wajah nya yang telah dipenuhi oleh cairan berwarna merah.

"Rr-ri, uhuk.. uhuk.." cicit nya dengan terbatuk-batuk berusaha meraih tangan laki-laki itu.

Namun naas pandangan tiba-tiba memburam. Lantas ia tergeletak tak berdaya. Matanya perlahan mulai terpejam.

Kini orang-orang di sekitar mulai berdatangan buru-buru menghampiri mereka.

"Aaa!!"

TBC..

Gadis Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang