CHAPTER 16 (senja 3)

53 25 2
                                    

Revan melepas pelukannya dan
memandang Rachel lalu mulai mengecam tangannya dengan tatapan penuh harap.

"Gua sangat berharap kamu mau
mengganti posisi nya Alin hel, kakak yakin kamu bisa bikin kakak bahagia lagi hel. Anggep aja aku ini kakak kamu, kamu mau kan?"

Rachel terdiam berusaha mencerna ucapan Revan.

"Saat ini aku dan orangtua aku masih
sama aja selama ini aku hidup tanpa
adanya kasih sayang orangtua aku hel, kalo aja aku punya adik atau kakak pasti aku gak akan ngerasa sendirian"

Dilihatnya sekali lagi Rachel hanya terdiam saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Mm.. yaudah kalo kamu gak mau, gapapa aku ga maksa kok" Revan tersenyum getir.

Rachel semakin tidak tega dengan Revan, lihat saja bisa-bisanya dirinya tersenyum disaat seperti ini.

"Ehh. gak kok bukan begitu. A-akuu
ma-mau, aku bersedia kak"

"Hah?! Se-serius kamu hel?"

"Iyaa kak aku serius"

Lantas Revan segera memeluk tubuh Rachel lagi.

"Makasih banyak hel, aku bersyukur
banget saat ini. Karena bisa ketemu
sama lu dan kenal kamu" ucap Revan
dengan nada senangnya.

"Sekali lagi terimakasih banyak ya"

"Iya sama-sama kak"

"Mulai sekarang aku panggil kamnu
dengan sebutan adik yaa"

"I-iyaa"

Lalu pandangan Revan beralih ke arah nisan Alin.

"Dek Lin liat kan? sekarang kakak ga
ngerasa kesepian lagi. Kakak udah
nemuin seseorang yang tepat, pasti
kamu seneng deh" ucap nya seraya
tersenyum tulus dan penuh rasa
syukur.

Rachel hanya memandang Revan
dan kuburan Alin secara bergantian.

Sungguh memang hati nya sekarang sedang tidak baik baik saja seperti tertusuk pisau yang sangat tajam. Tetapi ia tidak bisa melakukan apa apa selain pasrah.

"Ini seperti mimpi rasanya..
Tapi tidak gua sedang tidak bermimpi sekarang, semua yang dikatakan
kak Revan itu benar. Dan gua gak mungkin liat kak Revan harus sedih terus seperti ini" batin nya meskipun ia harus menahan rasa perih di hati.

Lalu sebelum mereka pulang, mereka
pun mendoakan Alin terlebih dahulu.

***

"Disini aja kak, aku bisa jalan sendiri ke rumah tinggal deket lagi kok"

"Gak mau aku anterin aja ampe
rumah?"

Rachel tersenyum kecil

"engga usah kak gapapa"

"Ohh oke, aku balik dulu ya"

"Iya kak"

Revan segera mendekat ke arah Rachel dan mengecup kening nya.

"Hati hati dek" katanya di barengi oleh senyuman manis nya

Wajah Rachel memanas akibat Revan.

"i-iyaa kakak juga hati hati"

Setelah Revan meninggalkan dirinya.
Rachel masih dalam keadaan
mematung. perlakuan Revan tadi
seketika membuat hati nya menjadi
tenang.

Kemudian ia segera pergi dari tempat
itu dan menuju rumah nya.

🎭🎭

Saat ini Rachel sedang mempersiapkan diri menuju ke tempat favorit nya setelah membasuh diri, membereskan rumah dan makan.

Ia kesana menggunakan sepeda karna
Dirinya sedang malas untuk berjalan kesana.

"Pas banget aku dateng kamu
muncul. Hallo senja!, Aku mau cerita, jadi tadi aku tuh di ajak sama kak Revan ketempat pemakaman nya Alin, dia itu teman dekatnya sekaligus orang yang dia anggep seperti adiknya sendiri. Dan setelah itu... kak Revan bilang kalo seseorang yang selama ini ia cari buat penganti orang itu adalah aku. Dalam keadaaan itu aku ga bisa berbuat apa apa selain menerima ajakan dari Revan"

Perlahan air mata mengalir begitu saja membasahi pipinya.

Saat itu ada seorang laki laki memakai jaket biru sedang berjalan melewati tempat itu, dan ia pun berhenti dan melihat seperti ada seseorang yang menangis dari sana.

"Cewek itu kenapa ya? Kok nangis, mana sendirian lagi" ucapnya dengan penasaran.

Pandangnya ke arah langit dengan
mata yang sudah sembab.

"Apa aku harus menghilangkan
perasaan ini?. Jujur aku gak tau lagi harus gimana senja"

"Apa sebaiknya gua samperin aja tuh
cewek, mana langit udah mau gelap juga"

Tanpa berpikir panjang laki-laki itu
pun segera menghampiri perempuan
disana.

Dilihatnya langit sudah ingin gelap,
Rachel pun berdiri dari kursi itu dan
hendak pulang.

Tetapi... Saat menoleh kebelakang, Ia di kejutkan oleh seorang laki-laki
di hadapan nya, begitu pun juga
laki-laki itu ia sangat terkejut melihat
Siapa perempuan ini.

"Ehh lu?, mm... ngomong
ngomong lu ngapain disini sendirian?"

Rachel hanya menunduk saja tanpa
mau membalas tatapan dan pertanyaan dari laki-laki itu.

"Hey?" Ucapnya lalu menarik perlahan dagu perempuan itu agar menghadap nya.

"Mata lu sembab loh, lu nangis berapa
lama sih hah?"

Rachel segera menepis tangan laki-laki itu lalu berkata.

"Anda gak perlu tau, dan ini bukan
urusan anda!" Bentak Rachel dengan
suara yang serak.

Rachel segera buru buru menaiki
sepeda nya. Namun, tangan nya di
cekal oleh orang itu.

"Mau anda tuh apa sih, Lepasin gak!"

"Gak! sebelum lu cerita ke gua, gua ga
akan ngelepasin lu"

Keras kepala sekali laki-laki ini.

Di eratkanlah lagi pegangan nya pada
tangan perempuan itu.

Sebenarnya mau apa laki laki itu pada Rachel. Dengan sekuat tenaga ia
melepaskan pegangan namun tidak
bisa.

"Anda itu siapa sih?, Saya itu gak kenal anda. Lepasin saya atau saya akan teriak!"

"O-okee, gua lepas"

Setelah lepas dari pegangan nya kemudian tangan laki-laki itu malah menjulur kearah Rachel.

"Kalo lu gamau nyeritain apa yang
terjadi sama lu oke fix. Tapi boleh
kenalan? Gua belum tau nama lu loh"

Rachel dibuat aneh dengan sikap
nya.

Karna semakin tidak nyaman
berada di sini dan langsung saja
menaiki sepedanya lalu bergegas pergi, meninggalkan laki-laki itu sendiri.

Laki-laki yang ditinggal nya itu malah
semakin mengembang kan senyumnya dan seperti nya dirinya sangat senang berada di dekat perempuan itu.

Gadis Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang