11 Makan Malam

7.6K 806 9
                                    

Apa yang di khawatir belum tentu itu akan terjadi. Jangan terlalu berlebihan mengkhawatirkan sesuatu yang mana itu hanya akan memperburuk keadaan.

~ILHAM UNTUK MELLY~

NrAida

Koreksi Typo

Happy

Bismillah

Sekarang disinilah Melly dan Ilham berada, di dalam mobil yang sunyi. Tidak ada pembicaraan di antara insan manusia itu. Sehabis maghrib tadi Ilham sudah menunggu Melly di lobi, sebelumnya Ilham memberitahu Melly jika dirinya akan menjemput setelah maghrib usai.

Dan usai maghrib seperti yang dikatakan oleh Ilham, Melly melihat Ilham sudah menunggu dirinya di lobi. Sebelum pergi, Melly sudah berpamitan kepada Nadin.

Melly memilih melihat kearah luar jendela, memandang jalanan yang lebih menarik menurut Melly untuk mengusir kecanggungan di antara dirinya dan Ilham. Belum lagi, Melly kembali teringat saat dirinya di suapi oleh Ilham. Rasanya sangat memalukan, apalagi setelah kejadian siang itu Melly dan Ilham tidak lagi bertemu.

Ilham fokus melihat bahu jalan didepannya, sesekali ia melirik Melly disampingnya. Sejak tadi, Ilham ingin mengatakan sesuatu namun urung. Tetapi, sepertinya Ilham sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk berbicara dengan Melly.

"Masih belum mau menerima telfon dari Rendi?" akhirnya kalimat itu keluar juga dari bibirnya.

Melly menoleh ketika mendengar Ilham bersuara,"Males,"jawab Melly sekenanya.

"Kenapa?"

Melly menggeleng, "Darimana Mas Ilham tahu kalau aku gak nerima telfon dari Bang Rendi? Bang Rendi ngadu ke Mas Ilham, ya?"

"Rendi hanya memberitahu saya kalau kamu tidak menerima telfon dari dia. Rendi khawatir,"

"Dasar tukang ngadu. Aku lagi gak mau bahas ini."

Ilham mengangguk, mobil yang di kendarai Ilham masuk kedalam kawasan komplek elit. Melly kembali melihat keluar jendela, matanya mengerjap melihat barisan rumah-rumah elit yang dilewati.

Mobil berhenti di sebuah rumah megah, rumah yang terakhir kali Melly kunjungi dua tahun lalu saat pemakaman istri dari Abis Rafi,  Melly melepaskan seatbelt lalu membuka pintu mobil, tetapi gerakannya membuka pintu mobil terhenti saat ternyata Ilham sudah lebih dulu membukakan pintu mobil untuknya.

Melly turun lalu mengikuti Ilham dari belakang, manik matanya merotasi melihat rumah megah itu. Tidak ada yang berubah, masih sama seperti terakhir kali dirinya berkunjung.

"Assalamualaikum," ucap Ilham begitu masuk kedalam rumah.

Saat Melly masuk ia melihat Abi Rafi menghampiri dirinya dan Ilham dengan senyum hangatnya.

"Wa'alaikumussalam, akhirnya datang juga. Abi kira gak bakalan datang,"

Melly tersenyum, berbeda dengan Ilham yang hanya diam mendengar apa yang dikatakan Abinya itu lebih cenderung terdengar seperti sindiran di telinga Ilham.

"Yaudah ayo kita langsung ke meja makan, udah di tunggu sama yang lain."

Rafi mengedipkan matanya kepada Ilham lalu menuntun Melly untuk mengikutinya. Ilham hanya membalas Abinya dengan wajah datar berjalan di belakang Abinya dan Melly.

ILHAM UNTUK MELLY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang