Bab 4

2.9K 325 15
                                    


"Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan padaku bajingan sialan?!" Miranda terus berteriak sambil menahan tangan Doni yang ingin mencekiknya.

"Membunuhmu dan anak sialan mu itu!" Desis Doni dengan seringaian menjijikkannya.

Miranda terpaku, semua bermula dari penolakan Ali padanya hingga membuat dirinya terperosok ke jalan sesat yang berujung pada hidup bebas yang selama ini dia jalani hingga akhirnya takdir membawanya pada sosok bajingan busuk yang menghamili dirinya ini.

Miranda tidak menyangka jika akibat dari patah hatinya pada Ali membuatnya menderita seperti ini. Ali menolak cintanya, pria itu hanya menyayangi dirinya layaknya seorang Adik padahal tidak ada ikatan darah apapun di antara mereka.

Mereka hanya dibesarkan bersama itu saja. Tapi kenapa Ali harus menganggap dirinya Adik? Miranda tidak mau menjadi Adik Ali, Miranda ingin menjadi pendamping hidup Ali.

"Argh!" Miranda menjerit kesakitan kala cekikan Doni dilehernya kembali mengerat.

Doni sialan!

"Lepaskan aku bajingan! Lepaskan aku!"

Doni menyeringai dan seringaian itu terlihat begitu menjijikkan di mata Miranda. Demi Tuhan, dia tidak pernah ingin terlibat apapun dengan Doni jika dia tahu pria ini tidak lebih baik dari seorang monster.

Doni benar-benar menjeratnya hingga mereka berkencan dan melalui malam-malam panas berdua dan pada akhirnya bukti dari malam-malam panas itu kini bergelung nyaman di perut Miranda yang sudah tidak datar lagi.

"Aku tidak akan melepaskanmu Jalang!" Kata Doni dengan pandangan meremehkan dia lirik perut Miranda. "Kamu pikir aku akan percaya jika janin itu adalah milikku? Ayolah Miranda! Kita semua tahu bagaimana jalangnya dirimu, aku bukan yang pertama untukmu dan aku yakin sekali jika janin ini juga bukan milikku! Jadi untuk memudahkan hidupmu aku berbaik hati untuk melenyapkan janin ini. Baik sekali bukan?"

Mata Miranda sontak terbelalak kaget, walaupun dia tidak mengharapkan kehadiran bayi ini tapi dia tidak mungkin melakukan kesalahan lainnya dengan membunuh bayi tidak bersalah ini.

Tidak!

Dia menyayangi anaknya! Dia tidak ingin kehilangan anaknya. Tidak!

Miranda kembali berusaha meronta namun cekikan Doni pada lehernya justru semakin menguat hingga membuatnya mulai kesulitan untuk bernafas.

Miranda berusaha melindungi perutnya mengabaikan rasa sakit pada tenggorokan dan juga dadanya. Dia tidak mau anaknya kenapa-napa.

"Lihat! Hidupmu akan kembali seperti semula jika janin ini mati Miranda. Kamu bisa kembali berpetualang dengan pria-pria mu dari satu ranjang ke ranjang lainnya. Bukankah kamu sudah sangat merindukan hal itu heum?" Ejek Doni dengan lidah terulur untuk menjilat lelehan air mata Miranda.

Miranda berusaha mengabaikan semua hinaan yang Doni layangkan padanya yang terpenting adalah keselamatan anaknya. Jika dia tahu Doni akan setega ini dia tidak akan pernah mendatangi pria ini lagi dia akan membiarkan Doni hidup dengan jalang-jalangnya dan dia hanya akan hidup bersama anaknya.

Miranda terlalu percaya diri dan lengah ketika menghampiri tepatnya menggerebek Doni yang masuk ke dalam kamar hotel ini bersama seorang perempuan dari tempat pelacuran. Miranda tidak terima jika Doni masih terus berkubang dalam dosanya sedangkan dia harus menjaga anak mereka namun ternyata Doni memang ingin melenyapkan anak mereka.

Dia sempat berfikir Doni akan berubah meskipun tanpa cinta mereka bisa hidup bersama lalu membesarkan anak mereka bersama tapi sayangnya otak Doni terlalu licik untuk mewujudkan semua harapan Miranda.

Dan semuanya terjadi begitu cepat ketika Doni melemparkan tubuh Miranda ke sudut ruangan tanpa sengaja perut Miranda justru membentuk sudut meja hingga wanita itu terjatuh dan terlentang di lantai.

"Aw!" Miranda meringis ketika rasa sakit mencengkram perutnya. Tidak! Diambang kesadarannya Miranda berusaha melihat ke bagian bawah tubuhnya dan matanya sontak terbelalak ketika melihat darah yang mulai keluar dari sela pahanya.

Doni sontak tertawa bahkan sampai bertepuk tangan ketika melihat tubuh lemah Miranda dan juga genangan darah di bagian bawah tubuh wanita itu. Akhirnya anak yang akan mengikatnya mati juga. Bathinnya senang.

"Tugasku sudah selesai dan semoga kamu juga segera menyusul janin sialanmu itu! Tunggu aku di neraka ya Mir!" Kata Doni dengan seringaian mengejek nya lalu dengan santai dia berbalik dan meninggalkan Miranda yang berusaha meminta pertolongan darinya.

**

Semua orang yang berada di parkiran hotel menatap ngeri kondisi mobil sport keluaran terbaru itu, bagian depan mobil itu benar-benar memprihatinkan apalagi ketika sosok Ali keluar dari balik kemudi lalu berjalan menuju loby hotel.

Wajah keras Ali menguarkan aura intimidasi hingga membuat suasana di sekelilingnya terlihat begitu menakutkan. Ali memacu langkahnya menuju lift yang akan membawa dirinya pada Miranda.

Rahang Ali sontak mengeras ketika mengingat sosok Doni, pria sialan yang sudah menghamili Adiknya dan menolak bertanggung jawab. Tapi kalaupun Doni ingin bertanggung jawab maka Ali orang pertama yang akan menolak pria itu.

Ali tidak akan membiarkan Adiknya menggadaikan hidupnya hanya untuk seorang bajingan seperti Doni. Sudah cukup dia yang menjadi korban pria jahat itu jangan lagi Miranda.

Ali berdiri kaku didepan pintu lift menunggu pintu lift terbuka dengan raut wajah datar tanpa ekspresi tapi siapa yang tahu dadanya sedang menahan rasa takut dan juga khawatir akan hal buruk yang mungkin menimpa Adiknya.

Miranda Adiknya ya hanya Adiknya.

Ali memejamkan matanya ketika mengingat bagaimana Miranda mengungkapkan cintanya dulu tapi dengan tegas Ali menolaknya bukan karena Miranda jelek atau apa tapi karena hatinya sudah terlebih dahulu dihuni oleh sosok Prilly, wanita impiannya sejak kecil yang sampai sekarang masih menguasai hatinya.

Ali mendesah pelan tepat ketika pintu lift terbuka dengan sedikit tergesa Ali melangkahkan kakinya memasuki lift tersebut.

Di dalam lift Ali kembali termenung, bayangan gadis kecil cinta pertamanya kembali menghiasi pelupuk matanya tanpa sadar sudut bibir Ali tertarik keatas membentuk sebuah senyuman hangat yang tidak pernah dia perlihatkan pada siapapun.

Hanya Prilly, sejak dulu hanya Prilly yang dia biarkan melihat semua sisi yang ada pada dirinya.

Tangan Ali terangkat menyentuh dadanya yang mulai berdebar kali ini debarannya terasa menyenangkan sekaligus menyakitkan karena Ali tahu sampai kapanpun dia tidak bisa memiliki Prilly.

Dia tidak mungkin menyeret gadis pujaannya ke dalam peliknya masalah yang dia alami karena sejak awal hidup Ali memang sudah dipenuhi oleh masalah-masalah yang pelik.

Miris sekali..

*****

Lingkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang