Bab 19

3.5K 372 52
                                    


"Tante udah hubungin Kak Ali belum?" Miranda sudah terlihat cantik dengan balutan gaun yang membalut tubuh indahnya.

Miranda memang anak asuh Dewi tapi dia tetap memanggil Dewi dengan sebutan Tante sama seperti Ali dan Dewi tidak keberatan akan hal itu.

Dewi yang sedang membaca majalah fashion miliknya mendongak menatap Miranda. "Nggak bisa di hubungi nomor Kak Ali." Katanya sebelum kembali melanjutkan kegiatannya.

Miranda berdecak pelan, dia sudah menyiapkan makan malam khusus untuk Ali tapi pria itu entah menghilang kemana.

"Tante gimana dong?" rengeknya yang membuat Dewi kembali mendongak menatap putri angkatnya.

"Sabar dong Mir bentaran lagi juga pulang Kak Ali-nya."

"Tapi Tante itu masakan aku udah keburu dingin semua kalau Kak Ali pulang terlambat." Miranda masih belum puas merengek. "Telponin Kak Ali lagi dong Tante." Kali ini Miranda merengek sambil menggoyangkan lengan Dewi.

Dewi menghela nafasnya. "Dengar Sayang, Tante tahu kamu sedang mengupayakan hati Ali tapi bukan berarti kamu bisa mengekang Ali. Ali itu pria bebas dia tidak suka di kekang dan sekarang jika ponselnya mati itu tandanya dia sedang tidak ingin dihubungi atau diganggu oleh siapapun termasuk kamu dan Tante." Dewi berusaha memberikan penjelasan pada Miranda yang langsung berubah kecut ekspresi wajahnya.

"Jadi aku harus menunggu lagi begitu?" Tanyanya terlihat sekali putus asa.

Dewi menghela nafasnya entah kenapa melihat sikap Miranda yang seperti ini hatinya tiba-tiba meragu. Dia mulai merasa jika keputusannya ingin menjodohkan Ali dengan Miranda adalah keputusan yang salah.

Akankah keponakan tersayangnya itu bahagia jika hidup bersama Miranda? Benarkah keputusannya ini? Bagaimana jika alih-alih membuat Ali bahagia dia justru menjerumuskan keponakannya ke lubang penderitaan yang lain.

Ya ampun kenapa sekarang justru semuanya terlihat begitu membingungkan?

**

Suasana di dalam kamar terlihat begitu mencekam kondisi Adnan begitu memprihatinkan dengan luka parah di wajah dan juga lebam hampir di seluruh tubuhnya.

Ali baru akan memberikan pukulannya lagi tepat ketika telinganya mendengar suara desahan pelan dari arah ranjang. Dan hati Ali seketika mencelos saat melihat kondisi gadis pujaannya yang sedang berusaha menyentuh dirinya sendiri.

Sialan! Bajingan sialan ini!

Ali kembali menoleh menatap Adnan yang sedang tersenyum tepatnya menyeringai kearah Ali. "Dia begitu panas." Ejek Adnan yang kembali membuat amarah Ali membumbung tinggi.

"Bajingan sialan! Mati kau!" Ali kembali melayangkan pukulannya pada Adnan yang langsung terkapar setelahnya.

Bugh!

Bugh!

Kraak!!

"ARGHH!!!" Lolongan kesakitan Adnan terdengar memenuhi penjuru kamar setelah Ali mematahkan tangan kanannya.

"Tangan ini yang kau gunakan untuk menyakiti wanitaku. Ucapkan selamat tinggal pada hidupmu Sialan!" Ali berkata dengan begitu dingin dan berniat mematahkan sebelah tangan Adnan lagi namun lagi-lagi suara desahan Prilly menyentakkan tubuhnya.

Ali segera melepaskan Adnan ketika melihat Prilly mulai menelanjangi bagian bawah tubuhnya.

Sialan!

Ali langsung beranjak menuju ranjang bertepatan dengan beberapa orang termasuk Manager penginapan memasuki kamar. Ali menoleh. "Berhenti di sana! Dan bawa pria sialan ini keluar!" Perintah Ali yang langsung di angguki oleh mereka.

Lingkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang