Sudah sejak kemarin Ali meluangkan waktunya untuk menemani Miranda yang sudah diizinkan pulang kerumahnya. Miranda sudah bisa menerima kehilangan yang dia alami meskipun sesekali terlihat dia duduk termenung menatap kolam renang di belakang rumah mereka.Ali sudah meminta maaf pada Adiknya perihal tempo hari dimana dia membentak Miranda. Pikirannya yang kacau perlahan mulai membaik meskipun dadanya tidak pernah berhenti berdebar ketika mengingat nama Prilly.
Satria sudah mengumpulkan semua catatan tentang kehidupan gadis itu selama perpisahan mereka. Dan dari laporan Satria itu dia tahu jika Prilly bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Diam-diam Ali mulai menguntit kehidupan gadis itu. Gadis pujaannya. Jika dia bisa mungkin sudah sejak pertama kali mereka bertemu Ali akan mengikat gadis itu ke dalam kehidupannya namun Ali masih waras ketika tidak menyeret Ali ke dalam peliknya masalah yang dia hadapi.
Ali masih belum bisa hidup tenang ketika bayangan dendamnya selalu menghantui dirinya. Dan jika urusannya selesai dia berharap Prilly masih sendiri dan mau menerima dirinya. Dia berjanji jika masa itu datang setidaknya dia berharap masa itu akan datang maka dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya untuk memiliki Prilly seutuhnya.
Tapi untuk saat ini Ali tidak ingin mengambil risiko dengan menyeret Prilly ke dalam masalahnya. Lagi pula ada satu hal yang belum diketahui oleh Prilly.
Itu tentang dirinya yang hanya seorang anak haram.
Akankah Prilly menerima dirinya? Statusnya?
Ali menghela nafasnya membiarkan guyuran air dari shower membasahi tubuhnya. Sepertinya sebentar lagi dia akan gila. Bayangan Prilly yang terus menari-nari di otaknya mampu membuat Ali lemah, keinginannya untuk merengkuh Prilly semakin hari semakin menguat saja.
Ali mengusap kepalanya menyibak rambutnya yang terus diguyur oleh air. Dia tidak bisa seperti ini terus, dia harus kembali ke tujuan awalnya menghancurkan mereka yang sudah membuatnya menderita, perihal Prilly biarkan saja seperti ini toh dia masih bisa mengetahui kabar gadis itu meskipun harus menjadi penguntit.
Biar saja Ali tidak perduli bahkan jika perlu dia akan menguntit Prilly terus menerus sampai hatinya puas dan yakin jika gadis pujaannya itu baik-baik saja.
Maafkan aku! Maafkan aku..
**
"Bangun Doni! Ayok bangun! Sampai kapan kamu bermalas-malasan seperti ini hah?!" Wika terus menarik selimut yang membungkus tubuh putranya.
"Argh! Mama kenapa sih selalu ganggu kesenangan aku?!" Doni menatap Ibunya dengan mata merahnya. Dia benar-benar mengantuk setelah semalaman suntuk berpesta.
Doni benar-benar tahu cara menghabiskan uangnya. Dia begitu senang berpesta dan semalam benar-benar luar biasa ketika tiga jalang berhasil dia tiduri salah satu dari jalang itu bahkan menginginkan lagi.
Ah, Doni begitu bangga dengan keperkasaannya.
Dan hari ini dia berniat tidur sampai sore lalu bangun dan malam kembali berpesta sampai pagi. Ah, benar-benar menyenangkan.
"Kamu bisa nggak sih nggak bikin Mama takut?!" Wika menarik lengan Doni supaya mata putranya itu benar-benar terbuka dan berfokus padanya.
"Ada apa Ma? Memangnya Mama takut kenapa? Aku nggak ngapa-ngapain selain berpesta Mama." jelas Doni sambil mengacak-acak rambutnya. "Sudahlah Mama keluar saja! Aku mau tidur lagi! Ngantuk." Katanya sebelum merebahkan kembali tubuhnya dan bergelung di dalam selimut.
Wika kontan mencak-mencak namun dia tidak bisa berbuat banyak ketika anaknya benar-benar sudah kembali terlelap.
Ck! Doni kapan dewasanya sih ini anak? Decak Wika gemas.
Wika memilih beranjak meninggalkan kamar putranya menuju ke lantai bawah yang langsung disambut sindiran dari suaminya.
"Bagaimana kabar anak manja kamu heum?"
Wika mengepalkan kedua tangannya. "Dia juga anakmu Mas." Katanya penuh penekanan.
Agung tersenyum meremehkan. "Jangan buat aku tertawa Wika."
"Apa maksudmu" Tanya Wika waspada.
Agung melipat korannya lalu beralih menatap Wika yang terlihat begitu waspada. "Kita sama-sama tahu jika Doni itu anak harammu!"
"CUKUP!!"
"Kenapa heum? Kamu malu? Atau merasa dipermalukan karena ternyata kamu tak lebih baik daripada aku." Agung menatap istrinya dengan tatapan mengejek.
Nafas Wika terlihat naik turun. "Jangan pernah menghina anakku atau ka-- Atau apa? Katakan atau apa hah?!" Agung beranjak dari duduknya lalu berdiri menjulang didepan Wika.
Wika menelan ludahnya apalagi ketika mata tajam Agung berpendar menelisik kearahnya. "Aku sudah cukup sabar Wika! Aku benar-benar menahan diri bahkan ketika kamu membunuh kekasihku aku memilih diam tapi tidak lagi setelah kau ikut melenyapkan putraku." Kepedihan sontak terlihat dimata tua Agung.
"Wanita sialan!"
Plak!!
Wika terkejut bukan main ketika tangan Agung melayang menampar wajahnya. "Jangan pernah sekalipun kau berani menghina Ibu dari anakku!" Agung menuding jari telunjuknya ke depan wajah Wika yang menatapnya penuh amarah.
"Kau berani-beraninya kau menamparku?"
"Kenapa? Kamu pikir aku takut? Dengar Wika disini kaulah yang sebenarnya layak disebut perusak!" Agung kembali mengeluarkan kata-kata kasarnya. "Kau yang menjebakku hingga aku harus meninggalkan kekasihku hanya untuk menikahi Jalang yang ternyata hamil dengan orang lain bukan denganku." Urat leher Agung terlihat mengencang seiring dengan api amarahnya yang membumbung tinggi.
Wika terdiam matanya hanya berani menatap tajam Agung tanpa berani mengeluarkan suaranya. "Dan bodohnya aku kenapa aku mempercayakan putraku pada iblis sepertimu Wika! Kenapa aku menyerahkan permata hatiku pada wanita jahat seperti mu."
Dada Agung terasa mau meledak akibat rasa penyesalan yang terus menggerogoti tubuhnya. Sejak kehilangan putranya Agung sudah hidup layaknya mayat namun karena satu keyakinan hatinya jika putranya masih hidup maka Agung bertahan sampai hari ini.
Dia hanya ingin memeluk putranya satu kali saja. Dan dia selalu berdoa semoga Tuhan memberinya hidup lebih lama untuk bertemu kembali dengan putranya. Sebagai seorang Ayah dia yakin jika apa yang diyakini oleh hatinya tidak salah.
Ali-nya masih hidup. Meskipun dia harus merelakan kepergian sang kekasih tercinta tapi Agung tidak bisa melepaskan putranya juga. Agung selalu dihantui rasa bersalah dan juga penyesalan karena belasan tahun lalu dia pernah menyia-nyiakan putranya.
"Dan jika suatu saat Ali kembali maka kamu dan putramu harus bersiap karena aku bersumpah kali ini kalian tidak akan bebas. Ingat itu!" Ancam Agung sebelum beranjak meninggalkan istrinya yang menatap kepergiannya dengan penuh kebencian.
"Dan kamu juga harus bersiap karena sebelum saat itu tiba kamu akan terlebih dahulu ku kirim ke neraka."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkar Cinta
RomantizmCerita baru setelah My Destiny, jangan lupa dibaca yaaa...