Bab 16

2.7K 314 10
                                    


"Mama yakin? Ini racun loh Ma! Aku takut Ali beneran mati dan kita ditangkap polisi." Doni kecil terus berusaha menyadarkan Ibunya yang ingin meracuni Ali.

Wika tersenyum lebar menatap putranya dengan mata berbinar. "Kita harus melakukan ini Nak supaya posisi kita aman. Mama sudah berhasil menyingkirkan Ibunya pasti menyingkirkan anaknya kali ini lebih mudah."

"APA?!"

Wika dan Doni tersentak kaget ketika melihat Ali berdiri kaku tak jauh dari mereka. "Mama bunuh Ibu aku?" Tanyanya dengan suara bergetar.

Secepat kilat Wika menguasai keterkejutannya. "Iya kenapa? Kamu mau balas dendam euh?" Ejeknya yang membuat wajah Ali semakin merah. Ali marah sekaligus kecewa pada dirinya sendiri, bahkan setelah tahu kematian sang Ibu dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ke..kenapa Mama harus bunuh Ibu aku? Ibu aku nggak salah." Racau Ali dengan wajah sudah bersimbah air mata.

"Karena Ibu kamu udah ngerusak kebahagiaan Mama aku." Kali ini Doni yang membuka suaranya.

Ali menggelengkan kepalanya. "Tidak. Ibu aku tidak merusak kebahagiaan siapapun." Bantah Ali karena itulah adanya. Ali dan Ibunya bahagia hidup berdua sampai akhirnya sang Ayah datang bukannya membawa kebahagiaan justru membawa petaka untuk Ali dan Ibunya.

Wika melemparkan plastik kecil yang berisi racun di tangannya ke sembarang arah lalu berjalan dengan cepat ke arah Ali. "Dengar anak sialan! Ibu kamu dan kamu putra sialannya adalah penghancur kebahagiaanku! Kalian berdua merusak kebahagiaan aku dan putraku! Kau dengar itu!"

Wika dengan kasar mengguncangkan tubuh Ali hingga membuat tangis pria kecil itu terdengar begitu nyaring.

"Kita bawa dia ke hutan biarkan dia mati di makan binatang buas!" Kata Wika yang disetujui oleh Doni.

Dan semua terjadi begitu saja sampai Ali tersesat di hutan setelah ditinggal oleh Wika dan Doni. Ali berjalan ke sembarang arah hingga jatuh ke sungai dan ditemukan oleh warga. Kebetulan kala itu di sana hingga akhirnya dia kembali bertemu dengan keponakannya meskipun dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Dewi membawa keponakannya keluar negeri dan di sana kehidupan baru Ali dimulai sampai akhirnya dia kembali ke tanah kelahirannya untuk membalas mereka-mereka yang ikut andil dalam kematian Ibunya dan juga penderitaan yang harus Ali tanggung.

Semuanya begitu berat untuk Ali hadapi dan sekarang semakin berat kala cintanya pada Prilly semakin mengakar di hatinya.

**

Semua kembali seperti semula kecuali Ali yang tak bisa berhenti memikirkan Prilly meskipun semua itu mampu dia tutupi dari orang-orang sekitarnya terutama Tante Dewinya yang kini semakin gencar mendekatkan dirinya dengan Miranda.

Ali tahu tujuan Tantenya baik yaitu untuk membuatnya bangkit dan melupakan cintanya pada Prilly tapi Ali tidak bisa. Dia sudah mencoba namun hasilnya selalu gagal justru keinginannya untuk memiliki Prilly semakin menguat.

"Pekerjaan kita selesai bukan?"

"Iya Pak."

Ali menganggukkan kepalanya lalu beranjak keluar dari ruangannya setelah Satria mengatakan pekerjaan mereka selesai.

"Anda ingin pulang Pak?"

"Berhenti bersikap formal padaku jika jam kantor sudah selesai Sat!" Ali berkata dengan nada sedikit lebih ramah.

Satria tetap menganggukkan kepalanya dengan gerakan kaku. "Baik Mas." Ali tersenyum kecil ketika mendengar Satria memanggilnya dengan sebutan 'Mas' yang murni permintaan Ali sendiri kala itu.

Ali lebih menyukai keakraban di antara mereka layaknya Kakak dan Adik bukan Bos dan atasan.

"Sekarang pulang lah dan istirahat kita sudah bekerja keras hari ini." Kata Ali sebelum beranjak membuka pintu ruangannya dan meninggalkan Satria yang masih berdiri kaku di tempatnya.

Ali memasuki mobilnya dan memulai kegiatan barunya yaitu membuntuti Prilly. Benar, Ali sedang memacu mobilnya menuju kantor Prilly dan semoga saja gadis itu belum pulang karena hari ini Ali sedikit terlambat.

Satu jam kemudian Pajero sport putih milik Ali memasuki area parkiran karyawan di halaman perusahaan di mana Prilly bekerja. Ali sengaja menggunakan mobil ini ketimbang mobil sport kesayangannya karena dia tidak ingin terlihat mencolok.

Dengan sabar Ali menunggu sepertinya hari ini Prilly akan pulang terlambat semoga saja Ali hanya menebak karena area parkiran kantor ini masih terlihat penuh dengan kendaraan milik karyawan baik mobil atau sepeda motor.

Dan Ali tentu saja senang karena hal itu. Mata Ali hanya terfokus pada pintu keluar kantor, dengan hati berdebar dia menunggu pujaan hatinya keluar setidaknya melihat senyuman Prilly meskipun dari kejauhan itu sudah cukup membuat Ali bahagia. Senyuman Prilly mampu mengobati sedikit rasa rindunya.

Kedua sudut bibir Ali terangkat saat melihat pujaan hatinya keluar dari pintu masuk kantornya namun senyuman itu hanya bertahan sesaat setelah umpatan kasar keluar dari mulutnya.

"Brengsek! Siapa laki-laki itu?" Ali nyaris keluar dari mobilnya berniat menyeret Prilly supaya menjauhi pria yang berdiri tegak di samping gadis itu.

Nafas Ali mulai terengah-engah apalagi ketika melihat tangan pria itu menyentuh sisi kanan leher Prilly entah apa yang pria itu ambil dari sana namun Prilly terlihat tidak nyaman sama sekali.

Ayolah Ali sudah sangat mengenal gadis pujaannya itu. Senyum yang Prilly persembahkan itu tidak lebih dari senyuman basa basi tapi kenapa pria itu masih bebal dan mendekati Prilly seperti itu.

Brengsek!

Ali terus mengumpat tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok Prilly yang masih berbicara dengan pria yang entah siapa Ali tidak tahu tapi menurut laporan Satria yang dia terima Prilly tidak terlihat menjalin hubungan dengan pria manapun selain pria bernama Aldo yang tentu saja mereka dekat karena bersahabat lama.

Dan siapa pria itu?

Teman kantor? Atau atasan Prilly karena terlihat sekali gadis itu seperti enggan menolak ketika pria itu terus mengajaknya berbincang.

"Ck! Tidak bisa dibiarkan." Ali baru saja akan membuka pintu mobilnya saat pria itu menggandeng Prilly menuju mobilnya.

Mata Ali semakin menyipit tajam saat melihat Prilly yang seperti meronta meminta lengannya di lepaskan oleh pria itu. Dan Ali benar-benar tidak bisa diam ketika pria itu mendorong tubuh Prilly untuk memasuki mobilnya.

Ck! Jangan salahkan Ali jika setelah ini kedua tangan pria itu akan patah. Lihat saja!

*****

Lingkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang