Bab 29

3.2K 372 24
                                    


"Ai jangan cepet-cepet dong jalannya! Susah ini kan aku pura-puranya pakai sepatu hak tinggi." protes Prilly kecil dengan wajah manyun yang selalu disukai oleh Ali kecil.

Ali kecil tertawa geli melihat teman kecilnya yang melilitkan selendang kebagian bawah tubuhnya hingga menyusahkan Prilly untuk melangkah.

Mereka sedang bermain rumah-rumahan kesukaan Prilly meskipun sudah bukan anak TK lagi namun Prilly masih sangat menggemari permainan khas anak perempuan itu.

Dan hari ini ada yang spesial yang Prilly lakukan yaitu menikah dengan Ali. Tentu saja pernikahan pura-pura sebelum Prilly memainkan peranannya sebagai istri untuk Ali dalam bermain rumah-rumahan nanti.

"Ribet banget tahu nggak! Kenapa nggak langsung main aja sih eum?" Meskipun tidak menyukai permainan seperti ini tapi demi melihat senyum Prilly sahabatnya Ali tetap ikut bermain.

Ali akan menuruti apapun yang diminta oleh Prilly karena rasa sayangnya pada gadis kecil ini benar-benar sangat besar.

Prilly semakin memanyunkan bibirnya. "Ya kan sebelum tinggal satu rumah harus nikah dulu Ai kayak Ibu sama Bapak aku terus Papa sama Mama kamu juga kan mereka nikah dulu baru tinggal bareng nah kita juga harus begitu Ai kalau mau tinggal bareng ya wajib nikah dulu." cerocos Prilly kecil yang membuat Ali terkesima.

"Memangnya kamu mau nikah sama aku?" Tanya Ali tiba-tiba dengan wajah terlihat begitu gugup dan sedikit salah tingkah.

Prilly yang sedang membetulkan lilitan selendang pada tubuh mungilnya mendongak menatap Ali lalu dengan polosnya dia menganggukkan kepalanya. "Mau dong kan aku sayang kamu Ai." Prilly kecil menjawab dengan polosnya tanpa tahu jika efek dari jawaban yang keluar dari mulutnya mampu membuat hati Ali membuncah.

Tanpa sadar Ali melebarkan senyumannya sedangkan Prilly sudah kembali menunduk untuk membenarkan lilitan selendangnya.

"Kamu tunggu disini sebentar ya."

Prilly buru-buru mendongak dan menatap Ali. "Mau kemana? Ai kita belum nikah loh ini." protesnya begitu melihat Ali ingin pergi.

"Bentar aja, aku janji nggak akan lama." Kata Ali sebelum melesat pergi meninggalkan Prilly yang manyun namun tetap menganggukkan kepalanya.

Tak sampai 20 menit akhirnya Ali kembali dengan membawa hampir 10 kantong plastik berisi kerupuk kemasan yang berisi hadiah kecil.

Prilly jelas dibuat terkejut dengan kedatangan Ali yang begitu susah membawa kantong-kantong plastik itu bahkan dua diantara nya Ali gigit karena kedua tangan dan lengannya sudah penuh dengan kantong plastik lainnya.

"Apa itu Ai?" Prilly segera mengulurkan tangannya supaya Ali memberikan kantong plastik yang dia gigit padanya.

Setelah memberikan kantong plastik itu pada Prilly, Ali tak langsung menjawab pertanyaan Prilly dia memilih menaruh plastik yang dia bawa di sudut rumah tua lalu kembali berjalan mendekati Prilly yang masih menatapnya dengan penuh rasa penasaran.

Ali tersenyum lembut setelah berdiri di depan Prilly yang terlihat begitu penasaran dengan apa yang dia lakukan.

"Ini." Ali membuka telapak tangannya memperlihatkan cincin mainan berwarna sedikit kecoklatan. "Itu apa?"

"Cincin."

"Tau Ai, maksudnya untuk apa?" Prilly nyaris memutarkan matanya karena tahu Ali menggoda dirinya.

"Ini buat kamu. Maaf aku belum bisa kasih yang kayak orang-orang kasih." Ali berkata sambil meraih tangan kanan Prilly lalu dia sematkan cincin mainan yang dia dapatkan dari kerupuk kemasan itu ke jari manis Prilly.

Terlihat kebesaran memang di jari mungil Prilly namun gadis kecil itu tetap tersenyum lebar dan menerima pemberian Ali dengan senang hati.

Ali ikut tersenyum tanpa melepaskan genggaman tangannya pada Prilly dia berkata.

"Apapun yang terjadi di masa depan aku harap kamu selalu percaya padaku karena kamu satu-satunya wanita yang akan aku sematkan cincin di jari manisnya seperti ini." Ali mengangkat tangan Prilly untuk memperlihatkan cincin yang melingkar di jari manis Prilly.

"Berati nanti kita jadi suami istri dong." celetuk Prilly dengan gaya centilnya yang membuat tawa Ali terdengar begitu renyah.

"Iya kita akan menjadi suami istri selalu bersama sampai maut memisahkan kita."

**

Prilly mengusap air matanya yang tanpa sengaja menetes dari sudut matanya. Ali jelas terkejut ketika melihat kekasihnya tiba-tiba menangis.

"Sayang ada apa sebenarnya? Kamu kenapa menangis seperti ini?" Ali segera membawa Prilly ke dalam pelukannya.

Prilly berusaha melepaskan pelukan Ali pada tubuhnya namun ketika Ali mengusap lembut kepalanya detik itu pula Prilly menumpahkan kesedihan dan juga kekesalannya pada Ali dan juga wanita itu.

Miranda jelas dibuat terkejut dengan sikap lembut Ali pada wanita yang dia sebut simpanan. Benarkah wanita itu simpanan Ali? Tapi kenapa Ali bersikap selembut itu bahkan dengannya saja Ali tidak pernah bersikap seperti itu.

Siapa wanita ini sebenarnya?

Prilly terus menumpahkan tangisnya setelah merasa puas perlahan dia dorong tubuh Ali hingga pelukan mereka merenggang.

"Ka..kamu mau nikah?" Tanya Prilly tersendat-sendat karena nafasnya masih belum normal. Prilly masih sesenggukan hingga membuat Ali tak tega melihat kekasihnya sesedih ini.

Dia masih belum tahu apa penyebab Prilly bersedih seperti ini namun ketika Prilly bertanya dia akan menikah maka dengan tegas ia jawab.

"Iya Sayang aku mau nikah sama--"

"Cukup! Aku nggak mau dengar apapun lagi." Prilly kembali menangis kali ini dengan kuat di dorong tubuh Ali hingga pria itu menjauh darinya dan kesempatan itu digunakan Prilly untuk keluar dari kamar Ali.

"Sayang." Panggil Ali dengan suara keras namun terkesan begitu lembut.

Miranda ikut keluar ketika Ali keluar untuk menyusul Prilly dan matanya kembali mendapatkan suguhan pertengkaran antara Ali dengan simpanan itu.

"Kamu nikah? Kamu nikah kan? Yaudah kamu nikah dan lepasin aku!" Prilly meronta-ronta berusaha melepaskan pegangan Ali pada lengannya.

"Hei kamu kenapa sih? Kamu nggak senang kita nikah iya? Kenapa Sayang?" Ali nyaris frustasi sendiri melihat perubahan pada kekasihnya sebenarnya dia salah apa sih sampai Prilly begitu anti padanya seperti ini.

Prilly seketika menghentikan rontaannya lalu menatap Ali dengan wajah yang terlihat begitu bodoh. "Ki..kita?" Ulangnya lagi. Dia tidak salah dengar tadi kan? Katanya Ali akan--

"Iya kita. Memangnya kamu pikir siapa lagi yang akan aku nikahin selain kamu Miranda? Ya nggak mungkinlah kan aku cintanya cuma sama kamu." Ali berkata begitu santai namun terdengar bagai petir di siang bolong untuk Miranda yang nyaris tumbang setelah mendengar perkataan Ali barusan.

Nggak!

Nggak mungkin Ali menikahi perempuan lain selain dirinya!

Miranda terus menggelengkan kepalanya dia menolak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

Ini mimpi! Benar ini hanya mimpi.

*****

Nanya promo silahkan chat ke wa 081321817808

Lingkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang