Bab 13

2.6K 298 7
                                    


Prilly baru saja tiba di rumah sakit setelah sore tadi dia kembali ke rumahnya untuk mengambil keperluan dirinya dan juga sang Ayah.

Prilly juga sempat membersihkan rumahnya terlebih dahulu. Rumahnya terlihat kotor sepertinya Jingga tidak kembali ke rumah mereka sejak kemarin, entah dimana Kakak tiri Prilly itu tidur.

Prilly membawa tas yang berisi perlengkapan mandi dan juga baju miliknya dan sang Ayah menuju kamar dimana Ayahnya masih berbaring.

"Kamu kembali Nak?" Soni yang sedang menonton tersenyum lembut pada putrinya.

Prilly membalas senyum sang Ayah dengan sama lembutnya. "Iya Pak. Ini Prilly bawa baju dan juga kebutuhan kita yang lainnya." Katanya sambil meletakkan tas yang dia jinjing sejak tadi.

"Aldo sudah pulang Pak?" Tanya Prilly ketika tidak mendapati Aldo di kamar Bapaknya.

Soni tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Nggak Nak, Aldo ke kantin." jawab Soni yang di angguki oleh Prilly.

"Ya udah Prilly susul Aldo dulu ya Pak." Soni menganggukkan kepalanya dan membiarkan putrinya keluar menyusul sahabatnya.

Prilly belum makan malam jadi kebetulan sekali jika Aldo di kantin. Dengan langkah lebar Prilly berjalan menuju lift hingga beberapa orang perawat di ujung lorong menyusul dirinya dan berhenti di sisinya merek sama-sama menunggu lift untuk turun ke bawah.

Prilly tersenyum sopan pada dua orang perawat yang terlihat begitu asik bercerita tentang sosok pria yang menurut mereka sangat tampan.

Prilly hanya tersenyum saja mendengar percakapan dua perawat itu. "Bener banget Si, lakinya ganteng gitu pantas aja tuh cewek posesif gila."

Mereka masih menunggu didepan pintu lift yang belum terbuka. "Iya padahal Mas-nya juga nggak ganjen kan? Gue senyumin kemarin eh malah di anggurin tau nggak, kagak dia balas sama sekali senyuman manis dari gue. Kesel!"

Prilly tersenyum kecil, dia juga pasti akan sama keselnya jika diabaikan seperti kata perawat tadi. "Namanya siapa ya tuh laki?"

"Ali."

Deg!

Ali?

Apa itu Ai-nya?

Prilly mulai memikirkan Ai-nya namun semuanya buyar ketika wajah dingin pria bernama Galiandra yang sombong itu tiba-tiba terlintas di otaknya.

"Bener namanya Ali, sikap dingin dan datarnya itu benar-benar buat gue klepek-klepek tahu nggak?"

Dan tawa genit dua orang perawat itu semakin membuat mood Prilly hancur.

"Iya cuma nggak enaknya pas tau dia punya istri mana habis keguguran lagi."

Degh!

Istri? Keguguran?

Dan kenapa Prilly tiba-tiba tidak bisa menerima kenyataan jika Ali yang sombong itu sudah memiliki istri. Bagaimana jika Ali itu memang benar-benar Ai-nya?

Bagaimana? Apa yang harus Prilly lakukan?

**

Ali memasuki ruangannya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang yang memang disediakan di dalam ruangannya. Ali menjadikan ruangannya di Bar ini seperti kamar miliknya di apartemen.

Ali selalu mengutamakan kenyamanan di manapun berada.

"Tolong jangan sekarang Tante! Kepalaku nyaris pecah karena masalah yang datang bertubi-tubi." Ali langsung berkata demikian ketika pintu ruangannya di buka oleh Dewi, sang Tante.

"Tante hanya ingin menemani kamu apa itu salah?" Dewi tetap melangkahkan kakinya memasuki ruangan Ali.

Ali menghela nafasnya. "Kali ini apa lagi Tante? Siapa lagi?"

Dewi terlihat menghela nafasnya sebelum mendudukkan dirinya di sisi ranjang dimana Ali masih berbaring.

"Tante tahu kamu nggak suka Tante jodoh-jodohin tapi semua itu Tante lakukan untuk kamu Nak." Dewi membelai lembut kepala Ali.

Ali beranjak dari posisinya lalu menatap Tantenya dengan pandangan tajamnya. "Apapun ceritanya tetap saja aku nggak suka Tante. Tante tahu kal-- Kamu masih mencintainya?" Dewi langsung bertanya yang mampu membungkam mulut Ali seketika.

Ali mengalihkan pandangannya enggan menatap Tantenya yang sudah tahu bagaimana terpuruknya dirinya ketika membuka mata dan berada di sebuah tempat asing. Ali tidak menangisi luka-luka ditubuhnya tapi hal yang membuatnya menangis kala itu adalah ketika tahu dirinya tidak akan mungkin bertemu dengan Prilly lagi.

Hingga akhirnya Dewi berinisiatif mengadopsi Miranda selain untuk teman Ali, Dewi juga pernah berharap Ali akan melupakan Prilly dan berbalik jatuh cinta pada Miranda namun harapannya berbanding terbalik dengan kenyataan.

Bukannya membuat Ali jatuh cinta Miranda justru hamil dengan pria lain yang notabene adalah Kakak tiri Ali.

Dewi tahu Miranda berhasil jatuh cinta pada Ali tapi Ali? Keponakan tersayangnya itu masih belum lepas dari gadis pujaannya di masa lalu.

"Aku tidak akan menerima siapapun yang akan Tante jodohkan denganku!" Suara datar Ali menyentakkan Dewi lamunannya. Dewi menatap sendu punggung keponakannya yang sudah beranjak menuju lemari pendingin di sudut ruangan.

Dewi membiarkan Ali meneguk Bir kalengan yang dia keluarkan dari lemari pendinginnya. Ali bukan pemabuk tapi jika sedang kacau maka minuman menjadi salah satu pelarian pria itu.

"Lalu sampai kapan?" Akhirnya Dewi membuka suara. Ali tahu kemana arah pertanyaan Tantenya itu. Menghela nafasnya Ali membiarkan pertanyaan Tantenya mengambang di udara.

Jika dulu mungkin dengan tegas Ali akan mengatakan sampai matipun dia akan membiarkan perasaannya pada Prilly tanpa perduli gadis itu masih hidup atau bagaimana tapi sejak semalam Ali tidak bisa lagi berkata seperti itu karena..

Ali menelan ludahnya dengan kasar. Perasaan menggebu di dadanya semakin merongrong dirinya. Perasaan menggebu untuk memiliki gadis bermata madu yang membuat dunianya kacau sejak semalam.

"Argh!!" Ali berteriak kencang sambil melemparkan kaleng bir ditangannya hingga membuat Dewi terperanjat kaget.

"Ali."

"Kenapa Tante? Kenapa harus aku yang menderita seperti ini hah? Kenapa?!" Ali benar-benar terlihat kacau hari ini bahkan menurut laporan Satria keponakannya sudah dalam mood buruk sejak tadi pagi.

"Sayang.." Dewi beranjak mendekati Ali memeluk erat bahu keponakan yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri.

Ali menatap sendu pada Tantenya. "Aku sangat mencintainya Tante. Sangat.." bisiknya begitu lirih namun Dewi bisa mendengarnya dengan jelas.

"Tante tahu Nak. Tante tahu." Dewi tidak tahu harus bersikap seperti apa sejak tumbuh dibawah pengawasannya Ali tidak pernah terlihat terpuruk ini bahkan setelah hari di mana dia membuka matanya Ali tidak pernah lagi menangis tapi malam ini kenapa Ali bisa terpuruk seperti ini?

Ada apa dengan Ali?

*****

Lingkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang