Bab 33

3.1K 332 7
                                    


Seharian Ali dan Prilly menghabiskan waktu bersama dan ketika malam menjelang Ali baru bersedia mengantar kekasihnya kembali ke rumahnya. Ponsel Prilly kehabisan daya hingga membuatnya harus menghubungi sang Ayah menggunakan ponsel milik Ali.

Sebenarnya Prilly enggan menghidupkan ponselnya bukan apa-apa tidak mau kenyamanannya di ganggu ketika bersama Ali.

Dan sekarang Prilly sedang dalam perjalanan menuju rumah Prilly yang masih dia ingat bentuk rumah itu namun ingatannya tentang jalan menuju ke sana sedikit samar.

"Jadi kamu beneran nggak mau ketemu Papa kamu Ai?" Tanya Prilly saat mereka berhenti di lampu merah.

Ali menoleh lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak penting." jawabnya datar.

Prilly tahu Ali pasti masih menyimpan kekecewaan yang begitu besar pada Ayahnya karena mengabaikan dirinya dulu namun entah kenapa Prilly tidak suka dengan Ali yang seperti ini maksudnya kenapa Ali tidak mencoba memaafkan masa lalunya kemudian memulai hidup baru toh kehidupan Ali sekarang sudah sangat sukses.

Oke, Prilly memang tidak merasakan apa yang Ali rasakan tapi tetap saja dia ingin Ali menikmati hidupnya tanpa bayang-bayang kesakitan di masa lalu.

"Mengenai isteri Papa kamu?"

"Aku akan membalasnya." jawab Ali masih dengan suara datar. Ali tidak akan menyembunyikan perihal balas dendam itu hanya saja dia tidak mengatakan akan membalas wanita itu dengan cara apa.

Prilly menghela nafasnya, dia tidak akan memberikan pendapat apa-apa yang merasakan sakit Ali selain kehilangan Ibunya Ali juga harus merasakan penyiksaan sejak kecil karena ulah istri Papanya itu.

Dan ketika mengingat bagaimana wajah sendu Ali ketika mengatakan dirinya anak haram kembali hati Prilly berdenyut nyeri. Demi Tuhan siapapun Ali bagaimanapun cara dia lahir ke dunia ini yang pasti Prilly tetap akan mencintai pria itu dengan sepenuh hatinya. Sedikitpun rasa tidak akan berkurang untuk pria ini.

Dan untuk saat ini sepertinya Prilly harus menahan diri untuk kembali membicarakan perihal keluarga Ali karena terlihat sekali jika pria itu enggan membahasnya lebih jauh.

"Oh ya besok aku langsung kerja atau nunggu senin aja nanti?" Prilly berusaha mengalihkan pembicaraan dengan membahas pekerjaan mereka.

Ali menoleh menatap kekasihnya yang masih saja terlihat cantik padahal Prilly hanya memakai lipgloss saja namun kecantikan wanitanya ini masih saja mampu membuatnya tak berkedip.

"Kamu kerja besok dong Bie." Ali sudah melupakan ketidaknyamanan nya tadi.

Prilly tersenyum lebar ketika melihat kekasihnya sudah kembali seperti biasanya. "Oke tapi aku belum tahu alamat kantor kamu dimana Ai."

"Aku jemput besok pagi." Kata Ali sebelum melajukan kembali mobilnya saat lampu lalu lintas berubah hijau.

"Oke." jawab Prilly. "Oh ya Ai, aku kayaknya mau rahasiain dulu hubungan kita sama Bapak." Kata Prilly takut-takut, dia tidak mau menyinggung perasaan Ali.

Ali segera menoleh. "Loh kenapa gitu?" Ali jelas tidak setuju dengan usulan Prilly kali ini.

"Egh! Aku nggak mau sampai Ibu sama Kak Jingga ikut campur." Prilly ingin mengatakan menghancurkan hubungan mereka namun dia memilih bahasa halusnya.

"Ikut campur gimana Bie?" Tanya Ali tidak mengerti.

Prilly menghela nafasnya, dia akhirnya menceritakan kepelikan hidupnya selama ini terutama ekonomi karena Ibu dan Kakak tirinya yang sangat hobi menghamburkan uang itu. Dia tidak mau jika Ibu dan Jingga memanfaatkan kesempatan ini untuk memoroti Ali.

"Aku nggak masalah lagian uang aku banyak kok jadi kamu nggak perlu khawatir." Jawab Ali begitu santai seolah apa yang dikhawatirkan Prilly adalah masalah kecil.

Berdecak pelan akhirnya Prilly memilih pasrah ketika Ali ikut turun saat mereka sudah sampai di depan rumah Prilly. Menurut Ali belum terlalu malam untuk bertamu dan dengan penuh percaya diri Ali mengikuti langkah Prilly memasuki rumahnya.

**

Di lain tempatnya tepatnya di sebuah kamar hotel terlihat sepasang manusia yang sedang memacu gairah yang begitu panas dan terasa begitu memabukkan.

"Aahhh.." Desahan perempuan yang berada dibawah tindihan pria yang terus memacu gairah mereka terdengar begitu keras.

Sang pria semakin menggila menghentakkan pusat gairah mereka yang saling bertemu. Ritme permainan semakin panas ketika sang pria semakin kuat 'menumbuk' wanitanya.

"Ka..kau paling nikmat Juwita sayangku." Pria itu berdecak kagum memuji kenikmatan yang dia dapatkan bersama wanita panggilan bernama Juwita tersebut.

"Aahh..kau juga tak kalah memabukkan Sayangku.. Oh.." Dengan gaya yang sedikit berlebihan Juwita terus mengerang di bawah tindihan Doni.

Benar, Juwita sedang menjalankan misinya untuk mendapatkan pria bernama Satria bahkan ketika bercinta dengan Doni yang dia bayangkan adalah Satria.

"Aahhh Sayang.."

Doni semakin menggila ketika suara desahan dan lenguhan Juwita terdengar begitu merdu dan nikmat di telinganya.

Juwita sengaja merangsang Doni meremas payudaranya sendiri dengan tatapan dia buat sesensual mungkin. Dia ingin ini cepat berakhir dan dia bisa segera bertemu dan menghabiskan malam panas bersama Satria.

'Oh Satria Sayangku..'

Doni semakin menggila tubuh Juwita seketika terlonjak-lonjak seiring dengan Doni yang menambah ritme permainan mereka. Juwita mengigit kuat bibirnya saat bagian selangkangannya mulai perih karena tumbukan dari Doni yang semakin kasar.

"Argh.."

Doni mengerang puas setelah menumpahkan benihnya di atas perut Juwita yang nyaris pingsan. Nafasnya terengah-engah membuat Doni gemas hingga kembali melahap payudaranya yang menantang.

Meringis pelan namun Juwita tetap berusaha mendesah seolah-olah dia memang menikmati permainan Doni padahal jauh di dalam lubuk hatinya jika bukan karena Satria dia tidak akan sudi kembali membiarkan pria ini menggagahinya.

Ah, tapi tidak apa-apa karena pria ini dia berhasil memiliki mobil sport keluaran terbaru yang dia idamkan selama ini. Bahkan Juwita masih mengingat dengan jelas bagaimana tatapan iri yang dilayangkan teman-teman seprofesinya ketika melihat dirinya menunggangi mobil yang harganya mencapai 5 Miliar itu.

"Aku mandi dulu." Doni beranjak dari tubuh Juwita setelah mampu menguasai dirinya dari sisa-sisa kenikmatan yang mereka dapatkan beberapa saat lalu itu.

Begitu pintu kamar mandi berdetum Juwita langsung beranjak mengambil ponselnya lalu segera mengecek video persetubuhan dirinya dengan Doni tadi. Syukurlah ketika hasil rekaman itu cukup bagus dan terlihat wajah Doni yang terpuaskan di sana.

Melirik ke arah kamar mandi Juwita buru-buru mengirimkan video itu untuk Satria sebelum menghapus jejaknya di dalam ponsel miliknya, bisa gawat jika Doni sampai tahu.

Setelah membereskan semuanya Juwita tersenyum lebar ketika video itu sudah dilihat oleh Satria dan malam besok dia harus menyiapkan diri untuk menghabiskan malam bersama pria dingin itu.

Ah, sungguh mendebarkan.

*****

Lingkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang