"Aku mau mandi.""Kok mandi?"
"Ya habis itu memang harus mandi kan?" Wajah Prilly sontak memerah setelah mengatakannya. Dia hanya berusaha mengalihkan pembicaraan mengenai pernikahan saja. Rasanya saat ini bukan waktu yang tepat.
Ali menghela nafasnya. "Kenapa?" Tangannya yang besar kini meraih sebelah tangan Prilly yang terlihat begitu mungil dalam genggamannya.
Jujur Prilly benar-benar salah tingkah dan bingung harus bersikap seperti apa sekarang. Mereka baru bertemu kembali dan pertemuan mereka bisa dikatakan dalam kondisi tidak baik.
Mereka bertemu dan langsung berbagi kehangatan di atas ranjang. Bohong jika Prilly tidak terpukul hanya saja dia ingin melihat sisi lain saja. Dia hanya ingin mengingat Ali itu saja. Tidak apa-apa Ali yang menandai dirinya itu jauh lebih baik dari pada Adnan.
Hanya saja menikah? Ali mengajaknya menikah setelah mereka berbagi ranjang? Benarkah tindakan itu?
"Kamu ragu sama aku?" Tanya Ali yang membuat Prilly mendongak menatap wajah tampan pria yang selama ini mengisi hatinya.
"Wajar kalau kamu ragu tapi tolong jangan berfikir Mas mengajak kamu menikah karena ini." Ali menunjuk ranjang yang begitu berantakan akibat ulah mereka sejak sore tadi.
"Aku akui aku salah karena memanfaatkan kondisi kamu." Prilly menggeleng pelan justru Ali datang disaat yang tepat jika tidak ada Ali dia tidak tahu apa yang akan terjadi. Oh ayolah! Jangan memaksa Prilly membuat drama baru dia sudah lelah.
Bertemu dengan Ai kembali adalah anugerah bagaimanapun keadaannya.
Ali mengeratkan genggamannya pada tangan Prilly, dia tahu sekarang bukan saat yang tepat tapi Ali tidak ingin menunggu lagi sudah cukup 13 tahun dia menderita karena kehilangan gadis tidak maksudnya wanita ini dan Ali menolak untuk kembali kehilangan Prilly kali ini tidak hanya gila mungkin dia akan mati jika Prilly kembali pergi dari hidupnya.
"Aku Cinta kamu, dulu sekarang bahkan sampai aku mati." Ucap Ali dengan penuh kesungguhan. "Dan tolong jangan ragukan itu. Aku yakin kamu bisa merasakannya bukan?" Prilly mengangguk pelan sejak menyentuhnya dia tahu cinta Ali masih sama besarnya dengan cintanya pada pria itu.
Ali begitu memuja dan dirinya begitu menikmati meskipun masih dibawah pengaruh obat tapi Prilly tahu Ali begitu menjaganya.
"Dan setelah apa yang kita lakukan apa kamu masih berfikir kalau aku akan mampu kehilangan kamu lagi?" Ali bertanya dengan memandang lurus bola mata Prilly.
Netra madu yang selalu membuat Ali hanyut di dalamnya.
Prilly menelisik telaga hitam milik Ali, netra hitam itu begitu memukau dan mampu membuat dirinya jatuh sedalam-dalamnya di sana. Ali masih seindah dulu.
Ali tersenyum manis, sejak menggenggam tangan Prilly dia merasa dirinya sudah seperti menggenggam masa depan. Di sana pasti sangat indah jika dia lalui bersama Prilly. Masa depannya akan seindah pelangi jika ada Prilly bersamanya.
Dan Ali mulai berfikir untuk mengkaji ulang balas dendam yang selama ini dia fikirkan karena apa? Karena menggenggam tangan Prilly dan melangkah bersama menuju masa depan jauh lebih menyenangkan daripada hidup dalam kubangan dendam.
Benar bukan berdamai jauh lebih baik dari pada memupuk dendam?
Ali tidak salah kan jika berfikir demikian?
Tolong katakan jika apa yang dipikirkan oleh Ali adalah suatu kebenaran dan Ali akan dengan senang hati melaksanakannya tentu saja dengan Prilly selalu di sisinya.
**
Prilly baru saja memasuki kamar mandi setelah tertatih bangkit dari ranjang, dia merasakan perih yang menyengat di area intimnya.
Dengan malu-malu Prilly menerima uluran tangan Ali yang sudah terlebih dahulu membersihkan dirinya. Ali memberi waktu untuk Prilly berfikir tentang jawaban atas lamarannya.
Ali nyaris menggendong dirinya namun Prilly dengan keras menolak bukan apa-apa dia malu apalagi dia sedikit mencium bau asam pada tubuhnya.
Begitu tiba di dalam kamar mandi Prilly melepaskan selimut yang membalut tubuhnya lalu menghidupkan shower dan ketika air dari shower tersebut menghujani tubuhnya di saat itulah satu persatu air mata Prilly menetes.
Prilly menangis sesenggukan di bawah guyuran air supaya Ali tidak mendengar isak tangisnya. Prilly merasa kotor terlebih ketika wajah sang Ayah terbayang hati Prilly terasa remuk redam.
Prilly menangis hebat ketika bayangan wajah penuh kekecewaan sang Ayah terlintas di otaknya. Demi Tuhan Prilly benar-benar tidak menginginkan hal ini terlepas dari rasa syukurnya karena Ali datang tapi jauh di lubuk hatinya dia tetap merasakan kehancuran ketika sesuatu yang seharusnya dia persembahkan untuk suaminya nanti malah harus hilang karena keadaan seperti ini.
Obat perangsang sialan!
Adnan sialan!
Semuanya sialan!
Prilly tidak bisa menghentikan isak tangisnya bahkan beberapa kali Prilly terlihat menjambak rambutnya yang sudah lepek dibawah guyuran air yang sengaja dia kencangkan supaya suara air tersebut benar-benar menyamarkan isak tangisnya.
Prilly hancur..
Dengan kasar Prilly memukuli tembok menggunakan tangan kecilnya ini juga sebagai salah satu luapan kekesalan dan juga kekecewaan yang dia rasakan.
Mengenai Ali, jujur Prilly benar-benar bersyukur ketika akhirnya pria itu kembali dan mengakui dirinya yang benar-benar Ai-nya hanya saja Prilly belum berani membuka suara mengenai wanita yang tempo hari yang perawat katakan sebagai istri Ali dan mengalami keguguran.
Jika wanita itu benar-benar istri Ali lalu kenapa pria itu justru melamar dirinya?
Prilly semakin dibuat pusing dengan kenyataan yang begitu membingungkan, semua yang terjadi diluar rencana mereka hingga baik Prilly maupun Ali sama-sama bingung harus mengambil langkah apa terutama Prilly yang masih meragu untuk menjawab lamaran Ali.
Dia memang cinta bahkan sangat mencintai Ali tapi menikah? Prilly rasa itu terlalu cepat apalagi mereka baru bertemu kembali. Jadi Prilly ingin mengenal Ali kembali sebelum akhirnya nanti mereka memutuskan untuk menikah.
Benar, Prilly harus benar-benar mengenali Ali kembali karena dalam pandangannya ada beberapa hal yang berubah dari Ali selain semakin tampan dan matang tentu saja.
Prilly akan mencari tahunya baik melalui Ali atau dengan cara lain.
Tok!
Tok!
"Sayang kamu sudah selesai mandinya belum?"
Prilly terlonjak kaget ketika Ali berteriak di balik pintu kamar mandi. "Sudah Ai. Ini hampir selesai." Sahut Prilly berusaha setenang mungkin. Dia tidak ingin Ali tahu jika dirinya baru saja menangis. Dia tidak ingin Ali kembali menyalahkan dirinya.
Karena di sini yang patut di salahkan adalah Adnan bukan Ali.
"Ya sudah cepat gih! Aku udah pesan makanan ini."
"Iya Ai. Ini udah mau selesai." Prilly kembali berteriak dan bergerak meraih handuk yang tersedia di sana.
Ah, biarkan dia menikmati waktu bersama Ali dulu. Tolong jangan ganggu mereka.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkar Cinta
RomanceCerita baru setelah My Destiny, jangan lupa dibaca yaaa...