Bab 8

2.6K 320 5
                                    


"Aahhh..."

Doni mencabut miliknya lalu menumpahkan kegairahannya di atas perut seorang Jalang yang dia sewa untuk menemani malamnya.

Malam ini Doni benar-benar merasa lega dan sangat bahagia ketika mengingat kembali bagaimana Miranda -sialan- terbaring tak berdaya dengan rembesan darah yang mengalir di sela kakinya.

Ah, benar-benar melegakan ketika mengingat dirinya sudah tidak terikat apapun lagi dengan wanita murahan itu.

"Kamu puas Sayang?"

Senyum Doni mengembang lebar sebelum menghempaskan tubuhnya ke sisi perempuan yang sedang meraih selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.

"Kamu selalu memuaskan ku Sayang." Jawab Doni dengan seringaian mesumnya.

"Eum, berarti aku boleh minta bonus dong." Wanita penggoda itu mulai melancarkan aksinya menyentuh bagian atas tubuh Doni. Pria itu terlentang dengan keadaan telanjang tanpa malu sama sekali Doni malah membawa jemari lentik itu menuju bukit gairahnya yang kembali menjulang.

"Kamu mau bonus apa eum?" Suara Doni mulai berubah serak sebelum desahan pelan keluar dari mulutnya saat jemari sang wanita mulai mengurut miliknya.

Wanita penggoda yang bernama Juwita itu tersenyum nakal. "Mobil baru." Lalu dia sebutkan salah satu jenis mobil keluaran terbaru yang harganya yang hampir mencapai milyaran.

Dengan mata terpejam karena rasa nikmat Doni langsung menganggukkan kepalanya. "Apapun untuk kamu Sayang." Katanya sebelum kembali menaiki tubuh wanita bayarannya.

Dengan senang hati wanita itu melebarkan kakinya dan bersiap menerima Doni di dalam tubuhnya. Ah tidak apa-apa dia kerja keras malam ini karena besok pagi dia akan segera mendapatkan mobil incarannya dan juga teman-temannya itu.

"Ahh Sayang..."

**

Prilly memeluk kedua lengannya ketika dinginnya angin malam menerpa tubuhnya. Suasana rumah sakit terlihat lengang dan sedikit mencekam.

Prilly mempercepat langkahnya menuju kantin yang berada di ujung lorong. Ketika hampir mencapai kantin Prilly baru merasa lega karena di sana lumayan ramai.

"Mbak mau teh hangat satu." Prilly memesan teh hangat kemudian menyebutkan pesanan lainnya dan pilihannya jatuh mie goreng.

Prilly memilih duduk di kursi sudut kantin sambil menunggu pesanannya datang Prilly terlihat berselancar ke dunia maya hari ini dia belum membuka sosial medianya.

Prilly memang memiliki hobi berselancar di dunia maya selain membaca berita dia juga gemar melihat-lihat model baju atau gaun.

Tanpa Prilly sadari sosok pria yang selama ini masih dia percayai berada di tempat yang sama dengannya berjalan menuju kasir.

"Tolong kopi pahitnya dua."

Tiba-tiba perasaan Prilly bergetar, tidak dia kembali merasakan debaran yang kemarin sempat membuat jantungnya seperti melemah. Bahkan ponsel ditangannya tiba-tiba terjatuh ke atas meja.

"Ali.." desisnya sambil memegang dadanya.

Ya Tuhan ada apa ini?

"Ali lo udah mati!"

"Nggak! Tolong jangan katakan itu Kak Jingga! Ali masih hidup!"

"Nggak! Ali lo udah mati! Ali lo udah mati!"

Prilly memejamkan matanya merasakan getaran menyakitkan di rongga dadanya. Dia yakin Ali-nya masih hidup, Ali sudah berjanji tidak akan meninggalkan dirinya sendiri.

Lingkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang