Akhirnya Prilly bisa bernafas lega ketika Dokter mengatakan kondisi Ayahnya sudah baik-baik saja setelah luka menganga di lengannya mendapat beberapa jahitan dan sudah diperban, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.Prilly tidak henti-hentinya mengucapkan syukur atas kabar baik ini. Sekarang Ayahnya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap menurut Dokter untuk dua atau tiga hari ke depan sebaiknya Ayah Prilly di rawat supaya tim medis lebih mudah memantau keadaan Ayah Prilly setidaknya sampai luka itu mengering dan dipastikan tidak mengalami infeksi.
Prilly jelas setuju apapun akan dia lakukan untuk Ayahnya. Prilly mendudukkan dirinya didepan ruangan Ayahnya. Ayahnya masih tertidur mungkin efek obat atau apa yang pasti Prilly benar-benar merasa lega saat ini.
Meskipun dia merasa sedikit kesepian ketika Aldo harus terpaksa pulang karena Ibunya mendadak menelfon dirinya dan mengatakan ada sesuatu yang mendesak hingga mengharuskan Aldo untuk segera pulang.
Prilly sudah mengatakan tidak apa-apa namun Aldo tetap merasa berat meninggalkan sahabatnya sendirian di rumah sakit. Namun karena terus menerima paksaan dari Prilly akhirnya pria itu mengalah dan memilih pulang.
Prilly tidak mau merepotkan Aldo jadi tidak apa-apa jika malam ini dia akan menjaga Ayahnya sendirian karena Jingga sang Kakak menolak menemani dirinya di sini menurut Kakaknya udara di rumah sakit tidak sehat dan penuh kuman jadi dia tidak mau kuman-kuman itu menempel pada tubuhnya.
Jadi dari pada tidur di rumah sakit menemani Ayahnya, Jingga lebih memilih menginap di hotel bersama teman-temannya.
Entahlah, Prilly tidak memiliki hak atau upaya apapun untuk menyadarkan Kakaknya karena dimata sang Ibu semua yang dilakukan Jingga adalah sebuah keharusan termasuk berfoya-foya dengan uang hasil keringatnya.
Mengusap wajahnya Prilly tidak mau menambah pikirannya dengan memikirkan kelakuan Ibu dan Kakak tirinya. Biarkan saja mereka yang terpenting adalah kesehatan Ayahnya.
Prilly menyenderkan ke dinding rumah sakit yang terasa begitu dingin, bagaimana tidak sekarang sudah pukul 1 dini hari. Suasana lorong depan ruangan Ayahnya juga terasa begitu sepi dan mencekam hingga membuat Prilly sedikit merinding.
"Ke kantin aja lah." Katanya sebelum beranjak menuju kantin Prilly terlebih dahulu membuka pintu kamar inap Ayahnya untuk memeriksa beliau sebelum dia tinggal ke kantin.
Setelah memastikan Ayahnya tertidur pulas, Prilly mulai melangkah menuju kantin rumah sakit yang ada di lantai bawah.
Prilly merasa lapar dan juga haus karena sejak Ayahnya ditangani tenggorokannya tidak dapat menelan apapun, ketegangan yang dia rasakan membuat perutnya seperti penuh dan terasa kenyang sekarang lah dia baru merasakan kelaparan.
Enaknya makan apa ya?
Prilly mulai membayangkan berbagai macam makanan yang ingin dia lahap, sepertinya kantin rumah sakit ini lumayan lengkap makanannya.
Prilly melangkah menuju lift yang akan membawanya ke lantai dasar dimana kantin rumah sakit ini berada.
Prilly melangkah memasuki lift bertepatan dengan Ali yang keluar dari ujung lorong menuju lift yang Prilly masuki namun tiba-tiba ponselnya berdering hingga Ali menghentikan langkahnya dan pintu lift yang Prilly masuki tertutup.
Takdir masih belum mengizinkan mereka untuk kembali bertatap muka.
**
"Iya Tante. Mira baik-baik saja." Ali memejamkan matanya ketika sang Tante masih ngotot ingin mengunjungi Miranda. "Tante please ini udah tengah malam lebih baik besok saja Tante ke sini."
"Heum. Baik."
Ali langsung memutuskan sambungan telfonnya setelah Tantenya mewanti-wanti dirinya untuk menjaga Miranda. Jika tidak menjaga Miranda sudah sejak tadi dia ke Bar miliknya.
Ali memiliki bisnis sampingan yaitu Bar yang menjadi salah satu tempat tongkrongan yang paling diminati muda-mudi di kotanya.
Ali hanya berusaha melepaskan kepenatannya jika sudah terlalu lama bekerja dengan berdiam diri di Bar miliknya. Tenang saja bisnis Bar miliknya bersih dari hal-hal negatif di sana hanya menerima mereka-mereka yang sudah dewasa dan bebas dari obat-obatan terlarang.
Ali sangat ketat menerapkan peraturan di sana. Dia tidak ingin bisnis dan kesenangannya hancur hanya karena segelintir orang yang tidak berguna untuknya.
Ali memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana yang dia kenakan lalu kembali berjalan menuju lift. Dia ingin mencari kopi hitam untuk menemani malamnya.
Miranda sudah selesai menjalani operasi dan sekarang sedang tertidur jadi Ali bisa keluar sebentar. Miranda tidak melepaskan Ali sejak tadi dan itu membuat Ali sedikit muak.
Di dalam lift kembali Ali merenung setelah ini apa yang akan dia lakukan setelah ini. Tidak hanya dirinya yang menderita karena keluarga Ayahnya itu tapi Miranda.
Miranda ikut menderita karena kepengecutan Doni, saudara tirinya.
Ali mengusap wajahnya sekali, keinginannya untuk membunuh Doni semakin menguat tapi jika dia lakukan itu mereka tidak akan merasakan kesakitan yang lebih.
Sedangkan Ali ingin mereka yang sudah membuat dirinya dan Ibunya menderita harus merasakan sakit yang sama bahkan Ali sudah menyiapkan sesuatu yang lebih menyakitkan lagi untuk Doni dan Ibunya.
Ali tidak akan pernah memaafkan Doni dan Ibunya. Tidak akan pernah.
Disela sesak dadanya akan amarah tiba-tiba wajah dan senyum teduh Prilly terlintas hingga tanpa sadar membuat tatapan tajam Ali berubah sayu bahkan kedua sudut bibir ikut tertarik membentuk segaris senyuman hangat.
Tanpa sadar Ali memejamkan matanya ketika hatinya merasakan keberadaan Prilly di dekatnya. Ah, biarkan saja dia berhalusinasi seperti ini, ini jauh lebih baik dari pada dirinya terus menerus memikirkan pembalasan untuk Wika dan anaknya.
"Prilly."
Tanpa suara Ali menyebutkan nama gadis pujaannya. Dia selalu merasa tenang jika hati dan otaknya sudah memikirkan gadis itu.
Jika dia bisa ingin rasanya dia mengobrak-abrik kota untuk mencari sosok cinta pertamanya itu namun sayang Ali tidak bisa melakukan semua itu, terlalu banyak permasalahan yang membelit hingga mengharuskan dirinya melepaskan gadis itu.
Meskipun sudah belasan tahun berlalu Ali masih belum bisa melepaskan cintanya, Ali masih terlalu sering dibayang-bayangi oleh gadis pujaannya itu.
"Bangun Li! Bangun! Jangan libatkan Prilly dalam kerumitan hidupmu! Gadis itu terlalu berharga untuk anak haram sepertimu." Ali berkata pada dirinya sendiri dengan gigi terdengar bergemeletuk.
Dia benci fakta jika dirinya hanyalah seorang anak haram yang lahir dari sebuah kesalahan.
Sialan! Itu menyakitkan..
*****
Hari ini ada Promo 75k dpt 4 pdf (kecuali My Destiny) mau?
Lgsg list yaa 081321817808
![](https://img.wattpad.com/cover/227051883-288-k239415.jpg)