Bab 1

9.8K 439 25
                                    


Raungan suara dari knalpot sebuah mobil sport keluaran terbaru terdengar memekakkan telinga membelah padatnya jalanan kota.

Seorang pria tampan berkacamata hitam terlihat dibalik kemudi mobil tersebut. Tidak ada yang lebih menarik selain wajah tampan namun terlihat kaku nan dingin itu.

Garis rahangnya yang tegas seolah menjelaskan bahwa sosok pria itu bukanlah pribadi hangat justru sebaliknya dia memiliki kepribadian tegas cenderung keras bahkan mata tajamnya mampu mengintimidasi lawan hanya dalam satu lirikannya saja.

Mobil sport tersebut terus melaju membelah jalanan hingga akhirnya tiba sebuah apartemen yang memiliki harga jual sampai menyentuh angka milyaran rupiah. Mobil sport memasuki parkiran khusus yang memang disediakan untuknya karena pemilik mobil tersebut adalah orang yang sama dengan pemilik apartemen ini.

Apartemen ini di bangun beberapa waktu silam saat pria yang kini menjadi salah satu pengusaha terkaya di negaranya baru saja menyelesaikan proyek besarnya dan kini kehadirannya di dunia bisnis jelas sangat diperhitungkan.

Seorang yang berdiri di samping lift sontak membungkukkan badannya saat melihat sosok pria dingin itu. Tanpa mengendurkan kekakuan wajahnya pria itu langsung melangkah memasuki lift yang akan membawanya ke lantai dimana tempatnya bernaung selama ini.

Pria bernama Galiandra Atmaja itu berdiri kaku di dalam lift dengan mata menerawang entah apa yang sedang dia fikirkan. Hingga akhirnya dentingan pintu lift terbuka menyentakkan dirinya ke dunia nyata. Dengan langkah tegap dia keluar dari lift dan langsung bergerak menuju tempat tinggalnya.

Dia butuh tidur.

Dan begitu sampai di tempatnya kamar adalah tujuan utama yang dia tuju tanpa melepaskan pakaian yang dia kenakan pria yang kerap disapa Ali itu langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan tertidur lelap setelahnya.

**

"Mbak cukup dong ini udah kebanyakan Mbak belanjanya." Seorang wanita cantik terlihat kepayahan membawa puluhan kantong yang berisi belanjaan Kakaknya.

"Udah deh jangan kebanyakan protes kamu!" Sahut seorang wanita yang berjalan bak seorang model di depan adiknya yang terus menggerutu di belakang.

Gadis itu hanya bisa menghela nafasnya sebelum dengan terpaksa berjalan mengikuti langkah sang Kakak yang kini mulai memasuki sebuah toko tas dengan merek yang mendunia.

"PRILLY!!"

Mereka namanya dipanggil membuat Prilly menoleh. "Aldo?"

"Wah akhirnya gue ketemu lo lagi." Pria bernama Aldo itu berjalan cepat lalu memeluk Prilly hingga membuat kantong-kantong belanjaan milik Kakaknya jatuh berhamburan di lantai mall.

"Gue senang bisa ketemu lo lagi." Ucap Prilly setelah Aldo melepaskan pelukannya. Aldo tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Gue juga." Katanya tanpa menutupi kebahagiaan di wajahnya.

Aldo adalah teman sesama SMAnya dulu tapi mereka harus berpisah karena Aldo memilih menempuh pendidikan di negeri orang sedangkan Prilly harus berpuas hati dengan menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas di kotanya.

Kehidupan mereka secara materi bagai langit dan bumi.

"Lo sama siapa?" Tanya Aldo yang celingak-celinguk mencari sosok pria yang beberapa tahun belakangan ini tidak dia jumpai. "Lo sama Bapak?" Tanyanya kemudian.

Prilly tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Bapak dirumah. Gue sama Kak Jingga." Katanya Prilly dengan memaksakan senyumannya.

"Kakak tiri lo yang culas itu?"

"Hush!"

Jingga memang Kakak tirinya, setelah melahirkan dirinya Ibunda tercinta Prilly harus menghadap sang kuasa bahkan sebelum dirinya merasakan bagaimana hangatnya pelukan seorang Ibu.

Belasan tahun Ayahnya hidup sendiri dan membesarkan dirinya hingga akhirnya sang Ayah memilih menikah dengan seorang janda beranak satu yang usianya lebih tua dari Prilly.

Dan sampai sekarang mereka hidup dalam satu rumah meskipun tidak bisa dikatakan akrab layaknya keluarga pada umumnya.

Aldo jelas tahu bagaimana perangai Kakak dan Ibu tirinya jadi dia tidak perlu menutupi apapun pada pria ini.

"Lo nggak mau main kerumah gue?" Tanya Prilly setelah melihat Kakak tirinya keluar dari toko tas yang dia masuki tadi.

Aldo ikut menoleh dan decakan pelan langsung keluar dari mulutnya saat melihat gaya seorang wanita yang benar-benar tidak cocok dengan kehidupannya sehari-hari.

Aldo tidak marah jika Jingga bergaya hasil kerja kerasnya namun dia tahu sejak dulu baik Jingga atau ibunya sama-sama mengandalkan uang hasil kerja keras Prilly dan Ayahnya.

Benar-benar memalukan.

"Ini siapa?" Tanya Jingga dengan pandangan menelisik menatap Aldo dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Ini Aldo teman aku Kak." Prilly terlebih dahulu menjawab sebelum Aldo mengeluarkan bisanya untuk membungkam kesombongan Jingga.

Prilly tidak mau ada keributan apapun terlebih ditengah keramaian seperti ini.

"Oh begitu. Oh ya, aku mau nyalon dulu kamu pulang sama teman kamu ini ya." Dan setelah itu Jingga langsung membalikkan badannya meninggalkan Prilly dan Aldo yang menatap kepergiannya dengan ekspresi berbeda.

Prilly terlihat menghela nafasnya sedangkan Aldo sudah bersiap untuk menelan hidup-hidup wanita tidak tahu diri itu.

"Lo pulang bareng gue aja. Gue antar sampai ke rumah." Akhirnya Aldo bersuara, dia tidak mungkin membiarkan sahabatnya pulang menggunakan angkutan umum dengan belanjaan sebanyak ini.

Prilly menoleh menatap Aldo, "Beneran? Kalau lo ada acara atau kepentingan nggak apa-apa gue bisa pulang sendiri kok."Tolak Prilly tidak enak, biar bagaimanapun ini pertemuan pertamanya dengan Aldo setelah bertahun-tahun mereka berpisah.

Decakan halus kembali terdengar dari mulut Aldo, tanpa mengatakan apapun tangannya bergerak mengambil beberapa paper bag yang ada ditangan Prilly sebelum menggandeng sahabatnya itu.

"Jangan kebanyakan mikir kamu aku antar sekalian jumpa sama Bapak juga." Kata Aldo sambil menggandeng tangan Prilly melangkah menuju lantai dasar mall.

Senyum Prilly seketika mengembang, ah andai saja hatinya tidak terlebih dahulu dicuri oleh seseorang di masa lalunya mungkin Aldo adalah pria pertama yang akan mendapatkan hatinya tapi sayang hatinya sudah terlebih dahulu terpaut pada dia.

Prilly berusaha menghalau air matanya, tidak dia tidak boleh terpuruk lagi. Cintanya sudah tenang di alam sana, Prilly hanya perlu berusaha ikhlas yang sayangnya hampir 13 tahun berlalu dia masih juga belum bisa setulus hati mengikhlaskan kepergian dia, Cinta pertamanya.

'Ai aku merindukan kamu. Benar-benar merindukanmu. Bahagia di sana ya.'

*****

Hai semuanya, ketemu lagi di cerita baru aku.. Jujur ketika ngetik cerita ini alurnya masih ngambang aku cuma ikutin kata hati aja jadi kalau ada bagian atau alurnya yang hambar jangan protes yaa, 😆😆

Maklumin ajaa.. Hehehe..

Doain aku sehat, ide lancar terus biar bisa Boom Update sampai 4 atau 5 kali ya biar kalian seneng 😁😁

Untuk yang mau tanya-tanya pdf aku silahkan chat ke wa yaa 081321817808

Lingkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang