Bab 40

7.1K 493 69
                                    


Tok..

Tok..

"Masuk!" Suara bariton yang hampir serupa dengan milik Ali terdengar kala seseorang mengetuk pintu kamar hotelnya.

"Ada apa Darma?" Agung mengernyit kala melihat Darma pagi sekali sudah mengetuk pintu kamarnya namun setelahnya dia kembali melanjutkan sarapan paginya.

Darma membungkukkan sedikit tubuhnya setelah berdiri di depan Bosnya yang sedang menyantap hidangan sarapan pagi sambil menikmati pemandangan kota di bawah sana yang mulai padat.

"Maaf Tuan saya ingin memberitahu sesuatu pada Anda." Suara kaku Darma membuat Agung mendongak menatap anak buahnya.

Dengan kembali mengernyitkan dahinya Agung kembali bertanya. "Ada apa? Kalau pekerjaan sebentar lagi kita bisa langsung ke lokasi." Kata Agung sebelum membersihkan mulutnya lalu meneguk kopi hitam kesukaannya.

Darma tidak membuka suara atau menjawab apapun tapi tangannya kini menyodorkan sebuah tablet android ke hadapan Agung yang diterima dengan wajah semakin terlihat kebingungan.

Agung tidak bertanya lagi kini tangannya sudah bergerak di atas tablet tersebut untuk mencari tahu apa yang ingin diperlihatkan Darma padanya.

Dan seketika matanya membulat kala sebuah video terpampang di sana. Suara erangan khas pria yang merasa terpuaskan gairahnya membuat telinga Agung mendengung.

Dan gerahamnya seketika mengerat saat melihat siapa sosok pria yang sedang 'menunggangi' seorang perempuan di atas ranjang dengan begitu liarnya.

"Doni.." desisnya penuh ancaman. "Jelaskan apa maksud dari semua ini Darma?!" Agung menatap tajam Darma yang sama sekali tidak merasa terintimidasi oleh tatapan Agung.

"Itu video mesum Den Doni yang tersebar dinihari tadi Tuan." Jelas Darma yang membuat Agung meledak seketika. Tablet ditangannya dia hempaskan begitu saja hingga benda mahal itu hancur ketika menghantam tembok dan berakhir mengenaskan di lantai kamar.

Darma berdiri kaku tanpa bergerak sedikitpun kala Bosnya sedang mengamuk menyumpahi putra istrinya yang terus berbuat onar dan membuat malu dirinya.

Anak sialan!

"Kamu bisa menghandle pekerjaan ini sendiri Darma?" Tanya Agung dengan nafas terdengar memburu.

Darma menganggukkan kepalanya. "Ada satu lagi informasi yang harus Anda terima Tuan."

"Apa lagi kali ini?" Tanya Agung dengan ekspresi lelah yang tidak dia tutupi.

Darma menghela nafasnya sebelum menundukkan sedikit kepalanya. "Nona Prilly calon istri Den Ali mengalami kecelakaan kemarin dan menurut berita Nona Prilly mengalami keguguran."

"APA?!! YA TUHAN APA LAGI INI?!"

**

Doni berjalan cepat menyusuri loby apartemen dimana dia dan Miranda tinggal, rasa sakit di pinggangnya sudah tidak terasa lagi akibat pembicaraannya dengan Miranda di sambungan telfon tadi.

Doni segera melesat kemari tanpa menghiraukan larangan Ibunya yang masih mencak-mencak akibat video mesum dirinya.

Shit!

Kenapa masalah justru datang bertubi-tubi menghampiri dirinya. Dia ingin menghancurkan Ali tapi kenapa seolah masalah justru mengintai dirinya. Bukannya Ali yang hancur tapi dirinya.

Doni benar-benar akan tamat jika Ayahnya tahu perihal video sialan itu! Doni bersumpah tidak akan mengampuni siapapun yang menyebarkan video sialan itu.

Argh! Kadang di saat-saat seperti ini Doni ingin mencekik dirinya sendiri, dirinya yang terlalu gampang terbuai dengan wanita dan ketika sudah bercinta maka dia melupakan segalanya.

Benar kata Ibunya dia lengah dan juga bodoh!

Dan setelah semua kacau seperti ini apa yang bisa dia lakukan? Doni nyaris membenturkan kepalanya ke tembok saat otaknya justru menemukan jalan buntu untuk masalah yang sedang menjeratnya ini.

Doni dengan tergesa-gesa keluar dari lift dan berjalan cepat menuju apartemennya. Setelah memasukkan password pintu apartemennya segera terbuka dan matanya langsung melotot menatap Miranda dengan tajam.

"Apa yang sebenarnya kau rencanakan Miranda?!"

Miranda tersentak kaget saat melihat Doni sudah tiba dan berteriak kasar padanya. "Doni bagaimana ini?" Miranda jelas ketakutan karena suaranya terdengar bergetar bahkan jemarinya yang kini meraih lengan Doni juga terlihat gemetar.

Doni menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Sebenarnya ada apa dengan otak lo yang begok itu Miranda hah?!"

Miranda menggelengkan kepalanya. Dia tidak perduli jika Doni membunuhnya sekarang karena dia yakin cepat atau lambat Ali juga pasti akan datang untuk mencabut nyawanya.

Miranda sekarang dalam pengejaran polisi karena kasus pembunuhan yang dia sengaja hingga membuat Prilly kehilangan bayinya. Demi Tuhan dia benar-benar tidak tahu wanita itu mengandung anak Ali.

Dan tadi Ali menghubungi dirinya. Benar, Miranda nyaris berjingkrak kegirangan tatkala melihat nama Ali terpampang di ponselnya namun bukannya mendapat kabar bahagia dia justru mendapat ancaman dari Ali.

"Aku bersumpah jika aku yang terlebih dahulu menemukanmu kau benar-benar akan mati di tanganku Miranda!"

Tubuh Miranda seketika bergidik ngeri saat mendengar suara dingin Ali. Pria itu tahu keberadaan dirinya bahkan dia tahu jika Miranda sedang berkomplot dengan Doni untuk menghancurkan pria itu.

Sialan! Miranda benar-benar lupa jika sosok Ali tidak bisa mereka gampang kan dan sekarang sebelum mereka menyentuh Ali justru pria itu yang sudah terlebih dahulu bergerak untuk menghancurkan mereka.

Sialan! Benar-benar sialan!

"Miranda bodoh!" Maki Doni sambil mendorong tubuh Miranda menjauh darinya.

Doni berteriak kencang tatkala dirinya mulai mengerti semua kekacauan ini ulah Ali. Anak haram itu terang-terangan mengibarkan bendera perang dengannya dan dia bersumpah kali ini dia benar-benar akan membunuh anak haram Ayahnya itu.

Doni bersumpah!!

Miranda terlihat menelengkupkan kepalanya pada sofa. Dia benar-benar takut sekarang bagaimana jika Ali menuntut balasan atas kematian anaknya.

Bagaimana ini?

Di tempat lain terlihat Ali baru saja keluar dari kamar mandi setelah menghubungi Miranda, dia memutuskan untuk mandi dan ingin menyantap makanannya yang dibawakan oleh Tantenya.

Pagi tadi Dewi menyempatkan diri untuk mampir ke rumah sakit dan membawakan pakaian dan juga sarapan untuk Ali.

"Ai.."

Ali segera mendongak saat mendengar suara lirih dari ranjang dan matanya sontak berbinar kala melihat mata kekasihnya sudah terbuka.

"Sayang.." Ali melemparkan handuknya kecil yang digunakan untuk mengeringkan rambutnya ke sembarang arah sebelum berjalan cepat menghampiri kekasihnya.

Tanpa mengatakan apapun Ali segera memeluk erat tubuh kekasihnya. "Aku kangen.." bisiknya pelan yang membuat senyum kecil terbit di sudut bibir Prilly.

Mengeratkan pelukannya pada tubuh sang kekasih, Prilly memilih memejamkan matanya berusaha menenangkan dirinya yang baru saja mengalami mimpi buruk.

Prilly ketakutan namun pelukan Ali mampu menenangkan dirinya. "Aku juga kangen kamu Ai."

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lingkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang