Ali memarkirkan mobilnya setelah memasuki parkiran khusus di apartemen miliknya. Ali tersenyum lebar ketika mengingat kekasihnya yang mungkin masih bergelung di bawah selimut.Semoga saja kekasihnya tidak marah karena dia pergi ke kantor tanpa pamit terlebih dahulu. Ali berencana mengantar kekasihnya pulang saat siang menjelang Ali juga berniat memperkenalkan dirinya pada orang tua Prilly.
Dan jika memungkinkan dia akan mengutarakan keinginannya untuk melamar Prilly langsung pada Ayahanda kekasihnya itu. Ali tidak lagi mengingat dengan jelas rupa Ayah Prilly bahkan namanya saja Ali mengingatnya secara samar.
Dulu mereka pernah berjumpa maksudnya berpapasan di jalan beberapa kali selebihnya Ali tidak mengenal Ayah Prilly, dia hanya mendengar cerita tentang sosok pria yang menjadi cinta pertama kekasihnya itu.
Prilly sangat mencintai Ayahnya karena sejak lahir wanitanya itu sudah kehilangan Ibunya. Setelah mendapat Ibu tiripun Prilly tak kunjung mendapat kasih sayang seorang Ibu juga jadi sejak kecil yang melimpahkan kasih sayang padanya hanya sang Ayah.
Ali memasuki lift dengan senyum semakin lebar dia benar-benar sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kekasihnya. Baru menginap satu malam saja Ali sudah senang apalagi setiap malam mereka bergelung di bawah selimut yang sama.
Ali tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya akan membuncah karena rasa bahagia membayangkannya saja dia sudah bahagia apalagi menjadi kenyataan Ali benar-benar akan menjadi salah satu manusia paling bahagia di dunia ini.
Ali akan mengupayakan berbagai cara untuk membuat Prilly setuju mereka menikah dalam waktu dekat ini. Ali benar-benar berharap benihnya akan segera tumbuh di rahim kekasihnya jika sudah seperti itu dia yakin Prilly tidak akan menolak dia nikahi.
Tring!
Senyum Ali semakin lebar ketika pintu lift sudah terbuka dengan langkah sedikit tergesa Ali melangkah menuju pintu apartemennya dia benar-benar sudah tidak sabar bertemu dengan kekasihnya.
Apa Prilly juga merasakan rindu yang menggebu seperti dirinya? Atau dia saja yang merindu? Ah, rasanya tidak mungkin dia dan Prilly sudah satu paket jadi jika satu merasakan kerinduan maka yang lain juga pasti akan merasakan hal yang sama.
Ah, manisnya..
**
Prilly langsung keluar dari kamar mandi setelah memakai pakaian yang sejak kemarin dia kenakan. Perduli setan dengan aroma masam yang menguar dari bajunya.
Dia tidak peduli!
"Mau kemana kau Jalang?"
Prilly segera menghentikan langkahnya ketika Miranda kembali membuka suaranya. Rupanya wanita itu masih berani menghina dirinya.
Prilly baru akan melangkah mendekati Miranda berniat memberikan pelajaran kembali pada mulut kurang ajar wanita itu namun Miranda sudah terlebih dahulu memundurkan langkahnya.
Ck! Ternyata wanita itu takut padanya, baguslah!
Prilly kembali membalikkan badannya memungut semua barang-barangnya memasukkan semuanya ke dalam tas yang selalu dia bawa.
Prilly sama sekali tidak menghiraukan perempuan gila itu! Tentu saja Miranda yang terus mengoceh menghina Prilly namun dalam jarak yang cukup jauh, Miranda tidak mau merasakan sakit lagi jika wanita itu kembali menampar pipinya.
Dia heran kenapa wanita semungil itu memiliki kekuatan yang begitu kuat, Miranda merasakan rahangnya seperti patah ketika tangan wanita mungil itu mengenai pipinya.
Sakit sekali! Lihat saja dia akan mengadukan Jalang simpanan itu pada Ali kakaknya ups calon suaminya.
Miranda tersenyum penuh kemenangan, dia bisa merasakan jika Ali tidak mungkin menolak dirinya lagi dan perihal wanita ini dia yakin wanita ini hanya salah satu koleksi perempuan milik Ali jadi tidak akan berpengaruh apa-apa untuk hubungannya dengan Ali ke depannya.
Tanpa Miranda tahu jika wanita yang dianggap simpanan itu adalah satu-satunya wanita yang memenuhi otak dan hati Ali dan wanita itu pula yang membuat Ali menolak dirinya.
Bukan hanya dengan Prilly tapi jauh-jauh hari Miranda sudah kalah bahkan hanya untuk melawan bayang-bayang Prilly di dalam hati dan pikiran Ali. Tapi wanita itu masih belum menyadari apapun sampai akhirnya pintu kamar Ali terbuka dan memperlihatkan pria itu di sana.
"Sayang."
"Ya Sayangku." Itu suara Miranda yang menyahut dengan penuh semangat bahkan senyum yang terpatri di wajahnya terlampau lebar menurut Prilly hingga dengan terang-terangan wanita itu mendengus jijik.
Prilly tidak menghiraukan sama sekali kedatangan Ali justru tangannya semakin cepat membereskan barang-barangnya setelah memastikan semuanya Prilly mengamit tasnya dan bersiap keluar dari kamar Ali tidak maksudnya dari apartemen Ali bahkan mungkin dari kehidupan pria yang sedang menatap bingung kearahnya.
Ali mengernyit bingung saat kekasihnya melayangkan tatapan tajam kearahnya, Prilly terlihat sekali tidak suka dengan kedatangannya. Ada apa ini?
Ali langsung menghampiri kekasihnya mengabaikan Miranda sepenuhnya yang langsung melunturkan senyumannya ketika Ali sama sekali tidak menoleh kearahnya lagi.
Pria itu langsung bergerak mendekati simpanannya yang membuat Miranda mengepalkan kedua tangannya.
Sialan! Dia tidak terima Ali lebih memilih perempuan itu dari pada dirinya. Dia tidak akan rela jika wanita itu merebut Ali darinya sampai kapanpun dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
"Kamu kenapa Sayang?" Ali sudah berdiri di depan Prilly yang masih belum mengendurkan tatapannya.
Prilly memundurkan langkahnya saat tangan Ali bergerak ingin memeluknya. Ali semakin dibuat bingung dengan sikap kekasihnya.
Ada apa sebenarnya?
"Siapa dia?!" Prilly bertanya sambil melirik tajam ke arah Miranda yang masih belum berani mendekati Ali.
Ali menoleh menatap Miranda sekilas lalu kembali menatap kekasihnya. "Miranda." jawabnya dengan wajah yang jelas sekali terlihat kebingungan.
"Dia calon istri kamu iya?"
"Ya?!" Ali jelas terkejut bahkan matanya sontak membulat sempurna ketika mendengar pertanyaan kekasihnya yang terdengar begitu konyol di telinganya.
"Apaan sih? Kamu cemburu sama Miranda iya? Sayang dia itu--"
"Apa benar dia baru saja keguguran?"
Kali ini tidak hanya Ali tapi Miranda juga dibuat kaget dengan pertanyaan Prilly dari mana wanita itu tahu jika dirinya baru saja keguguran.
"Ka..kamu tahu dari mana?" Tanya Ali dengan wajah bingungnya.
Senyum penuh kemirisan langsung terbit di kedua sudut bibir Prilly, jadi benar? Mereka memang tidak menikah maksudnya belum tapi mereka pernah punya anak bersama dan itu tandanya?
Prilly harus segera mundur dan melepaskan Ali.
Sanggupkah dia melepaskan Ali untuk perempuan lain?
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkar Cinta
RomanceCerita baru setelah My Destiny, jangan lupa dibaca yaaa...